Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Jangan Ada Jeda

Hampir dari seluruh agama di dunia ini, selalu mengajarkan tentang pentingnya sabar dan ikhlas. Nah dari situ muncullah beberapa  pertanyaan. Apa arti dari sabar dan ikhlas itu? Kenapa kita harus sabar dan ikhlas? Kapan kita harus sabar dan ikhals? Dan segenap pertanyaan lainnya. Mengutip dari KBBI online​, kata Sabar   [sa-bar] termasuk jenis kata Adjektiva (kata sifat) memiliki arti; 1. Tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah. Contoh:  ''ia menerima nasibnya dengan sabar, hidup ini dihadapinya dengan  sabar.' 2. Tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu contoh: ' segala usahanya dijalankannya dengan sabar'. Sedangkan Ikhlas [ikh-las] yang juga termasuk kata Adjektiva (kata sifat) memiliki arti; hati; tulus hati contoh: 'memberi pertolongan dengan ikhlas, mereka benar-benar  ikhlas'. Nah itu definisi Sabar dan Ikhlas menurut KBBI online. Bagaimana menurutmu? Saya sendiri me

Terima Kasih Teknologi Informasi :)

Saya pernah membaca atikel di sebuah portal informasi yang menyebutkan beragam penemuan bermanfaat paling berpengaruh sepanjang masa di dunia, beberapa di  antaranya  adalah komputer, alat komunikasi elektronik, dan internet. Dan sejak awal terciptanya sampai sekarang ini, kita tahu bahwa penemuan-penemuan tersebut sudah mengalami banyak sekali inovasi yang juga memicu lahirnya banyak penemuan, dan jika disebutkan satu persatu pasti tak akan ada habisnya. Karena setiap saat bahkan setiap detik selalu lahir ide-ide brilian dari para ilmuwan dan inovator. Bayangkan saja bila penemuan-penemuan itu tidak bisa kita rasakan atau mungkin tidak pernah tercipta sama sekali saat ini? Bayangkan betapa repotnya jika hanya ingin mencari informasi tentang daerah wisata di pulau Jawa, apakah harus ke sana dulu untuk sekadar mencari informasi? Pasti butuh banyak​ sekali biaya dan akan menghabiskan banyak waktu pula. Bayangkan juga bila ingin menanyakan kabar keluarga, teman, kerabat,

Sekelebat Menghilang

Hampa adalah kesan yang hadir meninggalkan pertanyaan Dari resah berulang-ulang menemukan jawaban Jengah adalah alasan tepat untuk berhenti Atas sisa-sisa gundah mencari arti Marah adalah puncak rasa menolak keadaan Untuk kepergian tanpa sepatah pun kata pesan #septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #pergitanpapesan

Waspadalah! Waspadalah!

Setiap hari mungkin kita sering melihat ada banyak informasi negatif baik itu dari berita televisi, radio, surat kabar, media sosial, dan portal berita online. Jujur bila yang muncul setiap waktu selalu yang begitu saja, pasti rasa bosan dan muak seperti bersarang dalam dalam hati dan pikiran, jengah sekali. Terlebih lagi jika, hal negatif itu berkaitan dengan generasi muda, siapa yang tak akan kepikiran tentang hal ini? Bagaimana tidak, generasi yang pada umumnya bergiat mengekplorasi segala potensi diri​, yang berjuang mewujudkan mimpi-mimpinya, dan menjadi​ tumpuan harapan keluarga dan bangsa, jadi terjerumus pada perilaku negatif dan menyalahi norma yang ada. Tak perlulah dijelaskan apa-apa saja perilaku negatif itu, kita semua toh pasti sudah tahu. Jika kita sadari mereka sebenarnya adalah korban kelalaian orang-orang di sekitarnya. Karen ini bukan hanya tanggung jawab keluarganya, tapi juga tetangga, kerabat, teman, guru, dosen, pemuka agama, politikus, pemerintah, dan semua

Menang Gaya Kalah Nasib

Semakin berkembangnya zaman, banyak sekali perubahan​ terjadi dimana-mana, dalam lini apapun itu. Banyak orang sering berkata bahwa satu-satunya hal yang tidak bisa berubah, adalah perubahan itu sendiri. Karena mau tak mau bagaimanapun keadaanya, cepat atau lambat perubahan itu pasti terjadi. Lihat saja misalnya pada dunia fashion, setiap hari atau bahkan setiap detik, selalu saja mengalami perubahan dan perkembangan trend atau gaya busana. Bila ingin sedikit berpura-pura menjadi pengamat fashion, mungkin kita bisa berselancar di internet atau membaca majalah-majalah tentang fashion dan mencoba mengamati perkembangan fashion pada tahun 90'an sampai sekarang, tentu kita akan menemukan banyak sekali pergerakan dalam gaya berbusana, dari yang bergaya classic, vintage atau retro, tradisional atau etnik, pop, modern, sampai futuristik, semua komplit​. Karena setiap keadaan dan setiap hal selalu dapat memicu lahirnya trend berbusana baru, yang pada saat munculnya bisa saja berkesan a

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p

Kesepian Itu

Ada kalanya kesepian itu seperti rindu Serupa semak belukar di hati menjadi sendu Kadang tiada angin tiada hujan ia retak dari​ padu Tercerai-berai lalu usai nyanyian merdu Sekelebat menghilang sudah candu Lalu larut meratapi pilu tersedu-sedu Kesepian ada di antara kata-kata kesepian itu #septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #kesepian

Undian

Saat itu keadaan terasa begitu janggal saja, seketika membuat aku panik diliputi keheranan tak berkesudahan. Bagaimana tidak? Ketika tersadar dari tidur, seingatku sebelumnya aku sedang beristirahat sebentar dengan bersandar di bangku panjang dalam ruang tunggu pada sebuah bank swasta, akibat kelelahan menunggu giliran antri sedari pagi sekali. Seingatku aku memang berangkat saat jalanan masih cukup lebgang untuk pergi kerja. Nah yang membuat aku bingung setelah terjaga, kenapa tiba-tiba saja lokasiku berbaring tadi jadi berubah, bukannya berubah posisi,  ini lebih dari itu. Mendadak saja aku terbangun dan sedang berada di atas sebuah kapal besar, kapal megah berwarna putih dengan les hitam. Kapal ini sepertinya sedang dalam sebuah perjalanan, ya aku sedang berada di atas laut. Laut lepas yang mana sejauh mata memandang tak akan kau dapati setitik pulau tampak d d di kejauhan. Namun ada sedikit hal terbesit dalam pikiranku, rasa-rasanya kapal  ini sedikit familiar di ingatanku. Den

Manusia Pemimpi

Di dunia ini sudah banyak orang yang hidup sukses dengan mengenggam mimpi-mimpinya. Siang malam berpeluh, berpacu dengan waktu. Terik cuaca panas dan rintik hujan deras seperti sudah jadi sahabat karib. Yang hadir di kala suka, setia di saat duka, kapanpun di manapun selalu saja ada. Semua orang bebas saja jika ingin bermimpi, toh tiada yang melarang kan. Selagi pikiran, umur, dan nafas masih di kandung badan, jalan masih tersisa. Asalkan semangat masih menggelora, tiada daya dan upaya yang dapat menghalang kecuali kehendak tuhan. Ini bukan sekadar teori omong kosong belaka, sudah banyak orang yang membuktikannya. Dan ingat, bermimpi boleh saja tinggi, berharap boleh saja besar. Namun kadang kala, ada saatnya kita harus menyadari sebuah keadaan yang statis dan tak bisa diubah begitu saja semau kita. Kita pasti sadar diri akan keberadaannya, ia adalah realita. Ini bukan tentang menyerah, tapi hanya tahu diri kapan harus berhenti. Namun di luar daripada itu, bagaimanpun jalan ceri

Semua Bisa Berjanji

Di antara beribu kemungkinan, ada satu hal yang mungkin cukup sering jadi pemicu perselisihan dan masalah. Mulai dari perselisihan level kecil, menengah, sampai level besar seperti perang. Perkara itu adalah janji. Dan mungkin kita semua sudah cukup tahu dan sadar, bahwa di sekitar lingkungan kita ada banyak masalah berawal dari janji-janji yang diingkari dari sebuah kesepakatan. Janji anak pada orang tua untuk tidak nakal, janji jadi anak yang baik, janji selapu patuh, janji rajin belajar, janji tidak bohong lagi. Janji pada teman untuk saling membantu dalam kesusahan, janji akan mengajak main sepeda atau petak umpet bersama, janji menyelesaikan pekerjaan rumah bersama. Janji murid pada gurunya untuk jujur dalam mengisi lembar jawaban ujian, janji menyelesaikan pekerjaan rumah di rumah, janji tidak bolos. Janji sepasang kekasih untuk sehidup-semati, janji saling mengerti, janji saling setia. Janji pegawai negeri dan swasta untuk disiplin bekerja, janji melakukan yang terbaik,

Hujan Memanggilmu

Hujan memanggilmu perlahan pasti ia lalu jatuh rinai tetes berseru nan ria percik bulir pecah menyejukkan Kemudian riuh rendah suara dari lantai bumi berulang kali menderu dengan padu jalanan basah, atap basah, jemuran pun basah Ada sekumpulan manusia  sibuk berlalu lalang mencari letak tempat teduh sebagian lagi acuh seperti biasa, tak peduli yang lainnya berlari ke sana ke mari berteriak keras hingga lupa diri Hujan memanggilmu mainkan musik, nyanyikan lagu bebaskan jiwa, main bersama larut tawa bahagia hujan memanggilmu #septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #hujan

Berbakti

Saya seringkali mengamati bagaimana hubungan seorang anak dan ayahnya dapat berpengaruh pada mental dan karakter anak, dan sepertinya ini juga yang dapat membentuk​ watak anak dalam menjalani kehidupannya. Saya tidak mengambil contoh dari orang lain, karena seperti pepatah zaman dahulu mengatakan "pengalaman adalah guru terbaik ". Dan  pengalaman terbaik untuk dijadikan guru dan bahan pelajaran adalah pengalaman diri sendiri. Sebenarnya hubungan saya dan ayah saya yang biasanya saya panggil bapak, tidaklah terlalu dekat. Tapi bukan berarti juga ada masalah, hanya saja kami memang agak kurang dekat. Entah kenapa saya juga heran. Padahal jujur dari hati yang paling dalam, saya mendambakan bisa berbagi keakraban dengan bapak. Di sisi lain, sebaliknya saya justru lebih dekat dengan ibu yang dalam keseharian saya panggil mamak. Kurang akrabnya saya dan bapak pun  seiring jalan seperti menjadi kecanggungan. Saya mencoba menerka-nerka, mungkin karena bapak saya adalah tipik

Hidup Adalah Misteri

Semasa duduk di bangku SMA dulu, sekitar kelas 2 dan 3, saya pernah berandai-andai perihal masa depan. Acap kali saya menggambarkan mau jadi apa saya nanti, apa saja yang ingin dan harus dilakukan, orang-orang yang ingin saya temui, tempat-tempat mana yang akan dikunjungi, dan tak lupa ancang-ancang tentang menikah. Jika diingat-ingat lagi, saat itu saya merasa bahwa berandai-andai adalah sebuah upaya yang baik untuk mempredksi apa yang akan terjadi di masa depan. Ya namanya masa remaja, banyak hal terbayang dengan mudah di kepala, semua terasa memungkinkan dan penuh keoptimisan. Bahkan Rhoma Irama, dedengkot grup musik dangdut, Soneta yang mahsyur itu, dalam salah satu lagunya ia pernah mengatakan "Masa muda, masa yang berapi-api...) Lalu sejalan dengan opini Rhoma Irama, Sheila on 7 yakni grup musik pop rock alternatif asal Jogja, yang awalnya menggebrak diawal kemunculannya pada tahun 90'an akhir juga pernah bilang "Kita selalu berpendapat, kita ini yang terhebat

Ini Mungkin Depresi

Ada yang pernah bilang, kalau segala masalah hidup yang berhasil kita lewati, secara sadar dan tidak sadar akan membuat diri kita banyak belajar dan tentu pula menjadikan kita semakin dewasa dan matang dalam menyikapi sesuatu. Dengan syarat, kita mau membuka diri dan menerima kenyataan yang terjadi dengan berbesar hati.  Tapi memberi komentar memang begitu mudah, apalagi mengomentari masalah orang lain, seolah-olah kita lah yang paling tahu solusi yang dibutuhkan orang lain, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ah kadang kita memang ngehek ya? Kurang kerjaan sekali rasanya. Lain yang berkomentar, lain cerita pula yang diberi komentar. Ketika kita pada posisi orang yang sedang dirundung masalah, entah itu masalah yang pelik atau cuma masalah remeh-temeh. Kita sering menjadi keras kepala untuk diberi nasehat. Bahkan ketika sebelum sebuah masalah terjadi, acap kali kita diberi wejangan ini dan itu, namun kita seolah acuh, masa bodoh. Kita bersikap cuek dengan memegang prinsip hidup

Mana Demokrasinya?

Sekarang ini, ketika kita sudah memutuskan pilihan untuk hadir di internet dengan berekspresi, berkarya, berniaga, belajar, dan kegiatan lainnya di sosial media. Sebenarnya saat itu juga, kita harusnya sadar dan siap dengan segala hal dan kemungkinan atas respon dari apa yang kita lakukan dalam berinternet, khususnya bersosial media. Baik itu respon dari orang-orang yang pro dan juga yang kontra terhadap kita. Di sinilah sebenarnya kita dituntut cermat dan sigap menyikapi respon-respon yang ada. Salah-salah respon berupa perbedaan pendapat, bisa jadi akan memicu terjadinya debat kusir yang tak tentu ujung-pangkalnya. Yang semakin kesini semakin tak jelas mana benar dan mana salah, karena semua pihak tetap bersikeras mempertahankan pendiriannya, meski dengan argumen yang meragukan dan sering kali ngawur. Dalam keadaan seperti ini, ketika kedua belah pihak yang berbeda pendapat ini sama-sama ngotot atas apa yang mereka yakini benar, bukan tak mungkin hal-hal buruk bisa terjadi begi

Menunggu Diri Berpulang

Apa sebenarnya arti di balik menunggu dalam penantian panjang? Kita seringkali merelakan diri menghabiskan waktu untuk  satu dan lain hal tak terbayang. Kadangkala kita pasrah mengutuk keadaan dan berang. Lalu banyak detik demi detik terbuang hilang. Beruntung jika apa-apa yang ditunggu datang. Nahas nasib sebaliknya bila penantian pupus berakhir malang. Begitu seterusnya dan seterusnya dan seterusnya berulang. Tak kunjung berakhir sampai tiba saatnya menunggu diri berpulang #septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #menunggu

Laut Dalam Diriku

Di waktu-waktu senggang nan lengang. Banyak yang sebenarnya bisa dilakukan dari yang sekadar diam dan mengunci diri di kamar seperti yang biasa aku lakukan, sampai bermacam-macam kegiatan seru lainnya. Namun di antara banyak hal yang aku inginkan, salah satunya adalah menikmati laut. Sejak kecil mungkin aku sudah cukup sering melihat laut ataupun sungai-sungai besar. Dan kadang-kadang aku beserta keluarga juga bepergian dengan menggunakan alat transportasi jalur laut. Sebenarnya aku berharap bisa menikmati banyak hal dari laut. Namun karena nila setitik rusak susu sebelanga. Dan nila di antara hal itu adalah, bahwa aku nyatanya  tak mahir berenang. Mungkin aku bisa tapi aku ragu. Dari situlah entah kenapa dadaku selalu berdebar ketika melihat laut atau berada di atas laut, pikiranku seperti merasa panik. Atau mungkin juga aku merasa trauma karena seringkali tenggelam saat belajar berenang waktu kecil dulu. Padahal, aku ingin sekali seperti teman-temanku dulu, yang penuh semangat

Baca Buku Apa?

Aku lupa sejak kapan ada tanda-tanda bahwa aku suka membaca, entahlah mungkin sejak kecil. Tapi waktu itu bahan bacaanku masih berupa buku pelajaran sekolah dan buku bacaan anak-anak yang tak bisa aku ingat buku-buku apa saja itu. Lalu saat remaja menjelang dewasa, yang aku ingat aku memang belum punya banyak buku apalagi membacanya, tapi entah kenapa aku merasa senang jika ada teman yang mengajakku ke perpustakaan sekolah. Walaupun rasanya tak begitu banyak buku yang menarik untuk dibaca, entah karena tak banyak yang menarik dibaca atau memang minat bacaku yang saat itu masih amat receh (meski sekarang mungkin masih receh sih). Dan lain cerita pula saat aku memasuki dunia kerja seperti sekarang. Ketika setiap bulan berganti, itu artinya waktu yang dinanti-nanti telah tiba. Untuk  golongan karyawan swasta sepertiku, otomatis saat waktu "GAJIAN" tiba, dengan mendengarnya saja, rasanya mampu membikin hati penuh harap dan haru. Coba tunjuk tangan siapa yang tidak? Ini

Stop Talking and Start Action

I don't know much about passion. I just just know that I want to realize the suggest of this intuition. So far from my way the things about ambition. Deep inside of me, I just want to follow my  heart reflection. I don't even care, how people and world give me so many question. That I know, I have to find the answer for smart solution. So I need to prove and improve my self for everysingle occasion . Prepare all of chance, stop talking and start action. #septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #passion 

Keramaian itu Dilematis

Entah kenapa, ketika mendengar, membaca, atau melihat secara langsung sebentuk "Keramaian". Dalam pikiranku, aku selalu merasa seperti sedang diberikan dua pertanyaannya sekaligus. Satu, apakah aku menyukai keramaian? Dua, apakah aku tidak menyukai keramaian? Adapun jika aku dimintai penjelasan​ dari masing-masing jawabanku itu. Beginilah jadinya. Satu, ya aku menyukai keramaian karena dengan keramaian, sejenak aku bisa melupakan kesepian dan sunyiku yang menggelayut. Setidaknya dengan keramaian yang berada di sekitarku, membuatku tidak dalam suasana sepi dan sendiri seperti keseharianku biasanya. Begitulah bagaimana aku menyukai keramaian. Dua, ya aku tidak menyukai keramaian karena ketika dalam keramaian, aku merasa asing, merasa tidak biasa, merasa tidak siap dengan sekumpulan orang atau bahkan dikelilingi lautan orang. Seperti ketika menyaksikan pertunjukan konser musik, atau pertunjukan lainnya. Mungkin aku merasa asing karena tak ada orang yang aku kenal bersam

Muara Mimpi

Bahwa malam selalu menghadirkan banyak cerita. Darinya  bermunculan​ kisah-kisah legenda. Mulai  dari merekaulang fragmen masa lalu. Pun  tanpa terkecuali nukilan yang tak tercatat dalam garis edar waktu. Bahkan untuk tiap jiwa-jiwa yang turut hadir menyapa. Mereka  memiliki resahnya sendiri untuk dijejaki lalu dibagi. Dari  gerbong perjalanan masa ke masa. Malam adalah alur dari muara mimpi berbalut cita-cita. Tempat  dimana imajinasi raya bermula dan meraja. Malam  adalah perahu kecil dari jawaban sehimpun doa-doa. #septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #malam

Aku, Kopi, & Keluargaku

Aku tak pernah benar-benar punya ikatan emosional yang mendalam dengan kopi, apalagi untuk bisa akrab. Entahlah kurasa bukan waktu yang tepat saja, atau belum saatnya, mungkin juga memang tak akan pernah ada masanya. Aku bukannya tak menyukai kopi. Bahkan jika aku ditanyai "kau suka kopi atau tidak?" Aku akan menjawab "ya tentu, aku suka kopi!" Dengan tanda seru untuk lebih menegaskannya. Hanya saja, aku bukan bagian dari penggila kopi. Atau mereka yang merasa bagian dari penggila kopi, padahal ia minum kopi pun baru kemarin, nasib memang kalau ingin menang genggsi. Itu sebabnya aku tak pernah mau menyombongkan diri atau mengaku-ngaku sebagai pecinta kopi, apalagi untuk sebutan pecinta kopi sejati. Tapi setelah aku bertanya pada diriku, sendiri "apakah untuk jadi pecinta kopi mesti sudah ratusan atau ribuan kali menyeruput kopi? Setelah aku berpikir-pikir lagi, kurasa tak ada salahnya, jika pun ada orang-orang yang  baru saja mulai menikmat suguhan-de

Harapan Adalah Obsesi

Dulu aku pernah beranggapan bahwa dalam hidup ini harapan-harapan yang tumbuh untuk sebuah keinginan itu akan selalu ada di dalam relung hati. Dan mungkin akan terus bertambah dan beranak-pinak. Dari satu benih harapan, lalu ketika tumbuh besar jadilah ia pohon harapan, yang mewakili sekumpulan harapan-harapan kecil. Dari satu pohon harapan yang berhasil hidup, menjadi padang yang luas dari hamparan pohon-pohon harapan, begitu seterusnya, dan seterusnya. Dan apalah arti walau hanya segenggam harapan saja namun tiada pernah ia menjadi buah kenyataan dari apa yang diinginkan. Tiada pernah ia menjadi pelipur lara dari sekian ribu duka juga luka yang tak terkira. Hingga kemudian, harapan demi harapan yang pernah ada dan meraja hanya tinggal kenangan belaka. Dan apakah harapan itu mati begitu saja? Jawabannya tidak! Harapan itu tidak mati sebenarnya, ia tetap hidup bersemayam dalam bilik-bilik kecil sempit di dada dengan pijarnya yang redup. Ia mungkin bisa padam di waktu kapan s

Berenang

Ketika masa kecil dulu, kira-kira saat umur 4 atau 5 tahun, saya pernah berada dalam percakapan singkat dengan bapak saya dipinggiran sungai yang berair asin tak jauh dari rumah. Kami berada dipinggir sungai karena bapak baru saja selesai memangkas rambut saya yang menurutnya sudah mulai panjang dan tidak rapi. Jadi tujuan kami berada dipinggir sungai itu adalah mandi sambil membersihkan sisa-sisa potongan rambut yang masih menempel di kepala saya. Jika diingat-ingat, sampai saat ini, bapak adalah pemegang rekor orang yang paling sering memangkas rambut saya. Bayangkan bila ada rekor dari muri untuk itu?  Aku dan bapak pasti bangga sekali menerima penghargaan rekor itu :D Dan saat berada di pinggir sungai it u, kami lalu duduk di sisi jembatan​. Salah satu yang paling saya ingat juga adalah bapak yang mengusap kepala saya, berusaha membersihkan sisa-sia potongan rambut saya di kepala. Lalu tak lama kemudian bapak menanyakan perihal cita-cita saya ingin jadi apa suatu saat di masa

Mulai Berkarya

Sebagai manusia yang mengaku bagian dari mahluk modern dan kekinian, hingga mengklaim diri sebagai generasi millenials, tentu kita sudah akrab sekali dengan banyaknya kisah-kisah sukses nan inspiratif dari para tokoh hebat itu. Ada sebuah ungkapan menarik yang entah siapa orang pertama yang mempopulerkannya, “pengalaman adalah guru terbaik”, begitulah bunyi kalimatnya. Dan untuk belajar dari pengalaman, selain dari pengalaman diri sendiri, sudah tentu dan pastinya kita bisa banyak belajar dari banyak orang dengan berbagai pengalamannya yang menarik. Pertanyaannya, siapa saja orang-orang yang bisa kita ambil pelajaran darinya? Nah untuk jawabanya, saya rasa kita semua punya pendapat masing-masing tentang siapa saja orang-orang atau tokoh favorit yang perlu dan bisa kita jadikan guru, baik itu secara langsung ataupun tidak langsung dengan belajar dari pengalaman mereka. Untuk belajar langsung, kita bisa mencari cara dan mengatur jadwal untuk bisa bertemu dan belajar pada tok