Langsung ke konten utama

Baca Buku Apa?

Aku lupa sejak kapan ada tanda-tanda bahwa aku suka membaca, entahlah mungkin sejak kecil. Tapi waktu itu bahan bacaanku masih berupa buku pelajaran sekolah dan buku bacaan anak-anak yang tak bisa aku ingat buku-buku apa saja itu.

Lalu saat remaja menjelang dewasa, yang aku ingat aku memang belum punya banyak buku apalagi membacanya, tapi entah kenapa aku merasa senang jika ada teman yang mengajakku ke perpustakaan sekolah. Walaupun rasanya tak begitu banyak buku yang menarik untuk dibaca, entah karena tak banyak yang menarik dibaca atau memang minat bacaku yang saat itu masih amat receh (meski sekarang mungkin masih receh sih).

Dan lain cerita pula saat aku memasuki dunia kerja seperti sekarang. Ketika setiap bulan berganti, itu artinya waktu yang dinanti-nanti telah tiba. Untuk  golongan karyawan swasta sepertiku, otomatis saat waktu "GAJIAN" tiba, dengan mendengarnya saja, rasanya mampu membikin hati penuh harap dan haru. Coba tunjuk tangan siapa yang tidak? Ini gajian gitu loh, GAJIAN. Dan seringkali dalam fantasi mengenai gajian, muncullah rentetan pertanyaan-pertanyaan imajinatif nan menggelitik.

"Apakah gaji bulan ini naik?"
"Apakah dapat insentif lebih?"
"Apakah ada bonus tak terduga?"
"Apakah bisa nabung buat nikah dan juga modal usaha?"

Dan segenap pertanyaan-pertanyaan penuh harap lainnya, yang apabila saya tuliskan, rasanya akan jadi terngiang-ngiang di kepala dan susah pula melupakannya.

Ya sudah, lupakan pertanyaan-pertanyaan 
ngarep itu.

Namun salah satu pertanyaan yang paling sering muncul, dan biasanya selalu hadir di awall-awal adalah pertanyaan ini.

"Beli buku apa gajian nanti ya?"

Iya, selain kebutuhan bulanan untuk makan dan perlengkapan lainya. Hasrat untuk membeli buku tak pernah lepas dari ingatan ini, selalu saja hadir setiap waktu.

Bukan bermaksud sok rajin membaca buku, sok kutu buku, sok kolektor buku, dan sok-sok lainya. Tapi ya kenyataan yang terjadi memang seperti itu. Setelah mulai bekerja dan punya penghasilan sendiri (ehem), ketertarikan dan kesukaan saya membaca buku, membuat saya jadi semakin tergerak untuk bisa mengoleksi banyak buku dan yang paling penting adalah semakin rajin membaca. Saking antusiasnya, seolah-seolah muncul sisi dalam diri, ingin jadi mahluk penggila buku, tentu saja dalam artian lain. Padahal kenyataanya, dari buku-buku yang saya punya baru sedikit yang saya baca semenjak dibelli. Iya, boleh dibilang saya cukup sering membeli buku, apalagi jika sedang ada bazar buku murah. Jika kondisinya seperti itu, saya sering kalap membeli banyak buku, walau belum tahu kapan bisa membacanya.

Dan saya rasa ada banyak orang yang senasib dengan saya. Rajin membeli buku, berniat menjadikannya koleksi, namun yang terjadi adalah penundaan dan kemalasan lah yang berkuasa, dan akhirnya terpedaya.

Tapi hal yang seperti ini biasanya bukannya disikapi dengan berat hati dan sedih. Malah merasa tertantang, campur aduk dengan pertanyaan kapan bisa menyelesaikan semua buku bacaan yang sudah dibeli itu?

Sambil tertawa lucu dan geli jika mengingatnya. Dan plus rasa malu pada diri sendiri juga, karena sudah keras kepala, keras hati, dan sedikit sombong untuk rajin membaca banyak buku, namun gagal.

Perihal minat membaca buku yang terus tumbuh dan berkembang itu terjadi karena saya benar-benar menyadari bagaimana manfaat yang saya dapatkan dari membaca buku selama ini. Tak perlu saja jelaskan detailnya maanfaat yang saya dapat. Toh semua orang yang menyenangi membaca buku juga pasti merasakan hal yang sama. Bahwa membaca buku benar-benar membawa banyak kebaikan untuk diri kita, untuk sekitar, orang lain, dan untuk dunia.

Jujur saja saat dulu sekali, aku amat sering tertarik membawa pulang buku-buku orang yang terlantar begitu saja, seperti tak ada yang peduli, bukan hanya buku orang, sih. Buku perpus sekolah yang berantakan, tak tersusun di rak yang semestinya, dan ditambah berserakan di lantai, bisa aku bawa pulang ke rumah. Mau dikata apa, memang begitu yang terjadi saat itu. Aku selalu tergerak untuk memiliki buku yang jika rasanya buku itu tak ada yang peduli, ya sudah bawa pulang saja.

Selalu itu yang terpikir jika melihat nasib buku yang malang. Bahkan aku ingat juga bahwa aku pernah memungut buku dari tong sampah yang tak jauh dari rumahku. Toh bukunya masih bagus, tanpa lecek, tak begitu kotor, dan tampaknya belum pernah dibaca yang punya. 

Aku pikir begitu karena kalau sudah pernah dibaca kenapa harus dibuang. Jika isinya bagus dan disukai ya dikoleksi. Jika tidak, ya berikan ke orang lain saja kan, siapa tahu hal yang biasa saja ataiu tak ada artinya bagi kita tapi begitu berguna bagi orang lain. Setidaknya bisa untuk bungkus cabai dan bawang.
Itu dulu dan beberapa tahun lalu. Bagaimana dengan sekarang? Kalau sekarang aku tak berani menyebut diriku suka sekali membaca, soalnya dari beberapa tahun ini jumlah buku yang aku baca tampaknya berkurang. Jika tahun 2015 aku pernah membaca kurang lebih 22 buku, lalu di 2016 aku berhasil menyelesaikan 35 buku bacaan dari target 100 buku yang terkesan takabur rasanya. Itu tidak termasuk komik yang cukup banyak juga aku baca. Jika seperti itu, lalu bagaimana dengan tahun 2017 ini? Agak miris dan ingin tertawa perih memabg, karena sampai tangal 9 September hari ini, buku yang selesai aku baca baru 4.

Tapi syukurlah, akhir-akhir ini aku kembali sadar diri untuk harus lebih giat lagi membaca dan belajar. Toh aku membaca dan mengatakan bahwa aku suka membaca bukan karena ingin dipuji ataupun dinilai pintar.

Jikapun aku ingin jadi pintar, tak ada salahnya kan? Tentu semua orang mau, siapa yang tidak?

Dan sebenarnya aku membaca karena aku mencoba menyukainya, dan memang benar jadilah aku suka membaca. Dan aku juga menyukai membaca demi apa yang ingin aku coba lakukan, demi apa yang aku cita-citakan. Lagipula membaca bukan hanya soal jadi pintar dan tidak pintar kan? Lebih dari itu pastinya.

Tentang rasa ingin tahu dan mengerti, tentang  sebuah usaha untuk maju ke depan, tentang ingin jadi lebih baik lagi, tentang perjuangan, tentang menemukan, dan tentang belajar, dan tentang hal lainnya.

Nah untuk belajar, salah satu caranya ya dengan membaca. Bahkan untuk mencintai seseorang saja, perlu membaca hatinya terlebih dahulu kan?

Banyak hal menarik bisa muncul dari membaca buku. Bahkan banyak juga orang yang berujar, bahwa keajaiban bisa lahir dari membaca buku. Pokoknya tak ada ujungnya jika membahas apa yang bisa kita dapatkan dari membaca buku.

Oya  kepada siapapun diantara semua umat manusia  yang tidak atau belum menyenangi membaca buku, ajaklah untuk segera  bersenang-senang  membaca buku.

Nah kamu yang kebetulan membaca tulisan saya ini, sedang baca buku apa?


#septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #membacabuku #membaca #buku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Sakit

Hari ini mungkin saya akan pulang dari rumah sakit setelah satu Minggu  saya dirawat di rumah sakit di daerah saya RSUD KH. DAUD ARIF Kuala Tungkal ini dengan diagnosis Asma dan Infeksi Paru / Pneumonia. Saya dirawat tepatnya mulai dari malam Minggu 12 April  2025 lalu, di mana sebelumnya pada waktu menjelang magrib sepulang saya bekerja saya terlebih dulu datang berobat ke klinik Ananda Medika yang terdekat dari rumah saya di jemput dan sekaligus diantar adik saya. Hanya saja karena kondisi saya saat itu dirasa cukup kritis maka saya dirujuk secepatnya ke rumah sakit, dan hari perawatan pun berjalan sampai hari ini. Adapun kondisi kesehatan saya sudah cukup membaik dari hari ke hari. Dan hari ini saya juga  berharap bisa segera pulang karena sudah mulai merasa bosan. Sebenarnya saya sudah mengidap asma sejak lama sekali, sudah dari dulu kala, sudah semasa kecil, sudah seumur hidup ini. Jadi bisa dibilang saya sangat akrab dengan sakit asma itu sendiri, dan bisa dibilang...

Menulis Dengan Baik

Dari dulu tuh semenjak pertamakali saya belajar komputer dan mengenal internet waktu SMA sekitar tahun 2005. Saat itu saya suka sekali membaca blog, atau mungkin bisa disebut jatuh cinta. Dulu itu YouTube tidak seperti sekarang, belum banyak tutorial ini dan panduan itu, ada tapi belum beragam referensi. Kreator videonya juga kebanyakan dari luar negeri , jadi ya benar benar memang sedikit referensi. Jika pun saat itu ada kreator video dari Indonesia, kebanyakan dari kalangan penulis, seniman, dan jurnalis,, namun dengan internet yang semakin berkembang, penulis blog juga mulai bermunculan dari waktu ke waktu, semakin banyak. Apalagi sejak era Raditya Dika berhasil membukukan blognya, ada banyak juga orang yang ingin mengikuti jalannya, ya siapa yang tak ingin ceritanya yang ramai dibaca di blog bisa dibukukan juga saat itu. Kalau kata orang orang sih, hidup dari passion, berdaya dan menghasilkan dari hal-hal yang gemar dilakukan. Bahkan saking terinspirasinya saya pun ingin seperti...

Pelajaran Dari Anak Kucing Calico

Persis pada hari Minggu sepekan yang lalu, saya dan adik bungsu saya sedang joging sore atau mungkin lebih ke jalan kaki sore. Seperti biasa dalam langkah yang berpacu itu, kami melakukan pembicaraan yang lompat-lompat, kadang membahas ini, nanti membahas itu. Lalu setelah sekitar 500 meter berjalan, kami melewati jalan setapak yang kiri kanannya masih banyak semakin belukar,  Tak lama berjalan saya seperti mendengar suara anak kucing. Semakin kami berjalan maju, suara itu semakin jelas terdengar, di pertengahan jalan setapak itu, di pinggirannya  ada seekor anak kucing kecil belang tiga atau kalau istilah kerennya kucing Calico. Saya dan adik pun heran di jalan yang sepi dan cukup jauh dari pemukiman warga, bagaimana mungkin ada anak kucing kecil sendirian? Saya ambil kesimpulan kalau kucing ini dengan sengaja dibuang oleh orang tidak punya hati dan bodoh pula. Ditambah lagi di dekat anak kucing yang kami temukan, ada kertas bungkus nasi yang mungkin dijadikan alas makanan un...