Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Cara Menulis Puisi

Dalam renunanganku sepulang kerja malam itu, sambil merebahkan badan yang terasa ringkih di atas kasur busa tipis, aku mencoba memikirkan dan mengingat-ngingat apakah ada hal-hal mengenai ranting khususnya ranting patah yang bisa aku jadikan tema menulis puisi. Dan setelah beberapa menit berlalu, tak secuil pun ingatan yang bisa aku temui. Padahal seingatku, ada banyak kenangan bersinggungan dengan ranting  yang pernah aku lewati dulu, ke mana semua ingatan itu sekarang? Namun yang lebih aku herankan lagi, bukannya ide utama untuk menulis puisi yang bisa aku dapatkan, aku malah mengingat tentang filosofi ranting kering yang patah dari tangkainya. Yang mana filosofi ini secara singkat mengisahkan bahwa di dunia ini tak ada sesuatu yang tidak berguna sama sekali, sekecil dan seremeh apapun itu, pasti memiliki manfaat. Lihat saja pada ranting kering yang patah lalu terpisah dari tangkainya. Secara sadar, mungkin bisa kita beranggapan bahwa patahan ranting kering itu sudah tidak b

Mimpi Anak Daerah

Apa kalian pernah mendengar tentang "Kuala Tungkal"? Masa tak pernah sama sekali ? Meskipun cuma sekali saja? Tetap tak pernah juga? Yang benar saja ini.  Atau begini, bagaimana dengan "Jambi' tentu pernah dong mendengarnya walau hanya beberapa kali atau mungkin hanya sekali. Setidaknya pasti pernah membacanya ketika belajar Geografi atau mungkin saat membaca nama-nama provinsi yang ada di Indonesia. Masih merasa tidak pernah mendengarnya sama sekali juga? Ya tuhan, siapa yang harus di salahkan ini? Jadi begini, saya adalah pemuda biasa dari daerah yang lahir dan sebagian masa pertumbuhan juga pendidikannya lebih banyak di habiskan di Kuala Tungkal, yakni salah satu daerah yang jadi pusat pemerintahan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Nah Tanjung Jabung Barat ini adalah satu dari 11 Kabupaten yang ada di Provinsi Jambi. Dan sekadar mengingatkan atau informasi bagi yang belum tahu sama sekali, Provinsi Jambi ini termasuk 1 dari 10 Provinsi yang ada di Sumatera

Mantel Hujan

Aku menerima kabar mendung pagi itu Tapi ketika aku memeriksa wajah langit Tak ada satupun kabut pekat tergantung Apalagi hitam legam berselimut di sana Aku heran semua sibuk membahasnya Lalu-lalang tiada tersadar seorang Ibarat wajah gadis kembang desa Lengkung atap dunia sedang cerah ceria secerah cerahnya cerah Daripada khawatir pada masa depannya Aku lebih resah-gelisah dalam lelahnya marah Pabila ratapan dilimpah untuknya saja Padahal masih tersimpan banyak pesona Yang jauh lebih sederhana menghibur suasana Aku punya rapalan do'a tolak bala Payung ajaib penghibur duka lara Dan nyanyi-nyanyian penangkal petir Semuanya lengkap selalu kubawa Hanya mantel hujan yang lupa aku beli #10dayswrite #januarywriting #mendung

Carry On

No way out Or try to give up It's a decision I need to decide Cause everything is going crazy We could to move on this life Now sing me for goodbye Not for all the memories Cause memories will fly away It's more than anything It's all about destiny To put me and all of you In the temporary circle The line that never break But you know the truth I have to choose my own pathway To guide me to go to forward Or back home with proudly And bring a package of happiness Carry on @30haribercerita #30haribercerita #30harimenulis #30HBC18011

Menyelesaikan Buku-buku Bacaan

Menjelang akhir tahun 2015 beberapa tahun yang lalu. Saya sengaja berkunjung ke toko buku di kota tempat tinggal saya, Jambi. Saat itu kebetulan sedang ada bazar buku murah, dan jujur saja, saya adalah salah satu dari sekian banyak pembaca buku di dunia ini yang menanti kabar gembira itu. Siapa juga yang tidak mengharapkannya? Adapun buku-buku yang dijual, semuanya menarik. Layak baca dan layak koleksi. Jikapun ada yang lecek, robek, atau hancur tak berbentuk buku sekalipun, mungkin hanya beberapa saja. Itupun saya rasa, ulah dari pengunjung yang iseng membuka pembungkus plastik buku lalu secara tak berprikemanusiaan memperlakukan buku-buku itu dengan asal dan semena-menanya saja. Hampir semua buku-buku yang tersusun di atas meja yang disediakan, dijual dengan harga yang cukup murah. Kisaran 3.000-25.000 . Ya, dari yang saya ingat, rata-rata harga buku yang dijual di sana memang seperti itu. Dengan harga murah yang keterlaluan seperti itu, dan kebetulan pula uang tabungan

Kapitalis Pemula

Apa mungkin seseorang yang hidup di era modern dengan cara dan gaya hidup yang juga modern bisa bebas lepas dari jeratan kapitalisme? Ha? Mungkinkah?  Hmmm mungkin itu tidak mungkin terjadi. Tapi mungkin saja itu mungkin terjadi. Atau mungkin itu memang sudah terlanjur terjadi, mungkinlah. Namun dari kondisi yang sedang berlangsung saat ini. Dalam keadaan antara sadar dan tanpa sadar, sebenarnya seseorang ini telah larut dalam lingkaran setan itu sejak lama. Atau baru beberapa tahun terakhir menjalankannya. Bahkan bisa saja ia telah mengadopsi cara yang sejiwa dengan jalan kapitalisme sejak lama namun masih menolak untuk disamakan.  Meneriaki orang sebagai kapitalis tapi lupa berkacaya pada diri sendiri. Sungguh ironi sekali bukan? Sepertinya panca indera dan kalbunya terlah dibuat tertipu-daya oleh bujuk-rayu dari mulut-manis sang penggoda sejati.  Sebab dia telah menjelma jadi kapitalis kecil-kecilan, atau sebut saja kapitalis pemula. @30haribercerita #30haribercerita

Divisi Pertemanan

Berawal dari rasa penasaran yang disengaja dan tak disengaja. Saya iseng mencoba mencari definisi dari sebuah kata pertemanan di Google dengan mengetikkan kata kunci "teman adalah" di kolom pencariannya. Tanpa  harus menunggu lama, muncul lah satu ringkasan pengertian yang bersumber dari laman Wikipedia bahwa "Taman atau sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka". Ya itu katanya. Berhubung saya tidak terlalu akrab dengan kata "teman" ataupun "pertemanan" karena pada kenyataannya saya memang tidak terlalu punya banyak teman, selain dari teman main sedari kecil di sekitar rumah, teman semasa sekolah dulu, teman kuliah, teman kerja, dan beberapa teman kenalan dari offline dan online.  Sebentar, sebentar. Sebelumnya saya pikir saya tidak punya banyak

Stephen King Kepada Rusty Borgens

Dalam sebuah film berjudul Stuck in Love (2012), ada sebuah fragmen di mana seorang Stephen King yang sedang terlibat pembicaraan lewat telepon dengan karakter bernama Rusty Borgens, seorang remaja pendiam yang sedang menggemari dan serius mendalami kegiatan tulis menulis. Setali tiga uang dengan Samantha Borgens, kakaknya yang juga sama-sama mengikuti jejak ayah mereka, William Borgens yang kebetulan diceritakan sebagai sosok penulis terkenal. Namun dalam hal menulis, walaupun banyak belajar dari ayah dan juga kakaknya, Rusty tidak tertarik untuk serta merta memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang bisa saja ia dapatkan untuk memuluskan jalannya. Sedikit informasi, Stephen Edwin King atau Stephen King seorang penulis novel termahsyur asal Amerika Serikat yang umumnya lebih sering dikenal menulis kisah horor, fiksi ilmiah, dan fantasi. Sejumlah karya-karyanya diperkirakan telah terjual lebih dari 350 juta eksemplar di seluruh dunia, dan sebagian di antaranya telah diadaptasi me

Bisa Multitasking?

Apakah orang bisa melakukan kegiatan bersamaan, seperti saat membaca buku sambil mendengarkan musik atau berita atau mendengarkan informasi apapun itu? Atau mungkin untuk lebih mudahnya kita gunakan saja istilah populer saat ini yang begitu membawa kesan yang keren, apa itu?  Jawabannya adalah multitasking. Ya multitasking. Pada awalnya, multitasking memang erat kaitannya dengan cara kerja komputer yang dapat digunakan untuk menjalankan beberapa tugas dalam sesaat. Intinya kita bisa mengerjkan beberapa tugas/kegiatan dengan sekali lewat atau satu waktu. Saya pikir, jika sesuatu yang dikerjakan berupa pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan banyak kefokusan dan konsentrasi otak, mungkin bisa-bisa saja. Dan sangat memungkinkan. Namun jika perkejaan atau sesuatu yang ingin dilakukan tersebut diharuskan untuk fokus, konsentrasi, demi mencerna hal-hal yang melibatkan konsep kerja otak, saya rasa itu cukup sulit jika pun terlaksana saya rasa tentu akan jauh dari sempurna. Sam

Menulis, Membaca, Ulangi

Ada hal yang begitu menyita perhatianku ketika menjelang akhir tahun 2017 lalu. Ya saat sebagian orang sibuk mengevaluasi daftar resolusi 2017 dan sekaligus menyusun resolusi baru untuk 2018, jujur saja hal yang pertama kali muncul dalam pikiranku adalah tentang kegiatan membaca juga menulis yang ingin aku tingkatkan agar bisa lebih rajin dan lebih diperdalam lagi. Bukanya apa-apa, mengingat banyak waktu berlalu begitu saja dan sia-sia karena tingkat kebiasaanku membaca buku benar-benar menyedihkan, yang mana tak sampai dari sepuluh buku yang bisa aku tuntaskan membacanya di tahun 2017 lalu. Ini sungguh-sungguh jauh selisihnya jika melihat ke tahun 2016 yang aku selesaikan kira-kira 35 buku. Padahal targetku tahun 2017 lalu, aku ingin membaca minimal 50 buku dari yang awalnya aku pasang angka 100 sebagai target. Namun berhubung tak ingin  terkesan takabur, akhirnya aku menguranginya jadi 50. Dan itupun ujung-ujungnya gagal, bahkan mencapai setengahnya pun tidak. Sungguh ini me

Do'a Pemikat

Purna bulan kala terang Matahari beralih waktu petang Bumi bersisian dua berkat Ibarat hidup diantara sekat Manusia bersusah payah hendak terbang Demi hasrat diri menuju titian ke bintang Kepak pun ditanam di punggung terbebat Lalu selanjutnya menunggu diangkat Tiada terkira jauh melayang Tinggi sekali kepada-Nya tak terbayang Sambil menitipkan doa-doa pemikat Untuk cita-cita dunia yang hebat

Menyongsong Gemilang

Sepertinya aku masih ingin membahas tentang resolusi tahunan. Tapi mungkin nanti saja kalau sempat, setelah aku menuntaskan apa yang harus dilakukan hari ini. Apa itu? Jika memang ingin tahu, akan aku jawab. Misalnya saja seperti ketika ada banyak waktu senggang dan lalu sejenak bebas dari kewajiban harian, seperti bergegas bangun pagi sekali, mandi, bersiap diri, berpakaian menarik juga rapi, dan woho mulailah berangkat kerja. Jadi kesimpulannya bagaimana dengan waktu senggang yang lengang di hari libur kerja seperti ini? Aha kita beri saja judul "Bermalas-malasan" Kedengarannya cukup menyenangkan sebagai cara refreshing murah-meriah untuk diri di awal tahun ini bukan?. Yang sudah pasti akan jadi semakin sibuk, banyak tantangan dan disertai jatuh bangun berpeluh ke depannya. Tapi bermalas-malasan ini bukan untuk selamanya. Harapanku, semoga saja bermalas-malasan ini hanya kegiatan yang sementara saja. Tidak perlu awet bertahan dan mengontrol hidup lebih jauh d

Lain Waktu

Hari ini rencananya aku yang bekerja di kota, ingin pulang ke rumah. Ya rumah keluargaku, rumah di mana ada bapak, mamak, & adik-adikku, yang jaraknya sekitar 3 jam perjalanan menggunakan mobil travel dengan kecepatan kurang lebih 80-100 km/jam. Sementara itu aku yang sepulang kerja tadi sekitar pukul  4, sebenarnya sudah bersiap untuk pulang, namun berhubung ada beberapa hal yang harus aku selesaikan, jadilah agak lewat dari waktu yang semula aku targetkan. Setengah jam berlalu, barulah aku segera beranjak memesan ojek online demi bergegas menuju tempat yang biasa aku jadikan lokasi menunggu mobil travel menjemput. Sesampai di titik penjemputan, setelah membayar ongkos ojek online tadi, waktu menunggu pun dimulai. Selang 30 menit, 40 menit, 50 menit, sampai 60 menit waktu berlalu, belum ada juga tanda-tanda mobil travel tiba, sedangkan langit sudah mulai redup & mengalami gelap dengan senjanya. Corong-corong masjid yang terdengar di sekitar pun mulai bergema mela

Tanya Nurani

"Tahun baru lagi Tahun baru banyak resolusi Resolusi tanpa aksi Sama aja basa-basi" Itu adalah penggalan lirik lagu "Tahun Baru Lagi" dari Nostress. Sebuah band indie beliran pop-folk asal Bali. Baiklah, nampaknya aku ingin ikut dalam pusaran keramaian warganet, yang sedang dalam euforia pembahasan mengenai ragam pertanyaan yang muncul dan hal-hal bersinggungan dengan resolusi tahunan. Berhubung kita baru saja melalui pergantian tahun dari 2017 ke tahun 2018. Lalu apa saja yang menarik dari topik ini? Selain dari kontroversi pro dan kontra halal-haramnya mengucapkan selamat tahun baru, yang tak akan dibahas di sini. Hal itu tak lain tak bukan adalah seberapa berhasilkah kita melewati tahun 2017 lalu? Bagaimana kesan-kesan yang timbul dari setiap proses yang telah berlangsung? Apakah semuanya berjalan dengan mulus, lancar, dan baik-baik saja? Apakah target-target yang telah disusun di awal tahun sebelumnya sapu bersih semua? Atau malah sebaliknya, mengala