Langsung ke konten utama

Lain Waktu



Hari ini rencananya aku yang bekerja di kota, ingin pulang ke rumah. Ya rumah keluargaku, rumah di mana ada bapak, mamak, & adik-adikku, yang jaraknya sekitar 3 jam perjalanan menggunakan mobil travel dengan kecepatan kurang lebih 80-100km/jam.

Sementara itu aku yang sepulang kerja tadi sekitar pukul  4, sebenarnya sudah bersiap untuk pulang, namun berhubung ada beberapa hal yang harus aku selesaikan, jadilah agak lewat dari waktu yang semula aku targetkan.

Setengah jam berlalu, barulah aku segera beranjak memesan ojek online demi bergegas menuju tempat yang biasa aku jadikan lokasi menunggu mobil travel menjemput.

Sesampai di titik penjemputan, setelah membayar ongkos ojek online tadi, waktu menunggu pun dimulai. Selang 30 menit, 40 menit, 50 menit, sampai 60 menit waktu berlalu, belum ada juga tanda-tanda mobil travel tiba, sedangkan langit sudah mulai redup & mengalami gelap dengan senjanya. Corong-corong masjid yang terdengar di sekitar pun mulai bergema melantunkan ayat-ayat suci. Waktu menunjukkan pukul 18.20 saat aku melihat jam digital di gawaiku.

Hari pun gelap, lampu jalan kerlap-kerlip menyala di mana-mana. Aku mulai merasakan sedikit keraguan menunggu mobil travel ini untuk pulang, tapi anehnya aku masih berusaha meyakinkan diri menunggu sedikit lebih lama lagi. Ya mungkin dengan sedikit tambahan kesabaran, aku bisa sekalian belajar & mengerti bagaimana kesetian dari menunggu itu diuji.

Lalu dalam penantian itu, aku bahkan berusaha keras membuat suasana jadi nyaman senyaman-nyamannya nyaman, agar suasana emosiku stabil. Aku berdiri di sisi jalan di atas trotoar sambil memainkan lagu Cahaya Terang dari Sheila on 7 dengan bantuan earphone kupasang di telinga.

"Ketika aku lihat cahaya terang
Aku dapat merasakan kemana kan pergi
Di saat aku injak dunia luar
Aku yakin semuanya akan ku nikmati

Reff:
Takkan pernah aku takut
Takkan pernah aku sedih
Hadapi semua ini"

Lebih lama waktu berjalan, sehingga dari satu jam penantian menjadi dua jam menunggu. Akhirnya aku putuskan untuk membatalkan pulang ke rumah. Segera aku mengirimkan pesan pada adikku bahwa aku tak jadi pulang, mungkin lain waktu saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Sakit

Hari ini mungkin saya akan pulang dari rumah sakit setelah satu Minggu  saya dirawat di rumah sakit di daerah saya RSUD KH. DAUD ARIF Kuala Tungkal ini dengan diagnosis Asma dan Infeksi Paru / Pneumonia. Saya dirawat tepatnya mulai dari malam Minggu 12 April  2025 lalu, di mana sebelumnya pada waktu menjelang magrib sepulang saya bekerja saya terlebih dulu datang berobat ke klinik Ananda Medika yang terdekat dari rumah saya di jemput dan sekaligus diantar adik saya. Hanya saja karena kondisi saya saat itu dirasa cukup kritis maka saya dirujuk secepatnya ke rumah sakit, dan hari perawatan pun berjalan sampai hari ini. Adapun kondisi kesehatan saya sudah cukup membaik dari hari ke hari. Dan hari ini saya juga  berharap bisa segera pulang karena sudah mulai merasa bosan. Sebenarnya saya sudah mengidap asma sejak lama sekali, sudah dari dulu kala, sudah semasa kecil, sudah seumur hidup ini. Jadi bisa dibilang saya sangat akrab dengan sakit asma itu sendiri, dan bisa dibilang...

Menulis Dengan Baik

Dari dulu tuh semenjak pertamakali saya belajar komputer dan mengenal internet waktu SMA sekitar tahun 2005. Saat itu saya suka sekali membaca blog, atau mungkin bisa disebut jatuh cinta. Dulu itu YouTube tidak seperti sekarang, belum banyak tutorial ini dan panduan itu, ada tapi belum beragam referensi. Kreator videonya juga kebanyakan dari luar negeri , jadi ya benar benar memang sedikit referensi. Jika pun saat itu ada kreator video dari Indonesia, kebanyakan dari kalangan penulis, seniman, dan jurnalis,, namun dengan internet yang semakin berkembang, penulis blog juga mulai bermunculan dari waktu ke waktu, semakin banyak. Apalagi sejak era Raditya Dika berhasil membukukan blognya, ada banyak juga orang yang ingin mengikuti jalannya, ya siapa yang tak ingin ceritanya yang ramai dibaca di blog bisa dibukukan juga saat itu. Kalau kata orang orang sih, hidup dari passion, berdaya dan menghasilkan dari hal-hal yang gemar dilakukan. Bahkan saking terinspirasinya saya pun ingin seperti...

Lakukan Segera

Tanpa bermaksud menyinggung orang lain, entah kenapa menjadi malas itu rasanya begitu menggoda dan menghanyutkan. Sekali dua kali melakukannya, maka bersiaplah untuk kehilangan banyak hal. Tidak melulu soal uang namun berupa waktu dan kesempatan berharga yang kelak akan susah dilakukan jika memang tidak diprioritaskan. Tapi ya memang jalan kehidupan masing-masing manusia berbeda-beda. Dan ritmenya dalam mengerjakan sesuatu pun juga tidak tentu sama antara satu orang dengan yang lainnya. Malas boleh malas tapi malas yang beralasan pasti, capek, jenuh, mencari pengalaman baru, ataupun memikirkan sesuatu yang tidak biasa. Ya banyak caranya, dan mungkin banyak juga alasannya. Kalau malas yang menghanyutkan dan tidak berguna sama sekali mungkin diri kita sendiri yang tau bagaimana hal itu sebenarnya. Pertanyaan-pertanyaanya. Apakah malah itu berdosa? Kenapa saya malas? Apakah kita tidak boleh malas? Apa yang bisa diperoleh dari malas?Bagaimana rasa malas bekerja? Kalau digali lebih jauh, pe...