Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Gulungan Kertas Kuning

Beberapa waktu lalu saya menemukan gulungan kertas kecil berwarna kuning, dari dalam saku belakang celana panjang saya yang baru kering dari jemuran. Dengan perlahan saya buka agar kertasnya tidak robek, lalu saya menemukan tulisan tangan saya yang khas, yang tidak cukup buruk namun tidak juga bisa dibilang bagus. Atau mungkin lebih tepatnya berkarakter sepertinya, entahlah. Kertas berwarna kuni ng itu tampak bertuliskan "Bagaimanpun yang ingin dikatakan, harus disampaikan!" Saya tak bisa mengingat pasti untuk apa dan bagaimana gulungan kertas tersebut sampai ada di dalam saku celana saya. Yang bisa saya tebak, mungkin saat itu saya mendapatkan ide tentang sesuatu namun baru terpikir serangkai kalimat pendek itu saja. Maka sudah pasti saya harus mencatatnya segera saja agar tidak lupa, dan bisa menggunakannya di lain waktu sebagai bagian dari ide untuk menulis. Mungkin itu puisi, atau apapun yang bisa saya tuliskan. Kita lihat saja.

Yang Dibuthkan Untuk Sukses

Ada yang pernah berpendapat, bahwa selain membutuhkan bakat dan usaha keras, untuk bisa membuka jalan menuju pintu-pintu kesuksesan, seringkali juga dibutuhkan sentuhan keberuntungan. Yang mana ini cukup langka. Sebab keberuntungan itu ada banyak jenisnya. Di antaranya ada keberuntungan berupa "waktu yang tepat" atau berupa "orang sebagai pembuka/penyambung jalan" atau ada pula yang menyebutnya sebagai "orang dalam". Meski ini agak lucu sebenarnya dan seringkali jadi berkonotasi negatif. Tak ada yang benar atau salah sesungguhnya, semuanya sah-sah saja di dunia ini. Karena siapapun berhak atas kesuksesan itu. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana cara menggapainya? Sebab katanya, jalan masing-masing dari kita memang sudah tersedia jatahnya sendiri-sendiri. Maka dari itu ketika bakat dan usaha keras sudah cukup diperjuangkan dengan baik, mungkin memang butuh waktu yang tepat atau bertemu sosok berjasa pembuka jalan. Atau biarkan semesta bekerja

Perjalanan

View this post on Instagram A post shared by muhajir suardi (@ajirisme) on Dec 28, 2019 at 10:21pm PST Banyak orang bilang, bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan panjang. Perjalanan yang tanpa ada kata akhir. Meskipun, kadangkala sebagian orang yang sedang dalam kejatuhannya yang tak terperi, juga merasa kalau dari setiap kenyataan yang terjadi, telah merenggut banyak hal dari kehidupan mereka. Karena seperti yang kita ketahui bersama, bahwa masalah demi masalah di dunia tidak akan benar-benar hilang dari kehidupan kita, melainkan berganti wujud menjadi masalah yang baru. Dari yang bisa diambil sebagai hikmah pelajaran, mungkin saja Itu terjadi karena akan selalu ada proses demi proses yang baru setelahnya. Sebuah jalan setapak, yang mesti kita lewati dengan tekad yang keras secara terus-menerus tanpa henti Belum lagi, ada bermacam bentuk halang rintang, yang harus selalu siap sedia kita hadapi di tengah perjalanan. Baik yang bisa diprediksi

Kita Adalah

Kita bukanlah apa-apa dan siapa-siapa. Kita adalah diri kita sendiri dengan tulang-belulang, daging, organ tubuh, rambut, beserta ruh, pikiran, perasaan, harapan, ingatan, dan kenangan.

Alasan Berkomentar

Jadi menyebalkan itu mudah saja, mudah sekali. Ada isu sosial lalu lanjutkanlah dengan asal berkomentar tanpa kesadaran penuh. Lalu berbuat sesuka hati, tanpa pertimbangan, nah jadilah menyebalkan. Dan sebaliknya, jadi orang menyenangkan itu begitu susah. Sebab, mestilah berbuat lebih. Namun itu tak jadi masalah, toh jadi orang biasa pun sebenarnya tak ada yang salah sama sekali. Asalkan tak merugikan da n menyakiti orang, asalkan sudah berusaha berbuat baik setulus hati, sudah cukuplah rasanya. Tapi, baik bagi diri sendiri belum tentu baik juga bagi orang lain. Dan ya, maka dari itulah perlunya menjadi peka pada orang lain. Lagi pula bagaimanapun yang terjadi, setiap orang memang akan selalu punya alasan untuk berkomentar. . #pengingatdiri

Terima Kasih 2019

2019 menjadi serangkaian pelajaran bermakna untuk saya. Tentang kedisiplinan yang belum benar-benar saya lakukan dengan baik, tentang penundaan akan banyak hal, tentang semangat belajar yang turun naik, tentang kemalasan-kemalasan yang teramat parah, tentang konsistensi dan integritas dalam proses berkarya yang perlu ditingkatkan, tentang bersabar dan kerendahan hati untuk terus berjuang melangka h maju, tentang kebangkitan dan ketegaran setelah mengalami kejatuhan, tentang berjejaring dan bersinergi dengan beragam manusia untuk tumbuh bersama, tentang memperbaiki sifat-sifat buruk yang bercela, tentang keharusan menabung yang juga butuh pengorbanan, dan tentu saja masih ada banyak hal lainnya yang harusnya bisa jadi lebih menarik jika dilaksanakan dengan baik. Sebab dunia ini terlalu hampa untuk diri saya sendiri tanpa menjadi bermanfaat bagi sesama dan bagi dunia. Terima kasih dunia, terima kasih kehidupan, terima kasih Tuhan. . Jambi, 22 Desember 2019 #pengingatdiri

Tautan Perasaan

Perpisahan, kepedihan, dan kenangan, seutuhnya bukan hanya milik manusia antara manusia saja. Tak luput dari itu, sebagiannya manusia dan sekian dari mahluk hidup lain di semesta ini, juga terikat emosi perasaannya. Tak percaya? Perhatikan dan amati sekitar kita serta dunia ini. Mungkin setidaknya ada satu kisah kedekatan hubungan manusia dan mahluk hidup lainnya yang begitu terjalin dengan erat, seperti ada ikatan batin di antara mereka. Baik itu manusia dengan hewan, tumbuhan, benda mati, atau mungkin sesuatu yang bersifat non-mahluk hidup namun terasa seolah-olah hidup. Entahlah, apapun bentuk dan wujudnya, hal-hal seperti itu memang nyata adanya dan seringkali terjadi di sekitar lingkungan kita. Dan dari kedekatan satu sama lain itu pula, kita bisa meyakini bahwa perasaan mahluk hidup itu sungguh sesuatu yang misterius, sulit diterka, dan penuh dengan teka-teki. . Kolase: "Nelangsa" Jambi, 2019

Cerita Singkat Rasa

Reruntuhan kelap-kelip asa, menyala Mengalir, menyusuri ruang-ruang imaji Di antaranya itu Aku menemukan binar-binar rasa di sana Dan pertemuan angan pun saling bertaut Menunggu gilirannya merekah dan berpijar. Jambi, 20 Desember 2019 . Ps: Buku kecil ini saya bikin dari kertas sisa potongan di percetakan. Dan untuk sampulnya saya bikin dari bekas minuman kemasan tetra-pack, dengan tehnik jilid Jepang. Lalu untuk bagian dalam sampul depan dan belakang, saya bubuhkan kertas untuk saling menempel tumpang-tindih sebagai kolase.

Salah Kaprah Menerka

Dalam upaya untuk berkembang, maju, dan jadi lebih baik, sudah pasti ada banyak cara yang kita coba. Dan dalam perjalanan itu kesalahan, kehilafan, dan apapun jenisnya tentunya tak terhindari, sebab semua itu adalah bagian dari proses. Lalu di antara sekian banyak jalan yang ditempuh, tak jarang ada pula yang mencari asal muasal perkara masalah bukan karena untuk memperbaiki keadaan. Yang terjadi malah sebaliknya, ada itikad mencari kambing hitam, untuk dijadikan bahan celaan, bahan pergunjingan, dan lain sebagainya. Ini bukan tanpa alasan, hal pertama yang bisa menandai hal tersebut bisa dilihat dari kritik yang ditujukan bukan pada sesuatu / hal /kesalahan yang terjadi, namun pada karakter personal seseorang. Yang mana dalam ilmu logika dan filsafat ilmu ini disebut Logical Fallacy, yakni cara berpikir yang salah/sesat. Dan dari cara bepikir yang salah tersebut akan menimbulkan reaksi yang salah dalam merespon. Sehingga apabila seseorang menyatakan suatu pendapat dengan menggunak

Harapan Akhir Tahun

Menjelang tahun berganti kedepan, ketika hampir semua orang berpacu pada waktu, meramu rencana untuk maju, dalam sebentuk rangkaian resolusi tahunan. Aku hanya berharap bahwa kelak aku diberikan banyak kekuatan untuk bertahan dari segala tantangan zaman, dari kerasnya kehidupan, dari pertanyaan-pertanyaan takdir yang memburu, pertanyaan yang itu-itu saja, yang semestinya bisa ditanyakan pada Tuhan saja, sebab bagaimanapun hanya Dia yang mengetahui jawaban-jawaban pasti atas semua itu.  #pengingatdiri

Berkaca Pada Nurani

Pada beberapa hal saya menjadi semakin sadar, bahwa jangan hanya ingin memaklumi diri sendiri, pahami juga sisi orang lain. Lalu sebaliknya, jangan cuma melihat cela noda orang lain, belajar juga untuk tahu diri. Tempat berkaca bukan cermin saja, nurani juga.  #pengingatdi

Hidup Bahagia Dari Kesenian

Bila kreativitas punya cara kerjanya sendiri, lalu bagaimana dengan kesenian? Seperti yang kita tahu, bahwa kesenian pun sama menariknya dengan kreativitas. Sebab kreativitas yang berproses sudah menjadi salah satu hal yang memegang peranan penting di antara elemen-elemen lain yang membentuk wujud dari setiap kesenian, apapun bentuk, jenis dan alirannya. Sebab dari kesenian itu sendiri, kita tidak melulu membahas persoalan estetika dan tehnik saja. Selain dari estetika dan kreativitas, ada banyak sekali kemungkinan yang terkandung di dalamnya. Mungkin itu kebebasan berekspresi, perspektif, karakter, gairah, semangat belajar, inovasi, cerita, sejarah, nilai-nilai filosofis dan humanisme, pesan-pesan komunikasi, sampai pada manfaat, yang seringkali jadi rujukan orang-orang, ketika memilih ketertarikan pada sebuah bidang kesenian ataupun produk tertentu dari masing-masingnya. Maka dari itu, berkegiatan kesenian bukanlah perkara yang begitu remeh-temeh. Ada beragam unsur pembentuk yan

Jawabnya ada di Ujung Langit

Sebenarnya, mengapa orang butuh motivasi? Kenapa hampir setiap orang selalu punya semacam penyemangat yang bisa membangkitkan tekad dalam diri? Ya, dalam hal apapun dan untuk tujuan apapun, hampir dari kita semua merumuskan beragam cara untuk sesuatu yang kita perjuangkan masing-masing. Bentuknya pasti ada banyak dan bermacam-macam pula. Tak jarang malah ada sebagian dari kita yang menggagas terobosan ide baru demi menyalakan api dalam jiwa. Demi menjaga agar kita tetap pada setapak jalan yang kita titi ke depan. Karena ketika api itu mulai redup atau mungkin padam, sudah jelas saat-saat seperti itu lah kita sangat membutuhkannya sebagai pendorong. Bahkan tak jarang, ketika sedang menyala pun rasanya kita akan tetap berusaha menjaga api itu berkobar, atau membuatnya mencapai lebih dari apa yang bisa dilakukan. Karena jujur saja, dari hati terdalam bukankah banyak kita yang memang selalu ingin lebih, lebih, dan lebih? Tentu itu adalah sesuatu yang bebas kita lakukan sendiri, tak ada

Apakah Kita Sedang Berlomba?

Kadangkala di dalam perenungan kecil, saya bertanya-tanya sendiri. Apakah kita ini sedang saling berlomba satu sama lain? Berlomba jadi yang paling pintar, berlomba jadi yang paling kaya, berlomba jadi yang paling  keren , berlomba jadi yang paling  hebat , berlomba jadi yang paling tinggi, berlomba jadi yang paling baik. Tapi sepertinya kita sedang berlomba jadi yang paling benar di antara semuanya. Dan lebih dari itu, sadar ataupun tanpa kita sadari, hal-hal tesebut masih akan terus berlanjut dari waktu ke waktu, selama peradaban kita ini masih berlangsung.

Doa Untuk Guru

Di hari guru ini, mungkin banyak yang bercerita tentang guru-gurunya, terlebih lagi guru favorit. Apakah guru favorit itu ada? Memangnya ada kriteria dan standardnya? Rasanya agak susah jika ditanya soal "Siapa guru favorit?" Sebab mungkin ada banyak. Baik guru selama belajar di sekolah, pun guru di luar sekolah. Tapi yang paling berkesan dan paling saya ingat dari semua guru saya, salah satunya adalah guru SD saya dulu. Jarmiati, namanya. Kami lebih akrab memanggilnya ibu Jar. Hanya saja dari berbagai hal yang beliau ajarkan, yang paling saya ingat dari beliau, dia yang mengenalkan lagu "Ayo Mama" lagu daerah yang khas dinyanyikan rakyat Maluku. Padahal setahu saya, ibu Jar aslinya berlatar belakang Kerinci. Pertanyaan saya saat itu, kenapa ibu Jar tak mengajarkan lagu-lagu Kerinci saja ya? Dan sampai sekarang saya belum dapat jawabannya. Tapi mungkin jawaban itu tidak lah terlalu penting. Yang terpenting, semoga ibu selalu sehat dan hidu

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami.