Langsung ke konten utama

Bisa Multitasking?


Apakah orang bisa melakukan kegiatan bersamaan, seperti saat membaca buku sambil mendengarkan musik atau berita atau mendengarkan informasi apapun itu?

Atau mungkin untuk lebih mudahnya kita gunakan saja istilah populer saat ini yang begitu membawa kesan yang keren, apa itu?  Jawabannya adalah multitasking. Ya multitasking.

Pada awalnya, multitasking memang erat kaitannya dengan cara kerja komputer yang dapat digunakan untuk menjalankan beberapa tugas dalam sesaat. Intinya kita bisa mengerjkan beberapa tugas/kegiatan dengan sekali lewat atau satu waktu.

Saya pikir, jika sesuatu yang dikerjakan berupa pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan banyak kefokusan dan konsentrasi otak, mungkin bisa-bisa saja. Dan sangat memungkinkan.

Namun jika perkejaan atau sesuatu yang ingin dilakukan tersebut diharuskan untuk fokus, konsentrasi, demi mencerna hal-hal yang melibatkan konsep kerja otak, saya rasa itu cukup sulit jika pun terlaksana saya rasa tentu akan jauh dari sempurna.

Sama halnya seperti yang saya tanyakan di awal tadi bahwa, apakah bisa membaca buku sambil mendengarkan musik/berita atau mendengarkan informasi apapun?

Jawaban saya pendek dan biasa saja. Menurut saya sendiri tidak bisa. Ya ini khusus untuk saya sendiri pastinya. Sebab dari yang selama ini saya amati sendiri bahwa, saya adalah tipikal orang cukup susah untuk fokus terhadap sesuatu. Apalagi jika membaca buku sambil mendengarkan musik atau hal lainnya, rasanya akan susah untuk fokus dan konsentrasi. Karena dua kegiatan tersebut yakni membaca dan mendengarkan musik/apapun itu merupkan melibatkan kerja otak yang selaras.

Atau mungkin ada banyak sekali orang yang bisa melakukan kerja multitasking? 

Ya mungkin saja. Karena mungkin memang cara kerja otak mereka lebih unik dan tajam. Sehingga bisa bekerja lebih ekstra namun tetap optimal.

Bagaimana denganmu, bisa multitasking?

@30haribercerita #30haribercerita #30harimenulis #30HBC1806

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p