Langsung ke konten utama

Tanya Nurani


"Tahun baru lagi
Tahun baru banyak resolusi
Resolusi tanpa aksi
Sama aja basa-basi"

Itu adalah penggalan lirik lagu "Tahun Baru Lagi" dari Nostress. Sebuah band indie beliran pop-folk asal Bali.

Baiklah, nampaknya aku ingin ikut dalam pusaran keramaian warganet, yang sedang dalam euforia pembahasan mengenai ragam pertanyaan yang muncul dan hal-hal bersinggungan dengan resolusi tahunan. Berhubung kita baru saja melalui pergantian tahun dari 2017 ke tahun 2018.

Lalu apa saja yang menarik dari topik ini? Selain dari kontroversi pro dan kontra halal-haramnya mengucapkan selamat tahun baru, yang tak akan dibahas di sini. Hal itu tak lain tak bukan adalah seberapa berhasilkah kita melewati tahun 2017 lalu? Bagaimana kesan-kesan yang timbul dari setiap proses yang telah berlangsung? Apakah semuanya berjalan dengan mulus, lancar, dan baik-baik saja? Apakah target-target yang telah disusun di awal tahun sebelumnya sapu bersih semua? Atau malah sebaliknya, mengalami keterpurukan tak terperih, dan banyak kejatuhan yang benar-benar membuat semuanya kacau balau? Tentunya kita masing-masing punya cerita berbeda dan unik pastinya.

Lalu ketika waktu kembali mendekati akhir tahun dan semua orang bersiap menjelang pergantian tahun, seolah-olah suasana penuh kontemplasi hadir menyeruak ke permukaan begitu saja, benar-benar tumpah-ruah. Sebagian orang di muka bumi ini berusaha menerenung ke dalam dirinya. Melihat jauh ruang jiwanya. Melemparkan banyak tanya lalu kemudian menjawabnya sendiri. Menyesali, mengutuk, dan mungkin mengumpat kesalahan yang pernah dilakukan. Dan untuk kesekian kalinya berjanji pada hati untuk menjadi sebaik-baik manusia, setelah semua yang terjadi ini. Kadang kala, pembicaraan mengenai resolusi tahunan rasanya seperti sebuah permainan saja. Di satu waktu kita melebihkan energi untuk serius menjalaninya. Namun di lain kesempatan, setelah proses berjalan beberapa saat, kita seringkali lupa akan resolusi yang sudah digagas.

Di garis edar waktu, ada yang fokus terus menjejaki panduannya hingga berhasil. Ada yang sejenak terlena, salah, dan melenceng menuju arah lain. Lalu ada pula yang kadang kembali sadar diri ketika sempat tersesat namun beruntung bisa meneruskan langkahnya lagi. Sama seperti sebelumnya, masing-masing dari kita semua tentu punya cerita berbeda dan unik satu sama lainnya. Dan semua kembali pada diri sendiri, ingin jadi apa dan melakukan apa saja di pada kesempatan selanjutnya? Membawa manfaat untuk diri sendiri dan orang lain atau tidak?

Untuk jawaban dari pertanyaan terakhir, seperti biasa, tanyakan diri sendiri, tanya nurani.

"Tahun baru lagi
Bikin resolusi kok nunggu tahun baru"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu

Saat benar-benar sadar aku bisa saja sedikit malu dengan yang aku peruntukkan padamu tapi jika benar-benar harus jujur aku ingin selalu tak sadar dengan yang aku rasakan agar bisa memberikan sumbangsihku padamu meski itu hal yang mungkin biasa, atau super-duper-biasa atau tak ada istmewanya sama sekali bagimu tak masalah bagiku,  yang penting aku melakukannya tulus untukmu.

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami. ...

Sosok Inspiratif dari Desa Suak Labu

Beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi seorang ibu guru sekaligus kepala sekolah yang baik hati, Diyan Mahyuni namanya. Sosok ibu inspiratif yang saya temui pertama kali ketika saya dan teman sekelompok saya melaksanakan agenda tahunan mahasiswa tingkat akhir ditempat saya belajar beberapa tahun lalu, di Desa Suak Labu. Yakni dimana kami menjalani serangkaian proses demi proses belajar, baik yang terprogram maupun tak terprogram dalam lingkup kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ditugas kan oleh almamater tempat kami menimba ilmu saat itu. Dan saat saya dan beberapa teman sekelompok KKN dulu, dengan sengaja menyempatkan diri untuk bisa menghadiri undangan perhelatan acara perpisahan yang akan dilangsungkan didesa itu. Seketika ingatanku terlempar pada kenangan lalu dimana dulu di sana. Di desa itu pernah menjadi rumah kami belajar, bertemu dan menemukan kawan-kawan baik serta kerabat baru. Tanah dimana kami terkesan akan begitu banyak orang-orang hebat yang jarang, atau mungk...