Langsung ke konten utama

Divisi Pertemanan


Berawal dari rasa penasaran yang disengaja dan tak disengaja. Saya iseng mencoba mencari definisi dari sebuah kata pertemanan di Google dengan mengetikkan kata kunci "teman adalah" di kolom pencariannya.

Tanpa  harus menunggu lama, muncul lah satu ringkasan pengertian yang bersumber dari laman Wikipedia bahwa "Taman atau sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka". Ya itu katanya.

Berhubung saya tidak terlalu akrab dengan kata "teman" ataupun "pertemanan" karena pada kenyataannya saya memang tidak terlalu punya banyak teman, selain dari teman main sedari kecil di sekitar rumah, teman semasa sekolah dulu, teman kuliah, teman kerja, dan beberapa teman kenalan dari offline dan online. 

Sebentar, sebentar.

Sebelumnya saya pikir saya tidak punya banyak teman, tapi melihat beberapa divisi pertemanan di atas itu, sepertinya cukup ramai juga lingkup pertemanan saya.

Sebenarnya yang saya maksud adalah teman akrab, atau sahabat, mungkin teman baik, atau mungkin juga teman dekat. Oke cukup, masih ada tambahan beberapa divisi lagi ternyata.

Jika ingin berpendapat mengenai kategori teman akrab dalam pandangan saya. Saya merasa saya punya beberapa teman akrab ataupun cukup akrab pada tiap divisi pertemanan yang telah saya sebutkan tadi. Itu untuk teman akrab. 

Lalu bagaimana dengan "sabahat"? Entahlah, saya merasa belum punya pendapat yang cukup untuk menjelaskan makna dan realitas dari sahabat. 

Selanjutnya "teman baik", untuk teman baik sendiri, saya pikir saya bisa menemukannya di manapun itu, baik pada divisi pertemanan yang tak sengaja saya bentuk dan kategorikan itu, atau pada dunia pertemanan lainnnya yang belum saya cantumkan karena tak sempat terpikirkan. Dengan syarat, asalkan saya juga berusaha jadi sosok teman yang baik tentunya.

Bagaimana jika sebaiknya? Jika teman berlaku kurang atau tidak baik pada saya, secara refleks yang saya lakukan jelas saja berusaha menjadi cermin untuknya. Di mana saya akan merefleksikan atau gampangnya  membalas ataa apa yang diperlakukan seorang teman pada saya, walau kemungkinannya saya sedikit kurang tega, karena menyadari saya masih punya sisi baik hati. Ya saya sedang jujur, percayalah!

Terakhir "teman dekat"

Hmmm, untuk yang satu ini mulut saya seperti kelu dan kaku. Saya benar-benar tidak bisa berkata apa-apa, pun juga memikirkan apa-apa. Jika tak cukup di situ dan ingin melebih-lebihkan perihal ini sedikit lagi, ketika tiba-tiba mendengar frasa "teman" itu saja, semua panca indera pada tubuh ini rasanya jadi kacau dan tidak singkron seperti bagaimana seharusnya. Halah ribet, intinya kalau sekarang sedang tak ada sama sekali. Maaf salah ucap, yang benar belum ada.

Oke nampaknya ada bonus.
Yakni "teman hidup"

Rasanya ini sama saja dengan "teman dekat", belum ada. Atau yang lebih cocok belum kesampaian punya. Ya masih on the way pencarian lah. Do'akan saja ya ya ya.

Oya sebelum membuat tulisan ini, saya sebelumnya juga mencoba mencari inspirasi dari membaca tulisan di internet salah satunya tulisan di web mojok. Lalu seperti biasa, terlebih dahulu saya mengetikkan kata kunci di kolom pencariannya dengan kata "teman"  Dan berikut ini beberapa judul tulisan yang saya baca. 

"PEREMPUAN PUNYA TEMAN LELAKI WAJAR, TAPI TIDAK SEBALIKNYA",

"5 HAL YANG TAK SEHARUSNYA KAMU LAKUKAN PADA TEMAN DESAINER GRAFISMU",

"AKHIRNYA, MK MENGHAPUS 
LARANGAN MENIKAH DENGAN TEMAN SEKANTOR",

"KEPADA TEMANKU YANG SUKA MINTA OLEH-OLEH", "ADA YANG TIDAK BERES DALAM PERTEMANAN INI".

Walau pun setelahnya membacanya dar kesemua judul itu, tetap saja saya tak dapat inspirasi apa-apa.

@30haribercerita #30haribercerita #30HBC1808

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p