Ada yang pernah bilang, kalau segala masalah hidup yang berhasil kita lewati, secara sadar dan tidak sadar akan membuat diri kita banyak belajar dan tentu pula menjadikan kita semakin dewasa dan matang dalam menyikapi sesuatu. Dengan syarat, kita mau membuka diri dan menerima kenyataan yang terjadi dengan berbesar hati.
Tapi memberi komentar memang begitu mudah, apalagi mengomentari masalah orang lain, seolah-olah kita lah yang paling tahu solusi yang dibutuhkan orang lain, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ah kadang kita memang ngehek ya? Kurang kerjaan sekali rasanya.
Lain yang berkomentar, lain cerita pula yang diberi komentar. Ketika kita pada posisi orang yang sedang dirundung masalah, entah itu masalah yang pelik atau cuma masalah remeh-temeh. Kita sering menjadi keras kepala untuk diberi nasehat. Bahkan ketika sebelum sebuah masalah terjadi, acap kali kita diberi wejangan ini dan itu, namun kita seolah acuh, masa bodoh. Kita bersikap cuek dengan memegang prinsip hidup "just do it" atau "just go a head". Tentu ada banyak lagi prinsip prinsip bernada optimis lainnya.
Tak ada yang salah sebenarnya dengan bersikap optimis. Hanya saja, mungkin dengan porsi yang seimbang, tidak kurang dan tidak berlebihan pula. Sebab terlalu berekspektasi juga tidak baik, salah-salah kita jadi manusia jumawa. Lalu ketika apa-apa yang diinginkan pupus, hal itu bisa saja membuat kita terpuruk dalam kubangan penyesalan.
Dan pada fase inilah yang seringkali membuat orang rentan terhadap rasa sakit akibat tekanan-tekanan yang muncul menyeruak, kesalahan yang terlanjur terjadi, kebaikan yang jarang atau malah tak kunjung menghampiri, membuat kita dilanda gelombang pesimistis. Bila sudah begini, apapun yang dilakukan rasanya tidak akan memberikan dampak yang baik, khususnya bagi diri sendiri.
Lalu apalagi? Entahlah, sulit untuk menerka-nerka bagaimana selanjutnya. Yang pasti hal buruk dan paling buruk sekalipun bisa saja terjadi jika jalan keluar tak juga ditemukan. Ini mungkin depresi.
#septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #depresi
Tapi memberi komentar memang begitu mudah, apalagi mengomentari masalah orang lain, seolah-olah kita lah yang paling tahu solusi yang dibutuhkan orang lain, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ah kadang kita memang ngehek ya? Kurang kerjaan sekali rasanya.
Lain yang berkomentar, lain cerita pula yang diberi komentar. Ketika kita pada posisi orang yang sedang dirundung masalah, entah itu masalah yang pelik atau cuma masalah remeh-temeh. Kita sering menjadi keras kepala untuk diberi nasehat. Bahkan ketika sebelum sebuah masalah terjadi, acap kali kita diberi wejangan ini dan itu, namun kita seolah acuh, masa bodoh. Kita bersikap cuek dengan memegang prinsip hidup "just do it" atau "just go a head". Tentu ada banyak lagi prinsip prinsip bernada optimis lainnya.
Tak ada yang salah sebenarnya dengan bersikap optimis. Hanya saja, mungkin dengan porsi yang seimbang, tidak kurang dan tidak berlebihan pula. Sebab terlalu berekspektasi juga tidak baik, salah-salah kita jadi manusia jumawa. Lalu ketika apa-apa yang diinginkan pupus, hal itu bisa saja membuat kita terpuruk dalam kubangan penyesalan.
Dan pada fase inilah yang seringkali membuat orang rentan terhadap rasa sakit akibat tekanan-tekanan yang muncul menyeruak, kesalahan yang terlanjur terjadi, kebaikan yang jarang atau malah tak kunjung menghampiri, membuat kita dilanda gelombang pesimistis. Bila sudah begini, apapun yang dilakukan rasanya tidak akan memberikan dampak yang baik, khususnya bagi diri sendiri.
Lalu apalagi? Entahlah, sulit untuk menerka-nerka bagaimana selanjutnya. Yang pasti hal buruk dan paling buruk sekalipun bisa saja terjadi jika jalan keluar tak juga ditemukan. Ini mungkin depresi.
#septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #depresi
Komentar
Posting Komentar
attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !