Ketika masa kecil dulu, kira-kira saat umur 4 atau 5 tahun, saya pernah berada dalam percakapan singkat dengan bapak saya dipinggiran sungai yang berair asin tak jauh dari rumah. Kami berada dipinggir sungai karena bapak baru saja selesai memangkas rambut saya yang menurutnya sudah mulai panjang dan tidak rapi. Jadi tujuan kami berada dipinggir sungai itu adalah mandi sambil membersihkan sisa-sisa potongan rambut yang masih menempel di kepala saya. Jika diingat-ingat, sampai saat ini, bapak adalah pemegang rekor orang yang paling sering memangkas rambut saya. Bayangkan bila ada rekor dari muri untuk itu? Aku dan bapak pasti bangga sekali menerima penghargaan rekor itu :D
Dan saat berada di pinggir sungai itu, kami lalu duduk di sisi jembatan. Salah satu yang paling saya ingat juga adalah bapak yang mengusap kepala saya, berusaha membersihkan sisa-sia potongan rambut saya di kepala. Lalu tak lama kemudian bapak menanyakan perihal cita-cita saya ingin jadi apa suatu saat di masa depan nanti? Namanya anak-anak, hal yang paling sering dilihat, didengar, dan diamatinyalah yang paling menempel di dalam pikirannya. Dan karena saat itu, yang paling eksis di mata anak-anak adalah sosok Polisi. Spontan saya menjawab pertanyaan bapak saya tadi dengan mantap: Polisi!
Namun dengan spontanitas itu, saya jadi merasa salah langkah. Pasalnya, setelah bapak mendengarkan jawaban saya yang bercita-cita ingin jadi Polisi. Lalu bapak menyuruh saya untuk melepaskan genggaman tangan saya pada sisi jembatan untuk belajar berenang, latihan kata bapak. Saya yang belum paham dengan kemampuan diri saya, apakah bisa berenang atau tidak. Saya merasa bahwa semua orang bisa menqklaim dirinya bisa berenang. Lalu setelah saya mencoba mengibaskan tangan dan kaki dalam sungai itu, sok berusaha menjadi anak tangguh yang bisa berenang. Ternyata harapan saya salah besar. Saya jusrtru hampir saja tenggelam di sungai itu. Dengan sigap bapak pun menolong saya segera. Diselanya saya sedikit mendengar bapak bilang, kalau mau jadi Polisi itu harus bisa berenang, kalau tenggelam begini, bagaimana mau jadi polisi?
Tak lama setelah itu, saya sadar cita-cita tak selamanya harus tinggi, yang terpenting adalah bisa berenang. Demi menghilangkan rasa minder dalam diri. Saya lalu saya meyakinkan diri, untuk merubah haluan cita-cita saya. Bercita-cita jadi apa lagi? Entahlah, jadi apa saja asal berguna bagi diri sendiri, keluarga, agama, bangsa, dan negara. Tapi untuk memulai proses mulia itu, sepertinya saya terlebih dahulu harus bercita-cita bisa berenang.
#septemberwrite #citacita #menulis #menulis30hari
Komentar
Posting Komentar
attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !