Langsung ke konten utama

Manusia Pemimpi

Di dunia ini sudah banyak orang yang hidup sukses dengan mengenggam mimpi-mimpinya. Siang malam berpeluh, berpacu dengan waktu. Terik cuaca panas dan rintik hujan deras seperti sudah jadi sahabat karib. Yang hadir di kala suka, setia di saat duka, kapanpun di manapun selalu saja ada.

Semua orang bebas saja jika ingin bermimpi, toh tiada yang melarang kan.
Selagi pikiran, umur, dan nafas masih di kandung badan, jalan masih tersisa. Asalkan semangat masih menggelora, tiada daya dan upaya yang dapat menghalang kecuali kehendak tuhan. Ini bukan sekadar teori omong kosong belaka, sudah banyak orang yang membuktikannya.

Dan ingat, bermimpi boleh saja tinggi, berharap boleh saja besar. Namun kadang kala, ada saatnya kita harus menyadari sebuah keadaan yang statis dan tak bisa diubah begitu saja semau kita. Kita pasti sadar diri akan keberadaannya, ia adalah realita. Ini bukan tentang menyerah, tapi hanya tahu diri kapan harus berhenti.

Namun di luar daripada itu, bagaimanpun jalan cerita dan teorinya, tetap saja saya bersikeras untuk memilih menjadi bagian dari golongan manusia​ pemimpi.

#septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #mimpidanrealita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harus Berubah

Pagar Rumah Bang Ian Saya sadar bahwa kebiasaan yang saya lakukan sehari-hari banyak yang buruk. Mulai  dari sering begadang, ngemil, malas, berantakan, dan kucel. Seharusnya seiring waktu berjalan saya sudah bisa mengurangi ini semua. Sebab saya sudah pernah berniat untuk jadi orang yang lebih baik kedepannya sejak lama, dan itu termasuk juga dengan memperbaiki kualitas dan cara saya menjalani kehidupan. Dan sudah seharusnya hal ini bisa segera saya lakukan dengan baik. Saya ingin sekali memperbaikinya, saya ingin berubah, mudah-mudahan bisa segera saya lakukan sedikit demi sedikit.

No Execuse

Baiklah Saya akan memulai cerita baru Ketika saya mendapati kembali ingatan tentang blog saya, yang setahun lebih rasanya tak pernah terjamahi. Sebenarnya ada beberapa kali saya menyempatkan diri untuk log-in tapi itu pun hanya sekedar melihat juga mengamati keberadaan dan eksistensinya. Yang mana, siapa tahu selama saya hiatus ada banyak kunjungan yang khilaf ke blog saya. Walau mungkin sepertinya tak ada sama sekali, atau malah ada cuma tak berwujud manusia, hantu kan bisa saja tuh. Tapi kurang kerjaan sekali sepertinya kalo sampai hantu pun blogwalking ke sini. Gak ada urusan sama sekali gitu kan. Dan karena perihal itulah saya kadang merasa geli sendiri, sekaligus lucu, ngakak,  tertegun, lalu merenung, sedih, sampai terharu, komplit sudah haru-birunya. Perasaan campur aduk itu adalah akumulasi dari berbagai hal tak jelas yang terbayang dan terjadi. Di mana dalam satu tahun lebih itu, jelas sekali ada banyak kisah dari setiap waktu yang saya terlewati untuk bisa saya tulis...

Gulungan Kertas Kuning

Beberapa waktu lalu saya menemukan gulungan kertas kecil berwarna kuning, dari dalam saku belakang celana panjang saya yang baru kering dari jemuran. Dengan perlahan saya buka agar kertasnya tidak robek, lalu saya menemukan tulisan tangan saya yang khas, yang tidak cukup buruk namun tidak juga bisa dibilang bagus. Atau mungkin lebih tepatnya berkarakter sepertinya, entahlah. Kertas berwarna kuni ng itu tampak bertuliskan "Bagaimanpun yang ingin dikatakan, harus disampaikan!" Saya tak bisa mengingat pasti untuk apa dan bagaimana gulungan kertas tersebut sampai ada di dalam saku celana saya. Yang bisa saya tebak, mungkin saat itu saya mendapatkan ide tentang sesuatu namun baru terpikir serangkai kalimat pendek itu saja. Maka sudah pasti saya harus mencatatnya segera saja agar tidak lupa, dan bisa menggunakannya di lain waktu sebagai bagian dari ide untuk menulis. Mungkin itu puisi, atau apapun yang bisa saya tuliskan. Kita lihat saja.