Langsung ke konten utama

Laut Dalam Diriku

Di waktu-waktu senggang nan lengang. Banyak yang sebenarnya bisa dilakukan dari yang sekadar diam dan mengunci diri di kamar seperti yang biasa aku lakukan, sampai bermacam-macam kegiatan seru lainnya. Namun di antara banyak hal yang aku inginkan, salah satunya adalah menikmati laut.

Sejak kecil mungkin aku sudah cukup sering melihat laut ataupun sungai-sungai besar. Dan kadang-kadang aku beserta keluarga juga bepergian dengan menggunakan alat transportasi jalur laut.

Sebenarnya aku berharap bisa menikmati banyak hal dari laut. Namun karena nila setitik rusak susu sebelanga. Dan nila di antara hal itu adalah, bahwa aku nyatanya  tak mahir berenang. Mungkin aku bisa tapi aku ragu. Dari situlah entah kenapa dadaku selalu berdebar ketika melihat laut atau berada di atas laut, pikiranku seperti merasa panik. Atau mungkin juga aku merasa trauma karena seringkali tenggelam saat belajar berenang waktu kecil dulu.

Padahal, aku ingin sekali seperti teman-temanku dulu, yang penuh semangat bergelora, dengan gagah berani terjun dari jembatan meluncur ke dalam laut dan menyelam di antara sekat kaki-kaki jembatan yang basah atau lompat dari tempat tinggi dan menghujam menerobos permukaan air, lalu beberapa saat muncul dengan nafas tersengal-sengal dan wajah yang penuh kegembiraan dan kepuasan, serasa bebas. Itu adalah satu hal dari laut yang aku inginkan.

Dan hal lain yang aku harapkan dari laut adalah, aku ingin merasakan dan menikmati banyak pelajaran juga inspirasi dari laut, aku ingin merasakan dan mengalaminya​ terus, terus, dan terus. Karena dengan itu mungkin aku akan lupa dengan​ segala keresarahan dan ketakutanku pada laut dan kedalamannya.

Ah mungkin aku terlalu sibuk mengukur dan menerka-nerka seberapa dalamnya laut, namun aku lupa mengukur dalamnya hati ini. Lupa mengukur sedalam apa aku mengetahui palung terdalam dari hatiku, sedalam apa aku mengerti diri sendiri, sedalam apa aku memaknai setiap keinginan dan mimpi-mimpiku.

Sebelum aku hanyut lalu tenggelam dalam hal-hal dan segala macam bentuk permasalahan di sekitar, aku harus membuat perubahan dalam diriku 

Dan sepertinya​ sebelum aku sibuk mengurusi kedalaman laut yang sebenarnya, aku harus mengukur kedalaman laut dalam diriku. 

#septemberwrite #menulis30hari #30harimenulis #menulis #laut #tentanglaut

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu

Saat benar-benar sadar aku bisa saja sedikit malu dengan yang aku peruntukkan padamu tapi jika benar-benar harus jujur aku ingin selalu tak sadar dengan yang aku rasakan agar bisa memberikan sumbangsihku padamu meski itu hal yang mungkin biasa, atau super-duper-biasa atau tak ada istmewanya sama sekali bagimu tak masalah bagiku,  yang penting aku melakukannya tulus untukmu.

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami. ...

Sosok Inspiratif dari Desa Suak Labu

Beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi seorang ibu guru sekaligus kepala sekolah yang baik hati, Diyan Mahyuni namanya. Sosok ibu inspiratif yang saya temui pertama kali ketika saya dan teman sekelompok saya melaksanakan agenda tahunan mahasiswa tingkat akhir ditempat saya belajar beberapa tahun lalu, di Desa Suak Labu. Yakni dimana kami menjalani serangkaian proses demi proses belajar, baik yang terprogram maupun tak terprogram dalam lingkup kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ditugas kan oleh almamater tempat kami menimba ilmu saat itu. Dan saat saya dan beberapa teman sekelompok KKN dulu, dengan sengaja menyempatkan diri untuk bisa menghadiri undangan perhelatan acara perpisahan yang akan dilangsungkan didesa itu. Seketika ingatanku terlempar pada kenangan lalu dimana dulu di sana. Di desa itu pernah menjadi rumah kami belajar, bertemu dan menemukan kawan-kawan baik serta kerabat baru. Tanah dimana kami terkesan akan begitu banyak orang-orang hebat yang jarang, atau mungk...