Langsung ke konten utama

Kebaikan Melawan Hoax


Beberapa waktu lalu saya menemukan sebuah kenyataan. Kenyataan yang ironi dari sebuah cerita ringan oleh seseorang tentang mendistribusikan kebencian, menggiring opini dangkal, melanjutkan berita tak akurat menjurus sesat, memancing emosi, menjaring orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama dengannya, semua demi tujuan memprovokasi situasi dan kondisi ruang hidup khalayak. Sebut saja propaganda.
Dan perkiraanku saat itu, mungkin ia menganggap apa yang ia sampaikan pada saya adalah hal remeh dan sebuah permainan mengandung keseruan yang akan membuat saya takjub. Mungkin ia menganggap itu adalah bakat yang mengandung nilai prestasi. Mungkin ia menilai saya akan sejalan dengan pikirannya, merasa satu visi, bangga, dan merasa bahwa saya bisa ikut ambil bagian atas apa yang ia lakukan.
Ah maaf maaf kata, saya tak akan pernah kagum, apalagi tertarik, no way. Saya tak tertarik memelihara kegoblokan macam itu.
Tapi saya salut untuk kepercayadirian atas apa yang ia lakukan itu besar sekali, terlebih lagi lugas menceritakannya pada saya. Sedang di hadapannya, saya yang sebenarnya berseberangan dengan jalan pikirannya serasa tiada berdaya dan hanya bisa bicara dengan pasif.
Sesungguhnya, saya hanya mencoba diam & berusaha mencari cara mengalihkan topik pembicaraan agar jauh lebih berfaedah. Minimal seru tapi tak mengandung kegoblokan dan kebencian yang dipelihara. Tapi apa daya, saat itu hanya senyum kecil palsu yang bisa saya lakukan.
Karena nyatanya saya tak setuju dengannya, namun tak sanggup untuk menolak & beradu argumen lebih jauh sebagai orang yang bersebrangan pendapat. Mungkin lebih tepatnya, sih, malas. Malas untuk mengurusi hal macam itu, saya merasa hal tersebut tak ada penting-pentingnya untuk diri saya.
Namun disitulah letak kekeliruan saya, padahal jelas saja ada yang penting pada hal itu untuk saya pribadi, yakni prinsip & idealisme diri yang harus dipertahankan jika meyakini sebuah kebenaran. Karena seperti sebagaimana seharusnya, kebenaran itu adalah benar, setidaknya begitulah yang saya coba percaya.
Tetapi miris memang rasanya atas perihal sesuatu yang tak bisa saya m juga perjuangkan dengan percaya diri dan lantang pada siapapun.
Kedepannya, saya akan menyiapkan serumpun harapan dan tekad menggebu untuk membentengi diri dari pengaruh-pengaruh sakit jiwa macam itu. Mudah-mudahan saja itu semua bisa berjalan dengan baik dan lancar jaya. Karena saya percaya bahwa kebaikan memang harus diwujudkan dengan jalan sebaik-baiknya agar tiada lagi yang merasa tersakiti apalagi terluka. Meski mengakui ini adalah jalan panjang yang berat, susah, dan penuh rintangan, bukankah kita sebaiknya lebih meyakini bahwa setiap masalah, pasti datang beserta solusinya. Dimana ada niat kemauan, di situ pasti ada jalan. Dan kebaikan sudah pasti pula harus menang melawan hoax.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Sakit

Hari ini mungkin saya akan pulang dari rumah sakit setelah satu Minggu  saya dirawat di rumah sakit di daerah saya RSUD KH. DAUD ARIF Kuala Tungkal ini dengan diagnosis Asma dan Infeksi Paru / Pneumonia. Saya dirawat tepatnya mulai dari malam Minggu 12 April  2025 lalu, di mana sebelumnya pada waktu menjelang magrib sepulang saya bekerja saya terlebih dulu datang berobat ke klinik Ananda Medika yang terdekat dari rumah saya di jemput dan sekaligus diantar adik saya. Hanya saja karena kondisi saya saat itu dirasa cukup kritis maka saya dirujuk secepatnya ke rumah sakit, dan hari perawatan pun berjalan sampai hari ini. Adapun kondisi kesehatan saya sudah cukup membaik dari hari ke hari. Dan hari ini saya juga  berharap bisa segera pulang karena sudah mulai merasa bosan. Sebenarnya saya sudah mengidap asma sejak lama sekali, sudah dari dulu kala, sudah semasa kecil, sudah seumur hidup ini. Jadi bisa dibilang saya sangat akrab dengan sakit asma itu sendiri, dan bisa dibilang...

Pelajaran Dari Anak Kucing Calico

Persis pada hari Minggu sepekan yang lalu, saya dan adik bungsu saya sedang joging sore atau mungkin lebih ke jalan kaki sore. Seperti biasa dalam langkah yang berpacu itu, kami melakukan pembicaraan yang lompat-lompat, kadang membahas ini, nanti membahas itu. Lalu setelah sekitar 500 meter berjalan, kami melewati jalan setapak yang kiri kanannya masih banyak semakin belukar,  Tak lama berjalan saya seperti mendengar suara anak kucing. Semakin kami berjalan maju, suara itu semakin jelas terdengar, di pertengahan jalan setapak itu, di pinggirannya  ada seekor anak kucing kecil belang tiga atau kalau istilah kerennya kucing Calico. Saya dan adik pun heran di jalan yang sepi dan cukup jauh dari pemukiman warga, bagaimana mungkin ada anak kucing kecil sendirian? Saya ambil kesimpulan kalau kucing ini dengan sengaja dibuang oleh orang tidak punya hati dan bodoh pula. Ditambah lagi di dekat anak kucing yang kami temukan, ada kertas bungkus nasi yang mungkin dijadikan alas makanan un...

The Peanut Butter Falcon

Apa jadinya kehidupan seseorang jika seringkali dihabiskan untuk lari dari sesuatu? Tapi kali ini bukan perkara lari dari masalah, sebab dia sendiri lah masalah tersebut. Ini adalah cerita tentang Zak (Zack Gottsagen), seorang pemuda yang mengidap down syndrome di sebuah tempat semacam rumah panti sosial, yang belakangan baru diketahui namanya, Brittayven. . Disana ada banyak orang selain Zak, yang umumnya orang tua jompo. Hanya saja, Zak memang tampak cukup jadi perhatian paling khusus dari yang lain, akibat selalu berusaha melarikan diri dari panti. . Persoalannya cukup unik, Zak terobsesi untuk bertemu dengan Salt Water Redneck (Thomas Haden Church), seorang pegulat profesional seperti Smackdown yang diidolakannya dari menonton video kaset VHS berulang-ulang bersama kakek tua yang jadi roomate-nya, Carl (Bruce Dern). . Carl pula yang pada suatu kesempatan nantinya berhasil membantu misi Zak untuk melarikan diri dari panti, setelah sebelumnya juga sempat bersiasat den...