Langsung ke konten utama

Menjadi Juara

Bukalah situs berita/koran hari ini, pilihlah sebuah BERITA, ceritakan bagaimana pandangan dan perasaanmu mengenai berita tersebut?

Jika membahas sebuah berita, bagi saya hal ini sebenarnya bisa jadi sumber informasi yang baik buat saya. Baik itu berita dari media cetak, elektronik, ataupun media online. Hanya saja kadang kala, ada masa di mana saya kurang peduli pada sebuah berita yang beredar, cenderung merasa jenuh. Mungkin karena pengaruh dari rasa bosan yang muncul akibat dikelilingi berita-berita politik dan pemerintahan yang bermasalah dan seolah tak ada jalan keluarnya.

Sering saya berusaha mencoba menggali informasi yang jelas dari berbagai sumber mengenai sebuah topik yang sedang hangat dibahas, dengan maksud berusaha mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan menimpa Indonesia kita tercinta ini. Tapi di sisi lain, lebih sering lagi saya cuek dan tak mau tahu tentang yang dibicarakan orang banyak. Itupun bila memang tak ingin ketinggalan informasi, saya hanya sekedar mengamati sedikit saja, hanya untuk sekedar tahu topik terhangat. Karena ketika berusaha mencerna setiap informasi berita yang tersebar, saya selalu berprasangka buruk bahwa toh yang terjadi itu adalah akal bulus dari oknum yang gelap mata atau semua itu bagian dari konspirasi sebuah sistem yang salah dan kotor. Kotor dalam artian, sudah tak peduli lagi cara yang mereka tempuh itu melanggar sebuah norma, melangkahi sebuah aturan yang telah ditetapkan, dan merugikan pihak lain.

Namun saya sadar apalah artinya kritis dalam pikiran dan beropini bila tak melakukan kerja nyata yang berguna bagi bangsa dan negara ini. Jadi jelas untuk saat ini sifat kritis saya hanyalah omdo alias omong doang.

Karna bahasan politik dan pemerintahan rasanya terlalu berat dan bikin pening kepala, ya sudah saya alihkan ke topik lain saja.

Dunia kehilangan salah satu sosok inspiratif.

Sekitar tanggal 4 Juni 2016 lalu beredar kabar bahwa Muhammad Ali sang petinju legendaris dunia telah wafat dalam usianya yang menginjak 74 tahun. Menurut informasi yang saya baca, Ali memang memiliki riwayat penyakit Parkinson sejak beberapa puluh tahun belakangan sampai menjelang ajalnya. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit di Phoenix, Amerika Serikat dan mengalami masa kritis untuk beberapa jam terakhirnya.

Jelas Amerika bahkan dunia berkabung atas berpulangnya Ali. Ada banyak kisah hebat yang ditorehkan sang legenda tinju itu. Untuk di Amerika jelas saja, Ali mendapat sorotan lebih saat kepergiannya. Ali adalah atlet tinju yang pernah menorehkan prestasinya dalam sejarah dunia. Ali tertacatat banyak memenangkan kejuaraan tinju di berbagai kompetisi, mulai dari berbagai tinju kelas amatir, menengah, sampai dengan kelas berat dunia. Ya Muhammad Ali pernah 3 kali memenangkan kompetisi tinju kelas berat dunia. Dan dari memenangkan kejuaraan tinju kelas dunia itulah, rasanya nama Muhammad Ali tak akan pernah dilupakan di Amerika sana.

Lalu kenapa bagi dunia meninggalnya Muhammad Ali terasa begitu menghebohkan?

Selain gaya khas Ali dan berbagai prestasi tinjunya yang membuat orang berdecak kagum itu, dari namanya saja sudah jelas kalau Ali adalah seorang Muslim. Di Amerika sendiri pemeluk agam Islam terhitung masih minoritas. Selain menjadi minoritas, pandangan sebagian orang di sana tentang Islam juga masih begitu sensitif dan cenderung diskriminatif. Dan sosok Muhammad Ali yang mana seorang warga negara Amerika itu seoalah menjadi sosok pencerah di tengah keruhnya pandangan sebagian orang tentang Islam.

Muhammad Ali awalnya memiliki nama lahir Cassius Marcellus Clay Jr. Ali kemudian berganti nama pada tahun 1964 setelah memeluk agama Islam. Dan saat memeluk Islam, dalam setiap perjalanan hidupnya baik di atas ring tinju dan di kehidupan sehari-harinya Ali dikenal begitu sering menyerukan tentang kecintaanya yang dalam pada Islam di manapun dia berada dan dengan siapapun dia bicara. Ali tak tampak berusaha mengajak orang-orang yang mengaguminya untuk pindah ke agama Islam. Padahal jika Ali mau, mungkin bisa saja dia lakukan dengan mudah di tengah kepopulerannya. Tapi Ali tak menempuh cara itu, dia begitu menghargai perberdaan dengan bijaksana.

Salah satu yang juga membuat orang-orang takjub adalah dimana Ali juga aktif dalam kegiatan sosial, menyuarakan hak-hak dari golongan kecil dan tertindas. Ali yang memiliki nama julukan The Greatest itu selalu berusaha untuk memerdekakan kaum minoritas, dari itu semua Ali mendapat banyak perhatian saat dia berpulang. Hampir seluruh media cetak, elektronik Nasional dan Internasional memberitakan tentang kabar meninggalnya Ali.

Begitu besarnya pengaruh sosok Ali, tak berhenti menjadi topik bahasan orang di mana-mana. Bahkan menjelang prosesi pemakaman Ali, ada ribuan orang di Amerika datang untuk memberikan penghormatan terakhir untuknya. Sejalan dengan sebuah pepatah “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.” Kepergian dari Muhammad Ali meninggalkan nama dan kisah hidupnya yang hebat dan penuh perjuangan.

Seumur hidup, sampai saat ini saya sendiri sebenarnya kurang begitu aktif mengikuti sajian berita olahraga tinju. Tapi dari Ali saya belajar bahwa harapan tak akan pernah hilang asal engkau tetap percaya, dan perjuangan tidak berarti berakhir ketika engkau merasa ini semua adalah akhir. Tak peduli apapun hasilnya, entah itu menang atau kalah sekalipun. Harapan harus selalu ada dalam erat genggaman, dan perjuangan harus selalu dipertahankan setiap waktu, sepanjang hayat hingga titik darah penghabisan.

Seperti kata Ali

“I hated every minute of training, but I said, 'Don't quit. Suffer now and live the rest of your life as a champion.”

Jadi apapun bentuk permasalahan dan tantangan dalam hidup ini, seberapapun beratnya perjuangan yang kita tempuh, jangan pernah menyerah, jangan berhenti, terus berharap, terus berjuang, dan mari menjadi juara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p