Langsung ke konten utama

Shigeo




"Hal terberat dari memiliki adalah kehilangan"

Itu adalah sejuntai kalimat yang mengawang-awang di pikiran saya untuk menjawab sebuah komentar di postingan foto Instagram saya, yang sedikit berkisah tentang berpulangnya ikan cupang peliharaan saya, Shigeo.

Sebuah nama Jepang yang merupakan nama dari nama karakter utama Anime berjudul Mob Psycho 100.

Saya agak sedikit merasa bersalah atas matinya Shigeo. Saya terpikir kalau-kalau hal terjadi itu karen saya lupa mengganti airnya yang mana dari wadah drum air sumur yang tercemar polusi udara sebab limbah asap kebakaran yang kembali melanda Jambi semenjak satu bulan terakhir ini.

Tapi apa mau dikata, penyesalan hanya tinggal penyesalan. Bagaimanapun tak akan mengembalikan Shigeo jadi hidup lagi. Yang bisa diambil adalah pelajaran dibaliknya. Bahwa ketika hendak memelihara binatang apapun, haruslah ekstra perhatian benar jika tak ingin ada nyawa binatang yang mati sia-sia.

Ya sudahlah. Toh kehidupan ini juga harus terus berlanjut.

Ngomon-ngomong, bila tak salah hitung, Shigeo ini adalah ikan cupang peliharaan saya yang ke-4 dari yang pernah saya punya dan yang saya beri nama. Entahlah, mungkin juga yang ke-5, saya tak benar-benar ingat pasti. Yang bisa saya ingat hanya tiga nama mulai dari Ernest, Eveline, dan Anabelle.

Dengan memelihara ikan-ikan cupang tersebut, awalnya saya berharap bisa memiliki sedikit kegiatan tambahan di antara beragam kegiatan yang saya lakukan. Memberi makan, mengganti air, juga menguras wadah kaca ataupun plastik yang saya gunakan sebagai tempat hidup mereka.

Tak jarang, jika tak ingin dibilang sering, saya jadi terbiasa berbicara dengan mahluk kecil yang hidup dengan ingsang ini. Bukan hal-hal yang berat, hanya sejumlah pemikiran dan pertanyaan yang biasa saya ajukan pada diri sendiri. Yang akhirnya bisa saya utarakan pada selain diri saya, walaupun itu hanyalah ikan cupang.

Saya pikir, tak apa lah. Asalkan saya tidak memendam semua itu begitu saja dalam diri.

Saya sebenarnya bukanlah seorang penyayang binatang, namun bukan berarti juga penyiksa binatang. Maksud saya, saya bukanlah orang yang pecinta terhadap binatang-binatang, yang umumnya seringkali terlihat begitu cepat akrab dan sayang pada binatang.

Hanya saja, seiring waktu berjalan, saya berusaha menjadi orang yang tidak skeptis, terlebih lagi apatis.

Ya, saya memang sedang mengupayakan hal tersebut. Bukan hanya tentang peduli pada bintang saja. Saya juga berencana untuk menjadi seseorang yang sedikit lebih baru. Dalam artian, berupaya menjadi sosok pribadi yang cerah.

Sebenarnya saya ingin berubah jadi seseorang yang lebih baik dari diri saya yang sebelumnya. Lebih cermat dan bijak dalam hidup, lebih cakap, lebih teratur, lebih pandai, dan mawas diri. Entah kenapa juga, alasan saya untuk banyak hal yang saya coba lakukan selalu saja terpatok di situ, standard sekali.

Sudah terlalu lama rasanya membiarkan blog ini jalan di tempat, meskipun memang tak bisa berjalan.

Banyak hal yang ingin saya tuliskan sejujurnya. Itu lagu lama yang sering saya angkat untuk basa-basi ketika menulis. Tapi jujur saja, memang begitu adanya.

Lihat saja nanti.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p