Karena ia membiarkan diri dan hatinya lemah diperdaya pikiran. Padahal tentu saja hati adalah yang paling tangguh dalam menjalani segala ujian dan kondisi perasaan.
Tetapi tunggu sebentar, ada yang terlupa olehku. Ciri dan karakter manusia berbeda-beda antara satu dan lainnya. Sudah barang tentu juga bila hati yang menjadi inti jiwanya juga berbeda. Ada seorang yang sebenarnya peka dan perasa namun tampak dengan jiwa tangguh. Ada yang sebaliknya, tampak peka dan perasa tapi tapi sebenarnya acuh dan abai.
Tentu masih banyak lagi kombinasi emosional diri manusia yang lainnya. Tak terhitung karena keunikannya yang benar-benar di luar nalar dan perkiraan manusia, yang pasti di luar kendali manusia untuk mengetahui semuanya. Tapi sungguh hebat dan uniknya justru di situ, prasangka manusia yang satu dan lainnya yang tak sama bisa dan sering menyebabkan salah paham. Kenapa terjadi salah paham?
Kembali lagi, karena memang hati sebagai rumah dari perasaan itu berbeda. Karena berbeda itu, apa yang dilakukan oleh seorang manusia, sangat mungkin jadi prasangka berbeda bagi seorang manusia lain. Lalu letak salahnya di mana? Bagiku tak ada yang salah, karena masing manusia berbeda. Ya berbeda itu lah yang harus dimaklumi, diterima saja dengan perasaan cinta dan kasih.
Tapi apakah melakukannya semudah mengatakannya? Ya tentu saja tidak. Jadi solusinya? Ya belajar saja terus. Belajar memahami situasi dan kondisi. Oya dan juga belajar memahami perasaan orang lain yang berbeda dari kita. Mungkin orang lain memang tak seperti yang kita pikir. Begitu juga sebaliknya, orang lain akan merasa bahwa kita tak seperti yang mereka pikir. Pasti akan selalu ada kemungkinan seperti itu. Jadi selanjutnya bagaimana?
Ya sudah biarkan saja apa adanya. Katakan benar jika merasa itu benar, ya katakan salah jika bagimu salah. Namun jika ragu akan dampaknya, lebih baik diam saja. Tapi diam juga bukan solusi. Diam hanya akan membuat perasaan menerka-nerka yang terjadi. Dan itu cukup bisa berpotensi mendapatkan resiko. Resiko untuk sebuah kekacauan baru yang sama berpotensinya membuat kerusakan lain. Ini sungguh tak akan selesai perkaranya jika terus berlanjut. Tapi kata siapa? Bukankah itu hanya persepsi manusia?
Bukankah sudah jelas, manusia hanya berencana dan memikirkan, namun Tuhan yang menetap keputusan mana yang akan jadi kenyataan. Ini sepertinya tak akan bisa berakhir begitu saja. Ini memang akan berlanjut dan terus dan terus. Karena bagaimana juga perasaan punya jalan dan caranya sendiri untuk belajar dan mencari makna yang terjadi sebenarnya.
Gagasan ini bersifat fleksibel dan relatif, bisa jadi berubah untuk kemudian waktu menyesuaikan situasi dan kondisi. Bisa jadi malah salah karena berseberangan dengan pendapat orang lain. Bisa jadi memang benar-benar salah. Terus kenapa kalau salah? Salah ya memang salah. Tapi salah itu manusiawi. Tak ada yang salah dari kesalahan jika tujuanya untuk mencari kebenaran. Liha saja, semua soal waktu, soal sudut pandang, soal mencari jawaban. Antara mana yang salah? Mana yang benar? Dan satu lagi, mana yang merasa paling benar atau ingin selalu benar tak pernah mau terlihat salah? Padahal manusia tempatnya salah kan? Kamu merasa di bagian yang mana?
Komentar
Posting Komentar
attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !