Langsung ke konten utama

Ditemani Rasa Takut


Satu dari sekian hal yang aku hindari dalam hidup ini adalah ketinggian. Aku tak tahu pasti bagaimana itu bermula, yang jelas dari situ bisa diambil kesimpulan bahwa aku cukup takut ketinggian. Sebenarnya aku ingin menepis kenyataan itu, namun apa hendak dikata jika benar begitu adanya bahwa aku phobia pada ketinggian.

Aku merasa ketika berada pada tempat yang tinggi dan sekaligus melihat dengan sadar jarak ketinggian itu, sesaat dada ini rasanya berdegup kencang, dan kedua kaki seketika mengalami gemetaran. Bahkan kadang jika efek ketakutan itu begitu mendominasi, nafas pun bisa dibuatnya jadi tersengal-sengal. Rasanya agak sedikit mirip ketika orang yang sedang kasmaran berada di dekat sosok pujaan hatinya.

Sebenarnya, saat ini pun aku masih merasa takut pada ketinggian. Namun seiring waktu, aku terus berusaha mencoba melawan atau malah menerima ketakutan itu. Ya, sesekali aku memaksa diri melawannya, sesekali pula aku menerima dan mengakui fakta itu bahwa aku memang takut akan ketinggian.

Namun setelah aku mendapatkan banyak pemikiran dan juga menyadari segala macam proses dalam hidup ini. Aku merasa, bahwa tak masalah jika aku memang takut pada ketinggian. Karena ketakutan itu adalah hal yang wajar, semua orang sepertinya pasti memiliki ketakutannya masing-masing, dan sungguh itu tak mengapa, itu namanya manusiawi.

Tapi di antara banyak ketinggian, menaiki bianglala adalah satu dari beberapa ketinggian yang tidak aku masukkan dalam daftar ketinggian yang aku hindari. Aku sebenarnya masih merasakan takut saat dalam ketinggian bianglala, ditambah lagi dengan gerakannya yang naik-turun berputar. Seolah bertambah lah suasana ketakutan yang tercipta. Ketakutan itu terasa nyata, hanya saja keseruan dan sensasi yang muncul jadi penyulut adrenalin. Dari bianglala besar setinggi ±30 meter di Dufan Ancol Jakarta sana, sampai yang hanya setinggi 6 meter di pasar malam keliling itu, semua berhasil aku naiki ditemani rasa takutku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu

Saat benar-benar sadar aku bisa saja sedikit malu dengan yang aku peruntukkan padamu tapi jika benar-benar harus jujur aku ingin selalu tak sadar dengan yang aku rasakan agar bisa memberikan sumbangsihku padamu meski itu hal yang mungkin biasa, atau super-duper-biasa atau tak ada istmewanya sama sekali bagimu tak masalah bagiku,  yang penting aku melakukannya tulus untukmu.

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami. ...

Harus Berubah

Pagar Rumah Bang Ian Saya sadar bahwa kebiasaan yang saya lakukan sehari-hari banyak yang buruk. Mulai  dari sering begadang, ngemil, malas, berantakan, dan kucel. Seharusnya seiring waktu berjalan saya sudah bisa mengurangi ini semua. Sebab saya sudah pernah berniat untuk jadi orang yang lebih baik kedepannya sejak lama, dan itu termasuk juga dengan memperbaiki kualitas dan cara saya menjalani kehidupan. Dan sudah seharusnya hal ini bisa segera saya lakukan dengan baik. Saya ingin sekali memperbaikinya, saya ingin berubah, mudah-mudahan bisa segera saya lakukan sedikit demi sedikit.