Langsung ke konten utama

Bagaimana Seharusnya Saya Menulis?


Dalam ketertarikan saya dengan dunia tulis-menulis, beberapa kali saya sudah cukup sering membaca banyak cara, tips, panduan, dll tentang tulis-menulis itu dari berbagai sumber, baik buku, dan terutama internet. Beragam padanan kata kunci mulai dari cara menulis ini dan itu, tips menulis ini dan itu, panduan menulis ini dan itu, pokoknya banyak lagi yang lainnya, sering pula saya coba mencarinya.

Dan dari sekian banyak yang pernah saya baca, yang susah sekali saya pelajari dan lakukan secara berkelanjutan adalah bagaimana konsisten menulis dengan perasaan yang santai, tanpa beban, dan tanpa keterpaksaan. Yang berlangsung mengalir seperti arus sungai.

Ya, setiap kali menulis, saya selalu merasakan seperti sedang dikejar-kejar oleh sesuatu, sehingga saya seringkali diliputi perasaan cemas dan gelisah untuk bisa meyelesaikan sebuah tulisan yang saya mulai. Saya menyukai dunia tulis-menulis namun pada satu sisi saya merasa seperti belum benar-benar terjun sepenuhnya kedalam lautan dunia tulis-menulis itu.

Saya cukup dibuat bingung atas hal ini, karena jujur saya sangat ingin meningkatkan kemampuan menulis saya agar bisa lebih baik lagi.

Lalu dari siapapun yang kebetulan sudih merelakan waktunya membaca tulisan ini. Saya sesungguhnya berharap jikalau anda memiliki semacam ide, pendapat, atau saran berkaitan dengan dunia kepenulisan dan bersedia membagikannya pada saya yang haus akan ilmu ini dengan penuh cinta kasih. Oh sungguh saya akan sangat berterimakasih sekali pastinya.

Atau biar bisa lebih jelas lagi, mungkin lebih baik bila saya menegaskan sebentuk pertanyaan yang saya harapkan bantuan jawabannya dari anda.

Pertanyaannya, bagaimana seharusnya saya menulis?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p