Di dunia ini, waktu terindah itu tak melulu soal jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi juga kala tiba saatnya waktu gajian. Dan dalam suasana syahdu karena baru saja gajian seperti sekarang ini. Hal yang selalu tak pernah lupa datang ke dalam kepalaku adalah ingin segera pergi ke toko buku. Entah itu ingin membeli satu atau beberapa buku, ataupun hanya sekadar cucimata saja.
Pernah suatu kali di sebuah toko buku, saat sedang sibuk memilih buku yang dalam perkiraanku akan asik dan seru untuk dibaca. Kebetulan, waktu itu aku sedang bersama seorang teman yang memang berencana membeli buku.
Dalam keasikan menelusuri rak demi rak buku, seperti biasa pula kami membicarakan hal-hal seputar buku yang ingin kami beli masing-masing, semacam sedang menceritakan sedikit deskripsi singkat dari buku tersebut. Lalu, di sela-sela percakapan itu, sempat pula kami menyikapi dengan bingung dan lucu tentang harga buku yang mulai naik.
Di satu sisi kami tidak mengeluh karena cukup sadar bahwa memang keadaan ekonomi dunia saat ini naik-turun, tak terkendali. Dan lagi pula, sebuah karya berdasarkan ide, imajinasi, pemikiran, dan teori yang diwujudkan dalam bentuk buku atau apapun, syah-syah saja jika dihargai dengan selayaknya. Jika karya itu bagus dan sangat bermanfaat, tak ada salahnya dihargai dengan pantas. Karena tentu si pembuat karya, berjuang keras juga untuk membuat ide dan gagasannya itu menjadi nyata, otomatis ia memerlukan bentuk apresiasi yang tak hanya lewat pujian saja, tapi juga pendapatan lebih untuk bertahan menghidupi diri, keluarga, dan siapapun yang dicintainya, juga demi menghidupi karya-karyanya.
Namun di sisi lain, tanpa sadar kami juga merasa begitu berjuang keras untuk bisa mendapatkan apa-apa yang ingin kami miliki, dalam hal ini buku-buku yang kami dambakan sebelumnya. Sampai-sampai harus merelakan dana makan sehari-hari yang harus ditekan lagi. Atau mengacuhkan keinginan membeli pakaian, dll. Semua usaha dilakukan agar bisa berhemat demi tercapainya hasrat membeli buku-buku impian yang menyihir dan membutakan diri itu. Ya tiap-tiap orang memang punya ketertarikan sendiri. Lain orang, lain pula obsesinya. Kalau salah satu obsesiku adalah buku, obsesi orang lain bisa jadi beda. Ada yang mainan, pakaian, makanan, kendaraan, perlengkapan, peralatan, tempat tujuan, atau apapun itu.
Sesaat terbersit di dalam pikiran bahwa, tujuan kita bekerja saat ini bukan cuma untuk bisa makan lalu bertahan hidup, tapi juga untuk menghidupi mimpi-mimpi kita.
Komentar
Posting Komentar
attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !