Langsung ke konten utama

Kecepatan Yang Terlalu Cepat



Jatuh dengan kecepatan 800km/jam, tidak pernah terbayangkan sebelumnya olehku. Ya sampai sekarang pun aku menaruh harapku yang tinggi dengan penuh kesungguhan pada tuhan, agar kenaasan celaka macam itu tidak akan datang menghampiri aku. "Jauhkan balak, Tuhan!" Kata orang Melayu.

Jangan 800km/jam yang aku rasa cukup mustahil untuk orang-orang kebanyakan. Apalagi menemukannya di jalan raya, kurasa tak akan ada yang mendapatinya. Jelas saja pekerjaan gila itu namanya.

Kalaupun ada orang menggunakan kendaraan dengan kecepatan sehebat itu, mungkin dia tipikal atlet balap profesional tingkat dunia internasional. Itu jika kecepatannya meluncur ada di sirkuit balap yang mumpuni segala standard, spesifikasi, dan ketentuannya.

Bagaimana jika dilakukan di jalan raya biasa? Aku pikir bodoh saja orang itu, ya pasti susah untuk bergerak cepat, presisi, dan lincah pastinya. Sudah tahu jalanan padat merayap seperti itu, ya keadaan ramai lancarpun tetap sama saja kan menyusahkannya. Lagian pemikiranku yang semacam itu termasuk pemikiran bodoh juga. Sudah tahu, hal macam itu tak ada kesempatannya sama sekali untuk terjadi, Ya tentu saja tak memungkinkan, sedangkan mobil Ambulance yang dalam kondisi genting saja tak mampu mencapai kecepatan seperti itu di jalan raya.

Bagaimana tidak? Saat hendak lewat dan berlalu dengan mulus saja, mobil Ambulance sering kewalahan dan tertahan di tengah jalan karena masih banyak yang belum sadar diri tentang bagaimana etiket menggunakan jalan raya saat berdampingan dengan pengendara lain.

Itu jika berandai-andai kecepatan sekencang tadi dikendalikan oleh atlet balap, sopir Ambulance ugal-ugalan, dan pengguna kendaraan tak tahu diri.

Apalagi jika aku yang penakut dan peragu di jalan raya ini berlagak menggunakan apapun dengan kecepatan hampir sama ataupun mendekatinya. Aku rasa pasti berhamburan seluruh isi badan bila jatuh dalam kecepatan macam itu.

Aku selalu ingat kata bapakku setiap aku hendak mengendarai motornya, dia akan berpesan "hati-hati kalau bawa motor di jalan, kalau sampai tak hati-hati bisa saja kau menabrak orang, atau malah sebaliknya terkena sial, kau yang ditabrak orang."

Ah tiada guna memang memikirkan hal-hal aneh dan berksean tak masuk akal seperti ini.

Tapi mungkin saja di situlah yang jadi candu bagi orang-orang yang berlama-lama diri mengaharap pada kecepatan yang terlalu cepat.

Jambi, 20 Maret 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu

Saat benar-benar sadar aku bisa saja sedikit malu dengan yang aku peruntukkan padamu tapi jika benar-benar harus jujur aku ingin selalu tak sadar dengan yang aku rasakan agar bisa memberikan sumbangsihku padamu meski itu hal yang mungkin biasa, atau super-duper-biasa atau tak ada istmewanya sama sekali bagimu tak masalah bagiku,  yang penting aku melakukannya tulus untukmu.

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami. ...

Sosok Inspiratif dari Desa Suak Labu

Beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi seorang ibu guru sekaligus kepala sekolah yang baik hati, Diyan Mahyuni namanya. Sosok ibu inspiratif yang saya temui pertama kali ketika saya dan teman sekelompok saya melaksanakan agenda tahunan mahasiswa tingkat akhir ditempat saya belajar beberapa tahun lalu, di Desa Suak Labu. Yakni dimana kami menjalani serangkaian proses demi proses belajar, baik yang terprogram maupun tak terprogram dalam lingkup kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ditugas kan oleh almamater tempat kami menimba ilmu saat itu. Dan saat saya dan beberapa teman sekelompok KKN dulu, dengan sengaja menyempatkan diri untuk bisa menghadiri undangan perhelatan acara perpisahan yang akan dilangsungkan didesa itu. Seketika ingatanku terlempar pada kenangan lalu dimana dulu di sana. Di desa itu pernah menjadi rumah kami belajar, bertemu dan menemukan kawan-kawan baik serta kerabat baru. Tanah dimana kami terkesan akan begitu banyak orang-orang hebat yang jarang, atau mungk...