Langsung ke konten utama

Kebaikan Adalah Proses


Babak baru perjuangan telah dimulai kembali. Dalam keadaan yang masih terasa suasana tahun baru ini, beriringan dengan setiap detail hal, saya mengibaratkan proses kehidupan selama satu tahun ke depan ini selayaknya
kertas putih kosong. Bukan tanpa alasan saya memilih hal tersebut.

Ya tumpukan kertas putih kosong, yang amat banyak tersusun berlembar-lembar itu, sepertinya akan menarik untuk dijadikan sebagai buku catatan harian.
Buku catatan harian yang sungguh tebal sekali untuk sekadar buku catatan harian biasa. Dan saya pikir, hal ini harus bisa berdampak luar biasa untuk diri saya sendiri.
Di mana saya meyakinkan diri pada tekad terdalam, bahwa saya tidak boleh membiarkan keseharian saya berlalu begitu saja tanpa melakukan sesuatu yang berguna, minimal untuk diri saya sendiri. Ya hal baik yang bisa saya lakukan tiap harinya.
Dan adapun jika hal tersebut tampak kacau dan dirasa tak begitu memungkinkan untuk dilakukan sesering mungkin. Paling tidak satu saja, walau dalam perencanaannya nanti mungkin akan bermunculan ide-ide keren yang menarik juga berbagai terobosan hebat dengan intensitas kemunculan yang tak terprediksi tapi tetap saja selalu tak pernah sabar saya menanti-nantinya.
Sekali lagi, setidaknya semua ini bisa sejalan dengan kebaikan-kebaikan yang saya harapkan, karena selain itu, saya belajar untuk mengerti suatu hal, bahwa kebaikan juga adalah proses.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p