Langsung ke konten utama

Jeda atau Berhenti


Apakah titik itu adalah selalu tentang pertanda untuk berhenti?
Apakah benar-benar seharus itu?
Adakah yang bisa memberikan jawaban untuk atas pertanyaan-pertanyaan semacam itu?
Mungkin ada.
Tapi mungkin lain waktu saja kata mereka menjawab dalam hati kecilnya.
Dari berbagai hal dan apapun yang selama ini datang, singgah, menetap, dan berlalu melangkah pergi di kehidupan saya, yang saya bisa ingat dengan jelas dan pasti adalah bahwa titik memang selalu tampak sebagai tanda berhenti.
Lalu muncul pertanyaan lagi.
Berhenti dari apa?
Dari berbagai macam hal yang ada di dunia ini. Berhenti dari banyak bicara, berhenti dari diam, berhenti dari mengumpat, berhenti dari menutup mata, berhenti dari lalai, berhenti dari kemalasan, berhenti dari amarah, berhenti dari kebodohan, berhenti dari merasa pintar, berhenti dari membuat kesalahan, berhenti dari merasa paling benar sendiri, berhenti dari membenci, berhenti dari menyakiti, berhenti dari melukai, berhenti dari ketidakberdayaan, berhenti dari apapun.
Ya berhenti pada apapun itu. Bukan hanya sebatas berhenti pada keburukan atau berhenti pada sesuatu yang tidak baik melulu. Titik juga tentang keadaan berhenti ketika kebenaran dan hal--hal baik berjalan, dan kita sadar bahwa itu akan selalu hadir di antaranya. Mau ataupun tidak mau, suka ataupun tidak suka, begitulah adanya, begitulah takdir dari titik itu.
Namun yang sering terlupa, masih akan muncul pertanyaan lagi.
Apakah berhentinya adalah hanya untuk jeda sementara, lalu selanjutnya akan kembali bermula awal yang baru?
Ataukah titik itu mutlak sebagai penutup langkah-langkah yang mengakhiri cerita untuk selamanya?
Entahlah, siapa yang tahu?
Jadi bagaimana jawabannya?
Jawabannya pasti ada banyak sekali dan berbeda-beda tentunya.
Lebih baik tanyakan dirimu sendiri masing-masing.
Apakah titik yang kamu temui saat ini adalah tanda untuk jeda sementara atau berhenti selamanya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Sakit

Hari ini mungkin saya akan pulang dari rumah sakit setelah satu Minggu  saya dirawat di rumah sakit di daerah saya RSUD KH. DAUD ARIF Kuala Tungkal ini dengan diagnosis Asma dan Infeksi Paru / Pneumonia. Saya dirawat tepatnya mulai dari malam Minggu 12 April  2025 lalu, di mana sebelumnya pada waktu menjelang magrib sepulang saya bekerja saya terlebih dulu datang berobat ke klinik Ananda Medika yang terdekat dari rumah saya di jemput dan sekaligus diantar adik saya. Hanya saja karena kondisi saya saat itu dirasa cukup kritis maka saya dirujuk secepatnya ke rumah sakit, dan hari perawatan pun berjalan sampai hari ini. Adapun kondisi kesehatan saya sudah cukup membaik dari hari ke hari. Dan hari ini saya juga  berharap bisa segera pulang karena sudah mulai merasa bosan. Sebenarnya saya sudah mengidap asma sejak lama sekali, sudah dari dulu kala, sudah semasa kecil, sudah seumur hidup ini. Jadi bisa dibilang saya sangat akrab dengan sakit asma itu sendiri, dan bisa dibilang...

Menulis Dengan Baik

Dari dulu tuh semenjak pertamakali saya belajar komputer dan mengenal internet waktu SMA sekitar tahun 2005. Saat itu saya suka sekali membaca blog, atau mungkin bisa disebut jatuh cinta. Dulu itu YouTube tidak seperti sekarang, belum banyak tutorial ini dan panduan itu, ada tapi belum beragam referensi. Kreator videonya juga kebanyakan dari luar negeri , jadi ya benar benar memang sedikit referensi. Jika pun saat itu ada kreator video dari Indonesia, kebanyakan dari kalangan penulis, seniman, dan jurnalis,, namun dengan internet yang semakin berkembang, penulis blog juga mulai bermunculan dari waktu ke waktu, semakin banyak. Apalagi sejak era Raditya Dika berhasil membukukan blognya, ada banyak juga orang yang ingin mengikuti jalannya, ya siapa yang tak ingin ceritanya yang ramai dibaca di blog bisa dibukukan juga saat itu. Kalau kata orang orang sih, hidup dari passion, berdaya dan menghasilkan dari hal-hal yang gemar dilakukan. Bahkan saking terinspirasinya saya pun ingin seperti...

Lakukan Segera

Tanpa bermaksud menyinggung orang lain, entah kenapa menjadi malas itu rasanya begitu menggoda dan menghanyutkan. Sekali dua kali melakukannya, maka bersiaplah untuk kehilangan banyak hal. Tidak melulu soal uang namun berupa waktu dan kesempatan berharga yang kelak akan susah dilakukan jika memang tidak diprioritaskan. Tapi ya memang jalan kehidupan masing-masing manusia berbeda-beda. Dan ritmenya dalam mengerjakan sesuatu pun juga tidak tentu sama antara satu orang dengan yang lainnya. Malas boleh malas tapi malas yang beralasan pasti, capek, jenuh, mencari pengalaman baru, ataupun memikirkan sesuatu yang tidak biasa. Ya banyak caranya, dan mungkin banyak juga alasannya. Kalau malas yang menghanyutkan dan tidak berguna sama sekali mungkin diri kita sendiri yang tau bagaimana hal itu sebenarnya. Pertanyaan-pertanyaanya. Apakah malah itu berdosa? Kenapa saya malas? Apakah kita tidak boleh malas? Apa yang bisa diperoleh dari malas?Bagaimana rasa malas bekerja? Kalau digali lebih jauh, pe...