Langsung ke konten utama

Air Kehidupan


Kalian mungkin sudah lebih banyak tahu tentang kisah dan mitos mengenai air kehidupan. Pastinya ada beragam versi pula yang tersebar di seantero jagad raya Bumi yang bulat ini, tapi tak tahu jika di belahan Bumi datar sana, mungkin lebih unik atau bahkan bisa lebih epik lagi riwayatnya.
Jadi, dulu saya pernah punya kenalan, seorang bapak tua, sebut saja namanya "pak Barjo".
Saat menjelaskan dirinya, dia akan selalu bilang, "Biasanya orang-orang lebih sering memanggil saya dengan "mbah Barjo" atau "lek Barjo" cuma biar sedikit lebih muda, lebih baik panggil saya "pak Barjo" saja katanya sambil ngakak.
Nah pada suatu kesempatan, saat dalam perjalanan sepulang kerja, kebetulan saya berpapasan dengan pak Barjo. Sebenarnya ia yang lebih dulu menyadari lalu menegur saya,
"Dari mana le?" Tanya pak Barjo.
"Ini pak, baru pulang kerja" Saya menjawab lepas.
"Loh jalan kaki ya? Bukannya biasanya pakai motor?" Pak Barjo menimpali tanya lagi.
"Hehehe udah gak ada pak, motor saya udah ditarik orang dealer pak" Walau dengan cengengesan pun saya mencoba menjawabnya terus.
"Lah dalah gimana bisa gitu le?" Pak Barjo masih penasaran.
"Panjang ceritanya pak. Ya saya nunggak, udah beberapa bulan ini gak bayar tagihan kredit motor!" Tetap sabar dan ikhlas bercerita.
"Waduh, melarat juga hidupmu rupanya ya le. Saya kira, cuma hidup saya yang susah. Rupanya ada banyak, ini di depan mata contohnya hahaha" Pak Barjo ngeledek saya sambil ngomong sendiri dan ketawa sendiri.
Saat beberapa menit ngobrol di pinggir jalan. Pak Barjo yang baru saja pulang dari mengambil gaji pensiunan veteran di kantor Pos ini, mengajak mampir ke warung kopi tak jauh dari tempat kami bertemu.
"Ayo kita ngopi dulu sebentar Jo! Biar saya yang traktir!" Ajak pak Barjo
"Beneran ni pak?" Saya masih tak percaya.
"Iya, cepat ah banyak tanya!" Tegas pak Barjo.
"Eh, siapa lagi namamu le? Saya lupa? Jono ya? Tanya pak Barjo.
"Joko pak, Joko!" Jawab saya lagi
"Oke oke, John!" Angguk pak Barjo, walau masih keliru.
"Iya terserah bapak saja pak" saya menutup pembicaraan di jalan itu
Sesampai di warung kopi. Setelah memesan kopi dan sambil menyantap kue-kue di warung itu. Pak Barjo tiba-tiba saja mengeluarkan satu botol kecil bening, seukuran jari telunjuk, tampak berisi cairan sesuatu.
"Ini ambil, untukmu!" Pak Barjo menyodorkan.
"Apa ini pak? Saya masih keheranan atas ketiba-tibaan ini.
"Ini air kehidupan. Sudah, simpan dulu, jangan dibuka sekarang. Kita cerita-cerita dulu, nanti dijelaskan!" Kata pak Barjo lagi.
Saat itu, dalam hati, saya sempat kepikiran. Jangan-jangan botol kecil itu, isinya air pelet, atau air guna-guna, atau narkoba jenis baru, atau air suci penggugur dosa? Banyak kemungkinan buruk yang saya bayangkan, tapi kemudian saya tepis, melihat sosok pak Barja yang baik dan nampak tulus berteman dengan pemuda macam saya.
Singkat cerita, setelah sekitar satu jam becerita ngalor ngidul dengan pak Barjo. Perjumpaan kami pun selesai, di mana hasilnya beberapa gelas kopi berhasil kami habiskan tuntas, dan kue pun ludes semua tiada tersisa.
Di akhir pembicaraan sebelum berpisah pulang ke rumah masing-masing. Karena belum mendapatkan jawaban yang jelas, saya lalu iseng menanyakannya pada pak Barjo.
"Oya, ini sebenarnya apa sih pak? Air kehidupan apa?" Tanya saya lagi serius.
"Oh itu, bukan apa-apa kok. Cuma parfum refill aroma vanilla sky. Tadi baru beli dua botol sepulang dari ngambil gaji pensiunan di kantor Pos. Nah karena kita best friend jadi saya hadiahkan untukmu satu. Udah ah, chill out bro!" Pak Barjo melenggang pergi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p