Langsung ke konten utama

Aku Ingin Terang


Entah kapan pastinya semua ini bermula. Tak tahu kenapa, sejak dulu aku begitu tertarik dengan lampu, ya lampu. Mulai dari lampu penerangan rumah, lampu hias, lampu belajar, lampu halaman, lampu taman kota, lampu teplok, lampu senter, lampu petromak, lampu emergency, lampu apapun itu aku pasti suka.

Terlebih lagi lampu jalan, rasanya aku begitu terobsesi dengan lampu-lampu jalanan. Di Manapun itu, aku pasti selalu suka. Mungkin gara-gara ini aku bisa disangka aneh bagi banyak orang,l. Atau bahkan lebih parahnya, bisa saja aku dianggap gila.

Ah aku tak peduli apa kata mereka, toh orang-orang akan selalu berkomentar tentangku. Tentang apa yang aku lakukan, tentang apa yang aku suka, tentang apa yang aku inginkan dalam hidup ini. Mereka semua tak akan pernah puas melemparkan caci-maki dan buruk sangkanya pada apapun dan siapapun, termasuk juga aku. Mereka semua tak akan pernah tahu, apa yang sesungguhnya aku mau.

Padahal yang aku inginkan dari beraneka ragam lampu itu, hanyalah cahayanya saja. Bukan karena bentuknya, nilai estetika, ataupun makna filosofis yang membingkainya, bukan itu. Yang aku damba hanyalah sinar kemilaunya. Aku cuma butuh itu saja, tak ada yang lain. Aku sudah bosan dengan gelap gulita yang pekat ini, aku ingin terang.

#10dayswrite #novemberwrite

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harus Berubah

Pagar Rumah Bang Ian Saya sadar bahwa kebiasaan yang saya lakukan sehari-hari banyak yang buruk. Mulai  dari sering begadang, ngemil, malas, berantakan, dan kucel. Seharusnya seiring waktu berjalan saya sudah bisa mengurangi ini semua. Sebab saya sudah pernah berniat untuk jadi orang yang lebih baik kedepannya sejak lama, dan itu termasuk juga dengan memperbaiki kualitas dan cara saya menjalani kehidupan. Dan sudah seharusnya hal ini bisa segera saya lakukan dengan baik. Saya ingin sekali memperbaikinya, saya ingin berubah, mudah-mudahan bisa segera saya lakukan sedikit demi sedikit.

No Execuse

Baiklah Saya akan memulai cerita baru Ketika saya mendapati kembali ingatan tentang blog saya, yang setahun lebih rasanya tak pernah terjamahi. Sebenarnya ada beberapa kali saya menyempatkan diri untuk log-in tapi itu pun hanya sekedar melihat juga mengamati keberadaan dan eksistensinya. Yang mana, siapa tahu selama saya hiatus ada banyak kunjungan yang khilaf ke blog saya. Walau mungkin sepertinya tak ada sama sekali, atau malah ada cuma tak berwujud manusia, hantu kan bisa saja tuh. Tapi kurang kerjaan sekali sepertinya kalo sampai hantu pun blogwalking ke sini. Gak ada urusan sama sekali gitu kan. Dan karena perihal itulah saya kadang merasa geli sendiri, sekaligus lucu, ngakak,  tertegun, lalu merenung, sedih, sampai terharu, komplit sudah haru-birunya. Perasaan campur aduk itu adalah akumulasi dari berbagai hal tak jelas yang terbayang dan terjadi. Di mana dalam satu tahun lebih itu, jelas sekali ada banyak kisah dari setiap waktu yang saya terlewati untuk bisa saya tulis...

Gulungan Kertas Kuning

Beberapa waktu lalu saya menemukan gulungan kertas kecil berwarna kuning, dari dalam saku belakang celana panjang saya yang baru kering dari jemuran. Dengan perlahan saya buka agar kertasnya tidak robek, lalu saya menemukan tulisan tangan saya yang khas, yang tidak cukup buruk namun tidak juga bisa dibilang bagus. Atau mungkin lebih tepatnya berkarakter sepertinya, entahlah. Kertas berwarna kuni ng itu tampak bertuliskan "Bagaimanpun yang ingin dikatakan, harus disampaikan!" Saya tak bisa mengingat pasti untuk apa dan bagaimana gulungan kertas tersebut sampai ada di dalam saku celana saya. Yang bisa saya tebak, mungkin saat itu saya mendapatkan ide tentang sesuatu namun baru terpikir serangkai kalimat pendek itu saja. Maka sudah pasti saya harus mencatatnya segera saja agar tidak lupa, dan bisa menggunakannya di lain waktu sebagai bagian dari ide untuk menulis. Mungkin itu puisi, atau apapun yang bisa saya tuliskan. Kita lihat saja.