Langsung ke konten utama

Ironi Jalanan

Pagi kemarin, demi memenuhi hasrat untuk menyantap sarapan di sebuah warung  langganan, berhubung tempatnya cukup jauh aku meminjam motor seorang kawan untuk aku pakai ke warung itu. Setibanya di sana, setelah memarkirkan motor temanku pada posisi yang aman, dengan sigap aku menghampiri ibu penjual untuk memesan sepiring nasi gemuk untuk aku makan langsung di warung itu. 

Selang beberapa menit aku menunggu di tempat duduk, datang seorang bapak tua berjalan tergopoh-gopoh menenteng kotak berisi dagangan rokok, lalu ia duduk. Pesananku pun datang, waktunya makan.

Tanpa berbicara menyampaikan sepatah kata, ibu penjual sepertinya sudah tahu pesanan bapak tua itu, ia langsung menyiapkan teh hangat untuk si bapak tua, aku pikir mungkin ia sudah biasa juga sarapan di situ. Di belakangku ada dua orang polisi lalu lintas yang juga sedang menyantap sarapan pagi. Polisi yang pertama tampak sudah cukuo senior. Dan polisi kedua sepertinya masih junior. Dalam keriuhan dari mereka yang berbicara ini itu, tiba-tiba saja polisi senior ini mengajak bapak tua pedagang tadi berbicara.

"Jualan apa, pak?" Kata polisi senior. 

"Jualan rokok, pak" Bapak tua menjawab. 

"Bapak sudah sarapan?" Sambung polisi junior.

"Ini pesan teh hangat pak" Ibu penjual memotong.

"Tolong bungkuskan bapak ini nasi juga ya buk!" Polisi junior memesankan bapak tua itu sarapan.

"Makasih pak" Bapak tua berterimakasih seraya memberikan beberapa sebungkus rokok ke arah polisi junior.

"Gak usah pak, itu memang untuk bapak kok, ini sekalian untuk tambahan pak" Polisi junior itu menolak rokok pemberian bapak tua itu sambil menyodorkan uang sekitar 100ribuan.

"Makasih banyak pak" Bapak tua lanjut berterimakasih.

"Iya, sama-sama pak. Bapak hati-hati dijalan ya pak kalau jualan!" Pesan polisi senior.

Entah membicarakan apa lagi mereka setelah itu. Karena mulai tertarik dengan pembicaraan mereka, saat menyelesaikan sarapanku, aku sambil mendengarkan mereka lebih fokus.

"Kemarin saya ditipu orang, pak!" Bapak tua tiba-tiba melapor 

"Ditipu bagaimana, pak?" Polisi senior penasaran.

"Ada orang beli rokok, rupanya ngasih uang palsu" Bapak tua menjelaskan.

"Berapa banyak pak yang dibelinya?" Tanya polisi junior.

"Banyak, pak. Ini uangnya!" Jawab bapak tua sambil menyodorkan uang yang disebutkan sebagai uang palsu.

"Astaga, ini bukan uang palsu lagi pak. Ini uang mainan! Sambil mengangkat uang itu dan memperlihatlan ke arah orang-orang yang sarapan di warung itu.

"........." Bapak tua hanya diam kebingungan.

Sontak semua orang terkejut serasa tak percaya. Ada orang yang tega menipu orang tua renta yang jika berjalan saja sudah pincang tergopoh-gopoh dan ditambah lagi berbicara pun kurang jelas pula.

"Ya, sudah pak. Itu tadi rezeki untuk bapak. Nanti yang hilang pasti diganti tuhan, pak!" Pesan polisi senior.

"Bu, sudah dibungkus kan nasi untuk bapak ini. Sekalian hitung semua ya bu!" 
Polisi junior kembali mengingiatkan ibu penjual.

"Iya sudah, pak" Tutup ibu penjual

........

Setelah mendengar tentang sedikit saja keluhan, kesusahan dan kemalangan yang menimpa bapak itu. Aku sadar, bahwa orang-orang jahat dan tak punya hati, memang akan selalu ada dimana-mana. Dan mereka sudah jelas tak pandang bulu lagi dalam mencari korban.

Waspada dan peka terhadap lingkungan dan sekitar kita, mungkin belum bisa jadi solusi yang. Menyelesaikan masalah sosial macam ini, tapi setidaknya​ inilah salah satu cara mencegahnya terjadi. 

Jadi bila pun sampai menimpa kita, jika memungkinkan segeralah meminta bantuan pada orang lain yang ada di sekitar kita  Nyatanya hidup memang keras, namun bersama kita pasti bisa melewatinya. Toh tak ada salahnya, meminta bantuan pada orang lain, asal demi sesuatu yang memang sepantasnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p