Langsung ke konten utama

Amanah & Film Terbaik

"Tulislah mengenai FILM terbaik yang pernah kau tonton, sertakan pendapat dan pengalaman mengenai itu!"

Itu adalah sebuah pengantar untuk menentukan tema tulisan dari satu tantangan menulis yang pernah saya ikuti.

Dari situ, tentu ide-idenya sedikit banyak sudah tergambar di kepala.

Film terbaik versi saya ya? Kenapa harus film terbaik? Dan kenapa pula harus selau yang terbaik? Kenapa bukan film yang terjelek versi saya? Kenapa tulisan ini dimulai dengan banyak tanya kenapa? Kenapa sih? Kenapa? Kamu kenapa? Jelaskan dong kenapa? 

Yang pasti

Pertama, karena temanya memang sudah ditentukan panitia Komunitas 30 Hari Menulis. Eh pakai panitia gak, sih?

Kedua, karena bila temanya jadi "Film terjelek yang pernah kau tonton, sertakan pendapat dan pengalaman mengenai itu" pastilah akan ada banyak kontroversi (mungkin). Ya minimal akan ada orang yang menilai dan memprotes kalo saya ini sok kritis, sok ngerti film, sok nyeni, sok ganteng, sok keren, dan sok-sok lainnya.

Ketiga, karena membahas mengenai yang "terbaik" sudah pasti akan menggali sesuatu yang berkesan, atau memiliki nilai lebih. Seperti nilai edukasi, kreasi, inspirasi, motivasi, atau apapun itu. 

Keempat, karena sekali lagi saya benar-benar harus patuh dan ikut aturan yang berlaku dan segera menyelesaikan tulisan ini.

Dan dari uraian demi uraian tak penting di atas, saya menyimpulkan secara sederhana. Bahwa ada beberapa atau mungkin banyak film yang menurut saya menarik dan masuk kategori terbaik. Sekali itu menurut pandangan saya. Jadi apa yang saya sampaikan, bukanlah sesuatu yang mutlak kebenarannya. LKarena apa? Kebenaran sejati kan hanya  milik tuhan. Dan yang kita lakukan salama ini hanya berdasarkan setuju dan tidak setuju. Karena semua orang punya pemikiran yang berbeda antara satu dan lainnya. Jika pun ada kesamaan, ah itu hanya kebetulan saja kata orang. Tapi apa iya, kebetulan itu ada? Katanya segala sesuatu di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan? Katanya semua berjalan dengan semestinya atas takdir tuhan? 

Kembali lagi soal film terbaik.

Terbaik punya ati yang beragam. Terbaik dalam menghibur, terbaik dalam memberikan pelajaran, inspirasi, motivasi, dan sederet kategori terbaik lainnya.

Dan untuk film terbaik yang selalu tak pernah bosan saya tonton adalah trilogi film Spider-Man yang dirilis pada tahun 2002 oleh Marvel dan dibintangi Tobey Maguire. Jujur saya lebih klik dengan film Spider-Man dengan Tobey sebagai Peter Parker dibandingkan dengan Spider-Man versi Andrew garfield. Walaupun mungkin lebih banyak perempuan yang menyenangi Andrew, tapi bagi saya dan sepertinya banyak juga yang gak bisa lepas dari bayang-bayang Tobey karena kekuatan karakternya yang begitu cocok dengan aktingnya. Nah di situlah keunikan dan kehebatan film ini bagi saya. 

Tentu akan kurang rasanya bila membahas film tapi tak mengutip kalimat-kalimat yang memiliki kesan yang kuat. Salah satunya penggalan kalimat yang begitu terkenal dari film ini adalah "With great power, comes great responasibility" yang bila diartikan ke bahasa Indonesia kira-kira jadi seperti ini "Kekuatan besar membawa tanggung jawab besar" Kalimat itu diucapkan oleh karakter Ben Parker, paman dari Peter Parker di kisah Spider-Man. Kutipan kalimat itu begitu populer di mana-mana, hingga sering pula dijadikan prinsip hidup banyak orang.

Bila dimengerti secara cermat, walaupun film itu hanya berupa film superhero yang notabene film fiksi alias karangan, pesan di dalam kutipan itu memang terjadi secara nyata dalam kehidupan kita. Coba perhatikan sekitar. Setiap kekuatan, kekuasaan, atau kedigdayaan yang dimiliki, pasti akan ada hal-hal yang perlu dijaga, dipelihara, dirawat.

Jangan terlalu jauh, contohnya seperti konsep Amanah, misalkan saja si A menitipkan pesan kepada si B untuk disampaikan ke si C. "Pesan" itu sendiri menurut saya sebenarnya mewakili sebentuk kekuatan, yakni kekuatan kepercayaan. Jadi "kepercayaan" yang kita bawa, secara langsung juga membawa Amanah itu kepada sesuatu yang besar, itulah "Tanggung jawab". Bagaimana cukup menarik kan teori-teorian film terbaik versi saya ini. Atau mungkin biasa saja ya? Atau malah buruk dan dangkal? Ya seperti yang sudah saya sampaikan, ini hanya menurut saya yang bukan pakar, pengamat, atau kritikus film. Saya hanya penikmat film biasa yang meekspresikan pendapat.

Mungkin dan pastinya, ada banyak sekali film yang lebih pantas diberi predikat film terbaik yang belum saya tonton. Ya tentunya saya akan sangat senang kalau ada yang memberikan rekomendasi film-film keren apa saja yang bisa saya tonton. Karena saya berharap, film bisa jadi salah satu media belajar dan mengekspresikan diri. Mudah-mudahan sih gitu.

Dan puncak dari mengekspresikan diri itu paling tidak sudah tersalurkan mana kala ada yang selesai membaca tulisan ini sampai di ujung titik. 

Jadi apa saja film favorit atau film terbaikmu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu

Saat benar-benar sadar aku bisa saja sedikit malu dengan yang aku peruntukkan padamu tapi jika benar-benar harus jujur aku ingin selalu tak sadar dengan yang aku rasakan agar bisa memberikan sumbangsihku padamu meski itu hal yang mungkin biasa, atau super-duper-biasa atau tak ada istmewanya sama sekali bagimu tak masalah bagiku,  yang penting aku melakukannya tulus untukmu.

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami. ...

Sosok Inspiratif dari Desa Suak Labu

Beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi seorang ibu guru sekaligus kepala sekolah yang baik hati, Diyan Mahyuni namanya. Sosok ibu inspiratif yang saya temui pertama kali ketika saya dan teman sekelompok saya melaksanakan agenda tahunan mahasiswa tingkat akhir ditempat saya belajar beberapa tahun lalu, di Desa Suak Labu. Yakni dimana kami menjalani serangkaian proses demi proses belajar, baik yang terprogram maupun tak terprogram dalam lingkup kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ditugas kan oleh almamater tempat kami menimba ilmu saat itu. Dan saat saya dan beberapa teman sekelompok KKN dulu, dengan sengaja menyempatkan diri untuk bisa menghadiri undangan perhelatan acara perpisahan yang akan dilangsungkan didesa itu. Seketika ingatanku terlempar pada kenangan lalu dimana dulu di sana. Di desa itu pernah menjadi rumah kami belajar, bertemu dan menemukan kawan-kawan baik serta kerabat baru. Tanah dimana kami terkesan akan begitu banyak orang-orang hebat yang jarang, atau mungk...