Berhubung tadi pagi saya sempat sedikit memberi tanggapan pada sebuah video yang dibagikan oleh sebuah halaman. Jadi sepertinya saya akan meneruskan apa yang bisa saya teruskan.
Adalah sebuah halaman bernama "Merawat Jogja" yang membagikan video tentang kota Jogja yang terkenal dengan begitu banyak hal menarik. Kota yang bisa jadi tempat hidup yang menyenangkan, biaya hidup murah, banyak tempat wisata, cuacanya gak panas, hidupnya santai, orang-orangnya santun, dan memberikan beragam kesan pada tiap-tiap manusia yang pernah mengunjunginya dan pernah atau masih tinggal di sana.
Namun Kota Jogja yang dikenal penduduknya dan banyak orang sebagai kota yang begitu bersahaja, ramah, tentram, indah, dan selalu dirindukan itu.
Seiring pergerakan waktu, mereka merasakan bahwa kota Jogja yang mereka cintai sedang mengalami perubahan dibanyak sisi. Bukan melulu perubahan pada arah kebaikan, namun juga perubahan yang memberi kesan negatif yang memprihatinkan. Mereka merasakan suatu gejala bahwa Jogja mulai kehilangan jati dirinya, dari Jogja yang berhati nyaman, menjadi Jogja yang benar-benar berhenti nyaman.
Apakah ada yang sudah menontonya? Jika belum dan cukup penasaran, silakan cari halaman "Merawat Jogja" segera temukan dan tonton videonya.
Ketika menonton video itu, baik saat pertama kali ataupun untuk kesekian kalinya, rasanya selalu sama. Saya seperti merasa begitu dekat dengan Jogja. Walaupun nyatanya saya sama sekali belum pernah menginjakkan kaki ke Jogja sekalipun.
Saya akan sedikit berkisah mengenai ketertarikan saya pada kota Jogja. Jadi begini, dulu saat masih belajar di bangku SMA, kota impian saya untuk menempuh masa perkuliahan adalah Bandung. Kenapa Bandung? Karena waktu kelas satu SMA adalah pertama kalinya saya mengenal dan belajar komputer. Dan karena menyukainya, saya pun semakin sering mempelajarinya, terutama deaain grafis. Ya saat itu juga saya seperti jatuh cinta pada desain grafis. Saya semakin tertarik karena terinpirasi pada seorang Dendy Darman, seorang desainer grafis dan juga seorang pengusaha kreatif yang memiliki clothing line "UNKL347". Sejak saat itu saya memiliki keinginan untuk kuliah pada jurusan Desain Komunikasi Visual di Bandung. Dan saya bertekad bahwa jika memungkinka dan ada jalannya suatu saat saya ingin bisa bekerja sebagai.desain grafis di Bandung, tepatnya di UNKL347 itu dan berencana ingin punya clothing line juga. Ya begitulah persis yang saya rasakan saat itu.
Tak lama setelah saya lulus SMA, impian untuk kuliah itu gagal terwujud, mungkin saya terlalu jauh berharap. Alih-alih bisa kuliah Desain Komunikasi Visual ke Bandung, nyatanya saya malah tidak melanjutkan kuliah kemana-mana, alasannya karena orang tua tidak memiliki biaya. Selain tidak melanjutkan kuliah, saat itu saya juga jatuh dalam jurang pengangguran Bukan karena tiada pekerjaan tersedia, mungkin karena kepribadian saya saat itu masih didominasi mental pemuda cemen, malas, penyakitan, keras hati, dan keras kepala pula, lengkaplah sudah.
Lalu saat-setelah lulus itu, entah karena apa, lambat laun keinginan saya untuk bisa berkuliah di Bandung jadi surut. Saya mengamati dari berbagai hal bahwa gaya hidup di Bandung rasanya tak cocok dengan saya. Walaupun jujur kenginan itu sebenarnya tidak benar-benar hilang.
Dan perlahan sejalanya waktu, entah sejak kapan impian itu lalu berubah. Karena banyak menonton tv, membaca buku, majalah, koran, mendengar cerita dari teman dan orang lain, melihat dan mengamati internet, semua jadi berubah. Kota impian itu berganti menjadi Jogja.
Ya saya sangat ingin sekali ke sana.Saya jadi ingin kuliah, belajar berbagai hal yang menarik bagi saya, dan juga bekerja di sana. Karena saya beranggapan Jogja adalah tempat yang benar-benar cocok untuk memetik ilmu, mengambil pelajaran, dan meresapi sejuta inspirasi.
Namun meski belum ada kesempatan sekalipun untuk ke sana. Sepertinya kota impian tujuan saya ini sudah tak akan berubah-rubah lagi. Hati dan pikiran saya rasanya sudah terkunci untuk Jogjq. Kini Jogja adalah harapan, begitulah Jogja di mataku. Karena apa? Seperti slogannya, karena Jogja istimewa.
Dan sekarang, ketika saya mendengar orang membicarakan mengenai Jogja, atau apapun yang berlalau di sekitar saya perihal Jogja, hasrat itu semakin kuat saja. Ya salah satu doa terdalam saya adalah bisa pergi ke sana, entah kapan itu. Ya mudah-mudahan ada saatnya.
#NulisRandom2017
#NulisRandom2017Hari14
Adalah sebuah halaman bernama "Merawat Jogja" yang membagikan video tentang kota Jogja yang terkenal dengan begitu banyak hal menarik. Kota yang bisa jadi tempat hidup yang menyenangkan, biaya hidup murah, banyak tempat wisata, cuacanya gak panas, hidupnya santai, orang-orangnya santun, dan memberikan beragam kesan pada tiap-tiap manusia yang pernah mengunjunginya dan pernah atau masih tinggal di sana.
Namun Kota Jogja yang dikenal penduduknya dan banyak orang sebagai kota yang begitu bersahaja, ramah, tentram, indah, dan selalu dirindukan itu.
Seiring pergerakan waktu, mereka merasakan bahwa kota Jogja yang mereka cintai sedang mengalami perubahan dibanyak sisi. Bukan melulu perubahan pada arah kebaikan, namun juga perubahan yang memberi kesan negatif yang memprihatinkan. Mereka merasakan suatu gejala bahwa Jogja mulai kehilangan jati dirinya, dari Jogja yang berhati nyaman, menjadi Jogja yang benar-benar berhenti nyaman.
Apakah ada yang sudah menontonya? Jika belum dan cukup penasaran, silakan cari halaman "Merawat Jogja" segera temukan dan tonton videonya.
Ketika menonton video itu, baik saat pertama kali ataupun untuk kesekian kalinya, rasanya selalu sama. Saya seperti merasa begitu dekat dengan Jogja. Walaupun nyatanya saya sama sekali belum pernah menginjakkan kaki ke Jogja sekalipun.
Saya akan sedikit berkisah mengenai ketertarikan saya pada kota Jogja. Jadi begini, dulu saat masih belajar di bangku SMA, kota impian saya untuk menempuh masa perkuliahan adalah Bandung. Kenapa Bandung? Karena waktu kelas satu SMA adalah pertama kalinya saya mengenal dan belajar komputer. Dan karena menyukainya, saya pun semakin sering mempelajarinya, terutama deaain grafis. Ya saat itu juga saya seperti jatuh cinta pada desain grafis. Saya semakin tertarik karena terinpirasi pada seorang Dendy Darman, seorang desainer grafis dan juga seorang pengusaha kreatif yang memiliki clothing line "UNKL347". Sejak saat itu saya memiliki keinginan untuk kuliah pada jurusan Desain Komunikasi Visual di Bandung. Dan saya bertekad bahwa jika memungkinka dan ada jalannya suatu saat saya ingin bisa bekerja sebagai.desain grafis di Bandung, tepatnya di UNKL347 itu dan berencana ingin punya clothing line juga. Ya begitulah persis yang saya rasakan saat itu.
Tak lama setelah saya lulus SMA, impian untuk kuliah itu gagal terwujud, mungkin saya terlalu jauh berharap. Alih-alih bisa kuliah Desain Komunikasi Visual ke Bandung, nyatanya saya malah tidak melanjutkan kuliah kemana-mana, alasannya karena orang tua tidak memiliki biaya. Selain tidak melanjutkan kuliah, saat itu saya juga jatuh dalam jurang pengangguran Bukan karena tiada pekerjaan tersedia, mungkin karena kepribadian saya saat itu masih didominasi mental pemuda cemen, malas, penyakitan, keras hati, dan keras kepala pula, lengkaplah sudah.
Lalu saat-setelah lulus itu, entah karena apa, lambat laun keinginan saya untuk bisa berkuliah di Bandung jadi surut. Saya mengamati dari berbagai hal bahwa gaya hidup di Bandung rasanya tak cocok dengan saya. Walaupun jujur kenginan itu sebenarnya tidak benar-benar hilang.
Dan perlahan sejalanya waktu, entah sejak kapan impian itu lalu berubah. Karena banyak menonton tv, membaca buku, majalah, koran, mendengar cerita dari teman dan orang lain, melihat dan mengamati internet, semua jadi berubah. Kota impian itu berganti menjadi Jogja.
Ya saya sangat ingin sekali ke sana.Saya jadi ingin kuliah, belajar berbagai hal yang menarik bagi saya, dan juga bekerja di sana. Karena saya beranggapan Jogja adalah tempat yang benar-benar cocok untuk memetik ilmu, mengambil pelajaran, dan meresapi sejuta inspirasi.
Namun meski belum ada kesempatan sekalipun untuk ke sana. Sepertinya kota impian tujuan saya ini sudah tak akan berubah-rubah lagi. Hati dan pikiran saya rasanya sudah terkunci untuk Jogjq. Kini Jogja adalah harapan, begitulah Jogja di mataku. Karena apa? Seperti slogannya, karena Jogja istimewa.
Dan sekarang, ketika saya mendengar orang membicarakan mengenai Jogja, atau apapun yang berlalau di sekitar saya perihal Jogja, hasrat itu semakin kuat saja. Ya salah satu doa terdalam saya adalah bisa pergi ke sana, entah kapan itu. Ya mudah-mudahan ada saatnya.
#NulisRandom2017
#NulisRandom2017Hari14
Komentar
Posting Komentar
attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !