Langsung ke konten utama

Ada Rindu di Ramadan

Kalau tak salah hitung, ramadan ini adalah ramadan ke-5 saya terpisah tempat tinggal dengan bapak, mamak, dan dua adik saya di rumah. Waktu 5 tahun itu terhitung dari tahun 2013 sampai Kalau tak salah hitung, ramadan ini adalah ramadan ke-5 saya terpisah tempat tinggal dengan bapak, mamak, dan dua adik saya di rumah. Waktu 5 tahun itu terhitung dari tahun 2013 sampai dengan  2017 ini. Tahun 2013 adalah tahun pertama saya bekerja di kota Jambi dan itu cukup jauh dari rumah yang letaknya ada di daerah Kabupaten tepatnya di Kuala Tungkal.

Sebenarnya jaraknya hanya terpaut kurang lebih tiga jam perjalan bila menggunakan mobil. Dan jika menggunakan motor dengan laju kecepatan sedang, kemungkinan perjalanan bisa tembus dua setengah jam saja. Terlebih lagi jika pengendara motor lumayan cakap dan gesit dalam menempuh perjalanan. Tapi jika ada pengendara motor yang mampu menyelesaikan perjalanan dalam waktu dua jam, saran saya sebaiknya dia segera mendaftar jadi atlet balap motor tingkat nasional atau jika ingin lebih berguna bagi banyak orang, jadilah kurir ekspres untuk jasa ekspedisi dan logistik.
Selain bisa mengekspresikan keahlian diri juga bisa membawa manfaat yang baik.

Nah balik lagi ke topik awal. Untuk sebagian orang jarak perjalanan seperti itu sepertinya masih terasa sangat dekat. Jadi mungkin belum bisa masuk kategori merantau. Entahlah, sampai saat ini saya belum tahu mengenai penetapan jarak untuk kategori merantau itu.

Tapi apapun itu, jauh ataupun dekat rasanya sama saja. Ketika ada jarak yang membentang, terpisah akan tetap terpisah. Dan di situ bukan hanya ada satuan hitungan jumlah angka dari jauh perjalanan. Tapi juga ada satuan rindu dari raga dan perasaan yang terpisah berjauhan.

Namanya juga rindu pasti berat untuk ditahan. Apalagi rindu itu bukan hanya untuk sepasang kekasih saja, rindu itu universal, bisa diperuntukkan pada siapa saja dan apa saja. Jika mungkin ada yang mengatakan bahwa rindu pada kekasih itu rasanya menyedihkan. Maka rindu pada keluarga itu adalah memilukan, yang levelnya jauh lebih banyak jika dihitung dengan air mata.

Dan untuk mensiasati rindu pada saat seperti sekarang ini, rasanya sudah sangat sederhana dan mudah sekali. Kita sudah dimudahkan dengan koneksi jaringan  yang sudah cukup tersebar dengan massive, baik lewat telepon seluler atau internet. Tapi jika dengan itu pun masih terasa rindu, ya obatnya hanya sesegera mungkin bertemu dan bertatap muka. Karena memang rindu punya level yang berbeda-beda.

Ketika dalam suasana ramadan seperti ini, selain merindukan keluarga di rumah. Hal lain yang juga dirindukan tentunya adalah saat sahur dan berbuka puasa bersama. Dan saat menjalani ramadan dan tinggal sendiri di kota Jambi sepeti sekarang. Yang tersirat di kepala  bukanlah apa yang dimakan ketika sahur atau berbuka puasa, tapi sekilas bayangan dan harapan untuk bisa menjalani moment ramadan ini bersama-sama keluarga. Ah ramadan memang membawa rindu abadi rasanya.

Dan karena sekarang saya sedang dalam masa berjuang, ya berarti memang harus terus dan selalu berjuang. Baik untuk ramadan tahun ini maupun ramadan di tahun-tahun yang akan datang. Itupun jika masih ada umur panjang. Ya berdoa saja, agar kita masih bisa bertemu ramadan selanjutnya.

#NulisRandom2017
#NulisRandom2017Hari09

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p