Langsung ke konten utama

#‎NulisRandom2015 Hari ke-7 : Pulkam Kecil-kecilan (lanjutan)

Busettt ini harusnya diposting tanggal 7 kemaren tapi karna satu dan lain halnya jadi tertunda-tunda (alasan banget) baru ditulis hari ini.

Dan sesampainya aku dilokasi yang aku ceritakan sebelumnya. Lalu setelah membayar ongkos ojek itu, aku pun dengan pembawaan yang sok gagah dan juga perasaan yang sok penuh keyakinan untuk memantapkan diri menanti  kekasih hati lewatnya mobil travel yang akan aku tumpangi pulang ke tungkal. 

Cukup lama rasanya aku menununggu mobil kali ini, tak seperti biasanya setelah sampai ditempat biasa yang hanya menunggu tak lebih dari 30 menit alias setengah jam. Namun kali ini berbeda dari yang sebelum-sebelumnya, lebih dari 45 menit aku habiskan menunggu. Dalam durasi 45 menit itu sepertinya perasaan juga emosiku cukup labil dan seprti dibolak balik karna moment menunggu pacar mobil travel yang lewat. 5 menit sampai 10 menit diawal penantian, aku lalui dengan perasaan yakin pasti akan dapat mobil segera. Waktu masih berjalan, memasuki 10 menit selajutnya aku mulai resah  dan tak henti mondar-mandir disisi jalan trotoar tempat penantianku berada. Lalu dimenit-menit berikutnya tampak didepan mataku berjejeran lalu-lalang berlewatan tapi tak ada satupun yang memberi semacam kode-kodean untuk para penumpang yang menunggu dipinggir jalan, atau mungkin karna aku yang kurang peka kali ya. -_-

Sebenarnya disela waktu menunggu itu, sempat ada mobil yang melawatiku dengan pelan dan dibarengi dengan orang-orang didalam mobil itu yang memandangi dan juga sepertinya mengatakan sesuatu, mungkin karna sambil berjalan jadi tak terdengar olehku. Mobil itu berjalan pelan setelah melewatiku, waktu aku membaca situasi itu, aku pikir mobil ini memberikan kode. Dan aku berjalanlah kearah mobil itu, entah kenapa mobil itu tetap berjalan maju walaupun pelan, saat aku coba berlari kecil ia juga tetap saja jalan terus. 

Setelah berbuat begitu, tadinya hampir saja aku abaikan mobil itu. Barulah aku coba menyusulnya ketika mobil itu stop dijarak 30 meteran dari tempatku berdiri. Dalam hati sempat terbersit "kurang ajar sekali itu supir!" apa dia sengaja ngerjain pikirku. Ini sih mirip-mirip seperti judul lagu sebuah band "Semakin kukejar, semakin kau jauh!" Dan sesampainya aku disisi mobil itu, setelah aku mengatakan "kemana? tungkal ilir ye?" lalu si supir membalas "oh, aku stop di WKS Simpang Abadi!" katanya menjawab. WKS itu sebuah anak perusahaan nasional ternama yang bergerak dibidang produksi dan pengolahan kertas, letaknya masih cukup jauh dari Tungkal Ilir kampungku. Setelah aku rasa cukup jelas yang dikatakan sopir itu lalu aku tinggalkanlah dia, dan tak lupa dia meninggalkan aku, kami tetap berpisah secara baik-baik.

Sekembaliku ketempat penantian sebelumnya, aku mulai merasa bete gitu. Dimana langit sudah mulai meredup dan waktupun sudah menunjukkan pukul 5 lewat, ini sih aku hampir magrib namanya. Masih aku perhatikan dengan seksama jalanan juga kendaraan yang melewatinya, namun tak satupun yang sudih singgah menanyakan tujuanku untuk bisa diberi tumpangan pulang, ya numpangnya tetap bayar sih maksudku. Meski hanya sekedar memberi klakson saat melewatiku pun tak ada. Mungkin mereka tak ingin nantinya terlihat seperti memberi harapan palsu padaku. Mungkin mereka mengetahui kalo hatiku cukup rapuh dan tak akan bisa menerima hal sentimen dan tak pasti seperti itu. Sungguh penjelasan ini makin ngawur!

Menit-kemenit terus saja berjalan tapi tak ada tanda-tanda bagus menampakkan diri. Aku pikir cukup lama rasanya penantian kali ini. Setelah sekian lama aku berdiri tanpa ada duduk walau hanya sejenak saja. (Udah kayak lirik lagu patah hati) Barulah ada 1 mobil yang menghampiriku, dengan sopir dan orang didalamnya serentak menjawab "Tungkal Ilir!" setelah aku juga berseru "Tungkal Ilir?" seperti ada kontak bathin saat itu, walau tanpa pertanyaan yang jelas dan direspon pula dengan penjelasan yang sebenarnya bisa dibilang kurang jelas juga. Tapi karna yang diucapkan kata kuncinya "Tungkal Ilir!" ya menurutku itu cukup, dan bagi merekapun nampaknya itu sudah amat menjelaskan maksud hati bahwa, mobil itu akan menuju Tungkal Ilir. Yak Syukurlah, tak ada lagi yang akan kecewa akan harapan palsu.

Perjalanan 2-3 jam akan dimulai, tapi sepertinya tulisan ini bersambung lagi sampai disini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu

Saat benar-benar sadar aku bisa saja sedikit malu dengan yang aku peruntukkan padamu tapi jika benar-benar harus jujur aku ingin selalu tak sadar dengan yang aku rasakan agar bisa memberikan sumbangsihku padamu meski itu hal yang mungkin biasa, atau super-duper-biasa atau tak ada istmewanya sama sekali bagimu tak masalah bagiku,  yang penting aku melakukannya tulus untukmu.

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami. ...

Harus Berubah

Pagar Rumah Bang Ian Saya sadar bahwa kebiasaan yang saya lakukan sehari-hari banyak yang buruk. Mulai  dari sering begadang, ngemil, malas, berantakan, dan kucel. Seharusnya seiring waktu berjalan saya sudah bisa mengurangi ini semua. Sebab saya sudah pernah berniat untuk jadi orang yang lebih baik kedepannya sejak lama, dan itu termasuk juga dengan memperbaiki kualitas dan cara saya menjalani kehidupan. Dan sudah seharusnya hal ini bisa segera saya lakukan dengan baik. Saya ingin sekali memperbaikinya, saya ingin berubah, mudah-mudahan bisa segera saya lakukan sedikit demi sedikit.