Jadi ceritanya hari sabtu tanggal 6 juni kemaren,
sedari paginya sebenarnya aku berencana untuk pulang dari tempatku bekerja
sekarang di kota Jambi untuk sedikit keperluan, ke Kuala Tungkal tepatnya di
Tungkal Ilir, kampung halamanku yang menurut letak teritorial adalah bagian
dari wilayah provinsi Jambi.
Tau Jambi kan? Ya kalaupun tak pernah mendengar
apapun yang berkaitan tentang Jambi, minimal pernah lihat di peta Sumatera.
Kalau sampai tak kelihatan juga posisi Jambi dipeta yang kamu baca itu,
kemungkinan peta itu palsu. Atau bisa juga percetakan yang bikin peta itu
sentimen dan sengaja meniadakan gambaran peta Jambi di peta. Kalo sampe memang
itu yang jadi alasan mereka (percetakan) sungguhlah keterlaluan bila masalah
pribadi pun harus dibawa-bawa ke urusan pembuatan peta Sumatera, tega sekali
jika sampai itu terjadi. Namun kalaupun tak ingin terlalu jauh untuk su’udzon
pada mereka, mungkin alasan masuk akalnya bisa saja tintanya kebetulan pas lagi
habis ketika toner head mesin cetaknya lewat dibagian wilayah Jambi, entahlah
aku tau kalo soal itu. Yang aku lebih
tak tau lagi, kenapa penjelasan soal keberadaan Jambi didalam peta malah sampai
sejauh ini. Bingung ya? Sama sih!
Kembali ke topik sebenarnya yang mau aku
ceritakan tadi. Waktu menunjukkan pukul 15.00 Wib atau untuk lebih jelas kita sebut
saja jam 3 sore. Saat aku benar-benar sadar kalo ini bisa-bisa kesorean sekali
untuk cari mobil travel dengan tujuan kampungku, Tungkal Ilir. Ya walaupun
jaraknya nggak jauh-jauh amat sih, sekitar dua setengah sampai tiga jam gitu
lah.
Nah masalahnya
detik demi detik berganti menit, pergerakan waktu semakin cepat jam pun
sudah terlihat pukul setengah 4 sore. Dan faktanya yang jadi masalah itu,
sedari kurang lebih 2 jam tadi, Jambi diguyur hujan yang tampaknya enggan reda
juga. Lama menunggu dengan ditemani rasa khawatir kalau-kalau saja karna hujan
ini aku jadi gagal untuk pulang, tak lupa aku bergegas diri mempersiapkan apapun
yang akan aku bawa pulang, mulai dari beberapa buku yang ingin kubaca dalam
masa kepulanganku disana, entahlah apa iya sempat dibaca atau tidak, aku pikir
dibawa saja dulu. Lalu ada juga sebuah
buku pesanan mamaku, sebuah buku tentang
kuluk/tengkuluk, semacam kain selendang khas Jambi yang sebelumnya sudah
dipesan mamakku untuk keperluan perlombaan katanya. Mamakku memang sudah cukup
akrab dengan hal-hal mengenai pakaian adat, merias pengantin, kerajinan tangan
dan bentuk-bentuk kreatifitas lainnya. Selain itu tak lupa aku membawa beberapa
pakaian untuk dipakai disana tentunya.
Lalu beralih ke kondisi cuaca yang tadinya jadi
sebuah keresahan bagiku. Untunglah beberapa saat setelah aku berprasangka buruk
pada langit tentang hujannya, akhirnya perlahan mulai reda dan langit sore itu
kembali cerah. Lalu kupastikan lagi apa saja yang mau dibawa dan tak ada yang
ketinggalan, barulah aku beranjak meninggalkan tempat kerjaku dan langsung
berpamitan dengan rekan-rekan kerjaku yang lain. Dan tak lupa aku juga menelpon
bos ku yang sedang ada urusan katanya tadi untuk sekedar izin berpamitan.
Tepat sekitar pukul 4.30 sore itu aku mulai
keluar dari tempat kerjaku dan mulai memandangi lalu lintas jalan raya, bermaksud
menunggu mobil agkot yang lewat untuk bisa sampai disuatu tempat, karna rencananya
aku mau singgah sebentar disebuah counter handphone untuk membeli earphone,
kebetulan semenjak beli handphone baru (pamer dikit) kemaren tanpa bonus
earphone. Counter pertama yang aku singgahi sepertinya aku tak menemukan earphone
yang cocok untukku, lagian yang masih tersedia cuma tinggal satu jadi karna
merasa tak ada pilihan lagi, aku pun tak jadi membelinya. Tak menyerah disitu
dengan waktu yang aku rasa cukup sempit untuk nantinya mencari mobil travel
lagi, segera aku menapaki beberapa meter jalan kedepan.
Barulah tak lama setelah berjalan tadi ada sebuah
counter yang tampak dari luar terlihat banyak aksesoris handphone terjejer
bergantung dibeberapa rak pajangan. Lalu masuklah aku dan menyampaikan
keinginanku untuk mencari earphone. Segeralah karyawan counter itu menunjukkan
beberapa earphone yang dirasa cocok untuk handphoneku. Setelah aku aku rasa
menemukan earphone yang lumayan okeh, aku langsung segera membayarnya dan meninggalkan
counter itu dengan sedikit tergesa-gesa. Tak lama setelah itu aku menelusuri
sisi trotoar jalan, mencari keberadaan tukan ojek untuk bisa cepat menuju ke
arah tempat mencari mobil travel yang bisa aku tumpangi sore itu. Cukup lama
aku berjalan, beberapa menit barulah ada ojek-man yang bisa mengantarkanku ke
tempat tujuanku tadi, untuk segera mencari mobil travel itu.
Bagaimana kisahku selanjutnya? Sepertinya ini akan bersambung dulu...
Bagaimana kisahku selanjutnya? Sepertinya ini akan bersambung dulu...
Komentar
Posting Komentar
attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !