Langsung ke konten utama

#‎NulisRandom2015 Hari ke-3 : Bahaya Menunda-nunda

Kupandangi jam dinding diatas diding sana, ia rupanya sudah menampakkan jarmunya yang mengarah pada pukul 23.24 Wib. Ini artinya hanya tinggal setengah jam lebih sedikit lagi timing yang tepat untuk memposting tulisan #‎NulisRandom2015. Sebenarnya walaupun tak ada sanksi tegas dari pembimbing di grup NulisBuku.com, yang ada hanya seperti dikejar perasaan bersalah pada diri sendiri bila tak bisa menjawabnya dengan memposting tulisan. Entahlah ide dikepala ini sebenarnya ada tadinya. Saat masih siang hingga menjelang malam pun ada sebentuk gagasa-gagasan yang ingin aku  tumpahkan disini. Mungkin karna pengaruh tekanan pikiran karna merasa waktunya semakin pendek saja, selain itu karna saat ini aku cukup lelah dan mengantuk. Dan lagi pula aku yang kebetulan tinggal ditempat kerja ini, sedang mengerjakan tugas lemburan yang belum selesai dari kemaren karna tertunda terus. Ya sama seperti tugas ku yang tertunda ini, tulisan ini hampir tak hadir mengisi hari ini dengan tulisan karna sedari pagi menunda-nunda untuk menyegerakan diri menuliskan misi #‎NulisRandom2015 untuk hari ke-tiga ini. Mungkin inilah bagian dari bahaya menunda-nunda sesuatu, segala yang tadinya terpikirkan dan dirasa cukup terencana, didetik-detik terduga segalanya bisa kacau dan mempengaruhi hal lainnya yang juga berpotensi menjadi kacau pula. Itu sebabnya aku rasa bahwa ada pepatah mengatakan "Waktu adalah uang" dari pepatah ini bukan bermaksud bahwa setiap waktu hanya berorientasi pada uang, uang, dan uang. Tidak serperti itu, ini seperti analogi/persamaan bahwa setiap waktu itu begitu berharga, bahkan saking berharganya waktu diibaratkan sama dengan berharganya mata uang.

Yang terjadi sekarang mungkin masih kekacauan kecil, tak tau untuk yang selanjutnya jika terus menunda-nunda seperti ini? Dan m
ungkin segini saja, sepertinya aku sudah hilang pikiran untuk terus larut dalam tulisan. Aku undur diri dulu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p