Langsung ke konten utama

#‎NulisRandom2015 Hari ke-12 : Mendapat Kabar Baik


Saat-saat seperti sekarang ini aku sedang dilanda rasa bimbang dan dilema hebat yang berkaitan dengan masa depanku, dan boleh dibilang ini begitu menyita isi pikiran dan bathinku. Apa itu? jadi begini kisahku bermula. 

Seperti biasanya saat sedang berada didepan komputer ditempat kerjaku. Tak ada larangan bagiku membuka browser untuk sekedar berselancar diinternet. Ditempat kerjaku yang bergerak dibidang percetakan ini, kami memang dibebaskan untuk hal itu. Asalkan tidak mengganggu proses dan kinerja kami secara fatal. Misalnya lupa atau bahkan tidak menyelesaikan tugas masing-masing hanya karena asik tenggelam dan hanyut membuka macam-macam social media, juga berbagai situs lainnya. Ya, asalkan kami tetap menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan kami masing-masing hal itu masih diperbolehkan, dengan syarat kami tidak lalai karna kebebasan yang diberikan itu. 

Singkat cerita.

Seminggu yang lalu kira-kira tanggal 03 Juni minggu kemarin, Sedari pagi itu sebenarnya aku sudah membuka jendela internet seperti biasanya, entah itu langsung masuk ke akun facebookku atau juga sekedar membuka website artikel favoritku. Dan ketika sudah sibuk mengerjakan tugas yang aku emban sebagai tukang desain percetakan ini, biasanya aku mengupayakan diriku untuk tetap berkonsentrasi penuh atas pekerjaanku. Terlebih jika hari itu bertepatan dengan deadline harus selesainya tanggung jawabku, jendela internet hanya aku buka sesekali saja, itu pun cuma sekedar melihat-lihat, membaca sekilas sambil terus menscroll keatas ataupun kebawah. Lalu setelah itu, aku kembali fokus bekerja. Sewaktu aku sedang mengerjakan tugasku, saat itu jam didinding menunjukkan pukul 16.47 Wib yang artinya hari sudah memasuki waktu sore menjelang senja.

Dan saat aku merasa beberapa tugasku sudah selesai dan karna itu jadi bisa sedikit santai. Aku kembali membuka browser dan masuk ke akun facebookku. Lalu saat itu aku perhatikan nampaknya ada pemberitahuan bahwa ada sebuah pesan masuk. Tentunya karna diiringi rasa penasaran, segera aku klik icon pesan dan menunggunya terbuka. Tak lama setelah itu, terbukalah kolom pesan berisi "Assalamualaikum" dan barulah aku tau kalo pesan itu rupanya dari salah seorang teman facebook yang tak pernah aku temui secara langsung. Walaupun tak pernah bertatap muka didunia nyata eh dunia langsung. Aku tak sedikitpun punya pikiran lain yang tidak-tidak dari orang ini. Kenapa? soalnya dia masih ada hubungannya dengan tempatku bekerja. 

Tapi jurjur sebenarnya, sebelum membuka pesan itu. Tadinya aku pikir ada seorang wanita manis dikejauhan sana yang mengirimiku pesan "Hai kak salam kenal? apa kabar? nama aku Cinta! mau temenan sama aku gak? ini nomer handphoneku, aku lagi butuh teman curhat nih. Kakak mau jadi temen aku kan? mau yah!"  "Oh iya, like status aku yaa kak!"

Sedikit menjelasakan. Selain berkutat pada bidang percetakan, sebenarnya kami juga merintis semacam penerbitan buku. Belum skala besar, ya masih semacam self-publishing yang mana menerbitkan buku berdasarkan pesanan penulis yang ingin melahirkan karya tulisnya dengan segera tanpa memakan proses yang panjang dan lama seperti dipenerbit mayor. Mungkin jika disederhanakan, penulis itu menggunakan jasa kami memproduksi bukunya. Entahlah aku tak begitu paham benar dengan proses dan bagaimana seharsunya sistem penebitan itu. Cukup banyak referensi yang aku ikuti tapi sering pula aku jadi bingung sendiri, ya intinya begitulah. 

Nah kembali ketopik utama tadi. Teman yang mengirimiku pesan ini sebut saja Fajri (namanya memang itu sih) ini. Seperti sebelumnya yang aku jelaskan bahwa dia masih ada hubungannya dengan tempatku bekerja. Walaupun bukan hubungan yang intens seperti pasangan yang baru jadian, bukan juga hubungan dengan kadar kerinduan yang mendalam ala LDRan. Bukan, bukan itu saudara-saudara. Ini lebih kepada hubungan kerja sama antara dia, Fajri ini yang mana adalah seorang freelancer desainer grafis untuk jasanya sebagai perancang desain cover buku-buku yang diproduksi oleh tempat kerjaku. Memang ada beberapa orang yang dipilih bosku sebagai freelancer desainer cover,  yang nantinya jika ada proyek yang cocok. Tugas mendesain cover itu akan didelegasikan kepada siapa dari mereka yang terpilih, atau juga berdasarkan giliran dari mereka masing-masing yang sudah disepakati mereka dengan bosku.

Curhat dikit nih ya, sejujurnya dari hati kecilku setelah aku tau tentang hal ini, aku sebenarnya juga ingin sekali ikut dalam bagian freelancer desain cover buku itu. Terlepas dari tanggung jawabku dibagian percetakan. Kalopun memang bos memang sengaja tidak mengikut sertakanku supaya tugasku tidak kerepotan, ya setidaknya dia bisa sampaikan terlebih dahulu padaku. Jadi aku tidak berpikir dan menerka-nerka sesuatu.

Ya sebenarnya gitu, pengen ikut andil dan berkarya tapi yaa bosku kurang peka kayakanya. Bukan kayaknya sih, tapi memang kurang peka. Kalopun suatu waktu entah kebetulan atau bagaimana beliau bisa khilaf dan tersesat membaca tulisan ini. Aku harap ia bisa lebih peka dengan dunia dan lingkungan sekitarnya. Ini bukan soal keinginanku yang tersampaikan saja, tapi lebih kepada bagaiman ia bisa membaca situasi dan keadaan yang terjadi tanpa harus dijelaskan terlebih dahulu oleh orang lain. Supaya orang tersebut merasa benar-benar diperhatikan, bukan sekedar hubungan pekerjaan antara karyawan dan bos. Ini demi hubungan emosional, demi keterikatan bathin yang bisa saling mendukung, saling mensukseskan kedepannya. Masa depan tak ada yang tahu bagaimana kan? Nah jika semulanya memang sudah terjalin hubungan baik, bukan tak mungkin keberhasilan bisa kita raih bersama.

Itu kalo beliau kebetulan baca tulisan ini sih, kalo gak, ya aku juga merasa tak sampai hati menyampaikanya. Bukan karna takut, hanya saja aku tak mau nantinya setelah aku katakan hubungan kami jadi canggung dan tak asik lagi seperti biasa. Bosku itu enak diajak ngobrol dan diskusi soalnya. Diskusi soal apapun, tentang ide, informasi menarik, tokoh terkenal, berita terhangat, gosip selebriti, pandangan politik dan pemerintahan sebatas pengetahuan kita, sampai ke urusan jodoh yang kalo membahas hal itu, aku merasa seperti dibully olehnya. Kalo sudah ngomongin jodoh, aku cuma diam, ngangguk-nganguk, mesam-mesem, dan nyengir. Ya cuma bisa sabar dan tabah sih hahaha
Hampir lupa. 


Sampai dimana tadi ya? oh iya soal, Fajri sebagai freelancer desain cover buku yang akan diproduksi tempat kerjaku. Dan karna awalnya memang diberitahu bosku tentang hak itu. Dari mengamati profil social media dan hal-hal terkait beberapa orang yang diajak jadi freelancer desain cover itu, Aku cukup terkesan dengan sosok Fajri ini. Karna dari yang aku amati, orang ini unik, menarik, dan sepertinya asik jika berteman dengannya. Soalnya selain hobby mendesain, dia juga suka ngeblog dan jago fotografi kayaknya. Itu dari yang aku amati dari profilnya sih. Untuk fotografi sendiri aku nol besar sekali, aku cuma sering baca-baca teori dan artikel tapi gak pernah prakterk. Ya itu gak duit buat beli kamera, gak punya teman dekat yang punya kamera yang bisa dipinjam, dan kalopun punya teman yang punya kamera, sepertinya aku akan gengsian untuk sekedar meminjam. Paling hanya berharap dia yang meminjamkan duluan. Beginilah modus diantara pertemanan sering terjadi hahaha

Ini sudah cukup panjang belum? aku lumayan capek juga sih, apa bisa disambung besok atau kapan-kapan gitu!

Kayaknya bersambung...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p