Langsung ke konten utama

Sosok Inspiratif dari Desa Suak Labu

Beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi seorang ibu guru sekaligus kepala sekolah yang baik hati, Diyan Mahyuni namanya. Sosok ibu inspiratif yang saya temui pertama kali ketika saya dan teman sekelompok saya melaksanakan agenda tahunan mahasiswa tingkat akhir ditempat saya belajar beberapa tahun lalu, di Desa Suak Labu. Yakni dimana kami menjalani serangkaian proses demi proses belajar, baik yang terprogram maupun tak terprogram dalam lingkup kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ditugaskan oleh almamater tempat kami menimba ilmu saat itu.
Dan saat saya dan beberapa teman sekelompok KKN dulu, dengan sengaja menyempatkan diri untuk bisa menghadiri undangan perhelatan acara perpisahan yang akan dilangsungkan didesa itu. Seketika ingatanku terlempar pada kenangan lalu dimana dulu di sana. Di desa itu pernah menjadi rumah kami belajar, bertemu dan menemukan kawan-kawan baik serta kerabat baru. Tanah dimana kami terkesan akan begitu banyak orang-orang hebat yang jarang, atau mungkin saja tak pernah kami temui sebelumnya. Bumi yang dengan ridho tuhan melahirkan bibit-bibit potensial mengagumkan. Dan tentunya tempat dan ruang bagi kami menyadari akan setiap kekurangan-kelebihan satu sama lain. Yang mana dari itu semua, sudah pasti menggoreskan pengalaman demi pengalaman berharga yang tiada dapat terlupa bagi saya dan mungkin pula bagi kawan-kawan baik saya itu.
Lalu ketika tibalah saat saya beserta kawan-kawan bertemu lagi dengan beliau ibu guru nan baik hati itu. Ada banyak percakapan yang terjalin sedari awal kami bertemu lagi dengannya saat itu. Mulai dari pengalamannya semasa kecil yang tak pernah menyerah untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan diri, juga sampai pada kisah usil dirinya bersama teman-teman seperjuangannya ketika menempuh pendidikan kala itu.
Dan tibalah disatu sesi percakapan menarik dan inspiratif. Ada bagian dimana Ia dengan antusias namun tetap khidmat, menyampaikan tentang bagaimana besarnya pengaruh pemikiran optimis dan rasa percaya yang besar pada kuasa tuhan akan sebuah cita-cita, akan sebuah mimpi terdalam dijiwa dan hati kita. Maka dengan sedikit suara yang lirih dan tampak mataya berkaca-kaca, beliau memberikan lecutan semangat pada kami semua yang hadir dihadapannya.
Setinggi apapun impian juga cita-citamu, walau didepanmu nampak begitu banyak kerumitan dan kemustahilan yang membayang. Jagalah terus angan-anganmu, genggam selalu keyakinan untuk sebuah keberhasilan. Meski itu hanya segenggam kecil yang bisa terbersit dalam kepalan harapan. Apapun itu bentuknya, impian, harapan, keinginan, cita-cita, cinta, jodoh, semua sama halnya dengan do'a.
Dan ingat, walau sedikit dan sekecil apapun keyakinan yang bisa kamu bayangkan dalam kepala, itu tak mengapa mengapa, asalkan kamu percaya dan bersungguh-sungguh berjuang semua akan terbayar, perjuangamy akan berbuah manis. Karna atas izin tuhan, kelak tibalah mimpimu mekar dan bersinar.

Semoga beliau selalu diberikan kesehatan dan semangat untuk menebar inspirasi dan mencerdaskan orang-orang sekitarnya dan siapapun yang ia temui.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harus Berubah

Pagar Rumah Bang Ian Saya sadar bahwa kebiasaan yang saya lakukan sehari-hari banyak yang buruk. Mulai  dari sering begadang, ngemil, malas, berantakan, dan kucel. Seharusnya seiring waktu berjalan saya sudah bisa mengurangi ini semua. Sebab saya sudah pernah berniat untuk jadi orang yang lebih baik kedepannya sejak lama, dan itu termasuk juga dengan memperbaiki kualitas dan cara saya menjalani kehidupan. Dan sudah seharusnya hal ini bisa segera saya lakukan dengan baik. Saya ingin sekali memperbaikinya, saya ingin berubah, mudah-mudahan bisa segera saya lakukan sedikit demi sedikit.

No Execuse

Baiklah Saya akan memulai cerita baru Ketika saya mendapati kembali ingatan tentang blog saya, yang setahun lebih rasanya tak pernah terjamahi. Sebenarnya ada beberapa kali saya menyempatkan diri untuk log-in tapi itu pun hanya sekedar melihat juga mengamati keberadaan dan eksistensinya. Yang mana, siapa tahu selama saya hiatus ada banyak kunjungan yang khilaf ke blog saya. Walau mungkin sepertinya tak ada sama sekali, atau malah ada cuma tak berwujud manusia, hantu kan bisa saja tuh. Tapi kurang kerjaan sekali sepertinya kalo sampai hantu pun blogwalking ke sini. Gak ada urusan sama sekali gitu kan. Dan karena perihal itulah saya kadang merasa geli sendiri, sekaligus lucu, ngakak,  tertegun, lalu merenung, sedih, sampai terharu, komplit sudah haru-birunya. Perasaan campur aduk itu adalah akumulasi dari berbagai hal tak jelas yang terbayang dan terjadi. Di mana dalam satu tahun lebih itu, jelas sekali ada banyak kisah dari setiap waktu yang saya terlewati untuk bisa saya tulis...

Gulungan Kertas Kuning

Beberapa waktu lalu saya menemukan gulungan kertas kecil berwarna kuning, dari dalam saku belakang celana panjang saya yang baru kering dari jemuran. Dengan perlahan saya buka agar kertasnya tidak robek, lalu saya menemukan tulisan tangan saya yang khas, yang tidak cukup buruk namun tidak juga bisa dibilang bagus. Atau mungkin lebih tepatnya berkarakter sepertinya, entahlah. Kertas berwarna kuni ng itu tampak bertuliskan "Bagaimanpun yang ingin dikatakan, harus disampaikan!" Saya tak bisa mengingat pasti untuk apa dan bagaimana gulungan kertas tersebut sampai ada di dalam saku celana saya. Yang bisa saya tebak, mungkin saat itu saya mendapatkan ide tentang sesuatu namun baru terpikir serangkai kalimat pendek itu saja. Maka sudah pasti saya harus mencatatnya segera saja agar tidak lupa, dan bisa menggunakannya di lain waktu sebagai bagian dari ide untuk menulis. Mungkin itu puisi, atau apapun yang bisa saya tuliskan. Kita lihat saja.