Langsung ke konten utama

Repost : Teruntuk Diriku Sendiri

Hai, diriku sendiri.
Bagaimana kabarmu hari ini?
Sudahkah kamu berhasil meraih apa yang kamu cita-citakan?
Ataukah sekarang kamu masih terseok-seok dalam perjalanan?
Aku sengaja menulis surat ini untuk kamu, ya, untuk diriku sendiri lima tahun mendatang. Tidak ada mesin waktu – milik si robot kucing biru – yang bisa kupinjam tidak membuatku berhenti berusaha. Aku menulis surat pendek ini sebagai salah satu cara untuk memberikan suntikan semangat untukmu di masa depan. Semoga diriku 5 tahun mendatang tidak menyerah menggapai mimpi berkat surat sederhana ini. Semoga juga surat ini tidak hilang sebelum kamu berhasil menemukannya. Ya, semoga.
Saat aku menulis surat ini, kamu baru saja berhasil meraih gelar sarjana. Ya, akhirnya nama belakangmu bertambah panjang juga dengan gelar sarjana yang mengikutinya. Dan masih ingatkah kamu bagaimana kegembiraan Ayah dan Bunda saat tahu anak kesayangannya ini bisa menyandang gelar sarjana? Mereka bangga luar biasa.

Hidup memang tak selamanya manis, ada sisi asam dan pahit yang juga akan kamu cecap. Namun, bukankah mencoba segala ragam rasa akan membuatmu makin kaya?

Perjuanganmu untuk mendapatkan gelar sarjana memang tidak sia-sia. Setelah bergulat dengan dunia perkuliahan selama empat tahun dan jatuh bangun dengan skripsi, akhirnya gelar sarjana berhasil tersemat padamu. Ya, hidup memang tidak melulu manis, kamu kadang akan menemukan rasa pahit dan asam di sela-selanya. Di balik kegembiraan dan kebanggaan yang kamu dapatkan saat menyandang gelar sarjana, kamu telah bertemu banyak rintangan dengan rasa pahit sebelumnya.
Kamu rela tidak tidur semalaman dan berkutat dengan buku-buku tebal demi terselesainya skripsi yang sepaket dengan rentetan revisi. Bahkan kamu juga rajin menunggui dosen setiap hari demi konsultasi dan mengejar ketinggalan. Semua jerih payahmu terbayar lunas pada akhirnya.
Tahukah kamu, bahkan kesukaran yang dihadapi selama berjuang dengan skripsi membuatmu menjadi pribadi yang makin kaya pengalaman karena kamu sudah mencecap ragam rasa. Ya, rasa pahit yang sudah kamu cicipi terlebih dahulu bisa mengantarkanmu pada rasa manis yang kamu cecap di kemudian hari.
Jadi, apabila esok hari kamu menemukan rasa pahit yang sama, jangan berusaha menghindarinya ya. Percaya saja bahwa akan ada rasa manis yang akan segera menyusul sebagai penawarnya.

Kamu boleh saja beristirahat sejenak demi menghela udara dan menambah tenaga, tetapi jangan sesekali berhenti atau bahkan menyerah berusaha

Rute terjal demi menggapai mimpi dan mencapai kesuksesan memanglah teramat panjang dan terasa sukar. Bahkan gelar sarjana saja tak cukup membuatmu berbesar kepala. Kamu boleh saja beristirahat sejenak untuk menghela udara demi melepas penat. Namun jangan pernah menyerah dan berpasrah pada keadaan. Kamu tidak boleh berhenti melangkah dan diam di tengah jalan.
Ingatkah kamu pada perjuangan kita kala itu, saat kita sedang berstatus pengangguran. Puluhan seminar maupun lowongan pekerjaan kita sambangi bersama. Dari pagi hingga senja kita tak letih-letihnya mencari pekerjaan. Walaupun terkadang kita hanya bisa gigit jari saat kawan lain berhasil diterima di beberapa lowongan.
Akhirnya, perjuangan kita pun membuahkan hasil. Petualangan kita menjelajah berbagai perusahaan di ibukota serta perjalanan panjang kita menempuh banyak job fair menemukan titik terang. Ya, itu semua karena kita tidak berhenti berusaha. Kita memang terkadang berdiam diri untuk beristirahat namun tidak untuk menyerah kalah dan berpasrah pada keadaan.
Itu semua karena tidak akan ada orang lain di sekitaran yang membantumu bangun dan membimbingmu melangkah. Kamu sekarang telah dewasa, kamu bukan lagi bayi kecil yang sedang tertatih belajar berjalan, kamu harus bisa memimpin hidup sendiri. Kelak, kesukaran apapun yang kamu hadapi di masa depan, beristirahatlah sejenak untuk menambah tenaga sehingga lajumu bisa makin cepat.
Ketika sedang berada di titik terendah dan ingin menyerah, segarkan kembali perasaanmu pada saat kamu sangat menggebu ingin meraih mimpi

Dan bukankah rasa lelahmu akan terbayar lunas ketika kamu sudah berhasil meraih apa yang kamu impikan? Lalu kenapa kamu menyerah di tengah perjalanan?

Percayalah, semua pengorbanan serta perjuanganmu menggapai mimpi akan terbayar lunas pada akhirnya. Menyerah berusaha dan berhenti di tengah perjalanan merupakan sebuah kerugian. Kamu tidak tahu apa yang menunggumu di ujung sana. Bisa saja kamu tingkal sejengkal dari mimpimu selama ini. Yang kamu perlu lakukan hanyalah berusaha dan berusaha hingga titik penghabisan.
Mungkin mengingat kembali senyum mengembang Ayah dan Bunda bisa menjadi pelecutmu untuk tak lagi mudah menyerah pada keadaaan. Ada mereka yang setia berdiri sebagai penyemangat. Bisakah kamu bayangkan bagaimana ekspresi gembira mereka ketika melihat anak kebanggaannya ini sukses dan berhasil memimpin hidup sendiri?
Ya, semoga, aku yang sedang membaca surat ini tidak gampang menyerah pada keadaan.

Repost : hipwee

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p