Langsung ke konten utama

Kepulangan

gambar : dokumen pribadi
Hari ini rasanya begitu banyak berita duka yang menghampiriku. Dimulai dari mamakku yang memberitahukan kalo adik dari seorang tante-kerabat dekat kami meninggal dunia, dan saat menyampaikan hal tersebut padaku, mamakku sedang dalam perjalanan ke Jambi, kota yang sama yang aku tempati bekerja. Tapi tujuan utama mamakku kekota ini bukanlah berniat mengunjungi anaknya, melainkan ingin melawat ketempat rumah duka berada. Mamakku tidak sedang pergi sendirian, beliau bersama dengan seorang tanteku yang lain. Sesampainya di Jambi, mamakku bilang "jenazahnya mau diberangkatkan ke Palembang, karna istri dan keluarganya disana," aku tak mengingat jelas isi pesan yang dikirimkan mamakku lewat pesan singkat itu, intinya seperti itu. 

Mamakku yang setibanya di Jambi tadinya berdua dengan tanteku ingini segera melawat kerumah duka, tapi mungkin karna keadaan yang tidak memungkinkan mamak dan tanteku hanya singgah dan menginap dirumah pribadi tante yang adiknya meninggal ini. Sedang tante yang punya rumah beserta suaminya yang mana sepupu bapakku itu berncana ikut pergi kepalembang untuk mengatar jenazah ketempat peristirahatan terakhirnya. Mungkin alasan mamak dan tanteku tak ikut ya karna sepertinya akan merepotkan orang-orang kalo mereka ikut dalam keramaian menuju rumah duka di Palembang sana. Mungkin seperti itu, aku juga merasa segan untuk menanyakan hal itu. 




Lalu setelah itu mamakku secara berkelanjutanpun mengabariku tentang suasana dan keadaan yang berlangsung, ia menyampaikan kalo beberapa keluarga yang ditinggal telah bersiap berangkat ke Palembang, dan mamakku juga menyampaikan kalo ia dan tanteku akan segera pulang pagi-paginya sekitar jam 8 karna urusannya sudah selesai. Walau tak bisa ikut serta pergi mengantar jenazah, yang penting sudah menunjukkan empati mendalam untuk mau melawat jenazah dan keluarga yang ditinggalkan meski tak bisa melihat langsung jenazah. Katanya "dak enak sama tante kalo dak datang" aku pikir benar juga. Disaat seperti tentu yang paling dibutuhkan adalah motivasi dan kehangatan keluarga, teman, serta kerabat. Dan pagi tadipun sebelum pulang kembali ke tungkal-kampung halamanku, mamakku mengabariku lagi lewat pesan singkatnya bilang kalo ia akan bersiap pulang, "iyek, hati-hati dijalan mak" kubalas.

Setelah itu, sesampainya ditungkal seperti biasa mamakku mengabariku lewat pesan singkat kalo dia sudah sampai dirumah. Tapi tidak hanya itu yang dia sampaikan, tibalah berita duka baru, ia juga menyampaikan kalo teman dan sahabat unik adikku semasa SMP, yang bernama Abet meninggal dunia, beberapa hari yang lalu adikku unik memang sudah memberitahuku perihal sahabatnya Abet mengalami kecelakaan dan sedang ktitis dirumah sakit, ia dirawat di rumah sakit Teresia jambi kata unik. lalu ku balaslah pesan mamakku dengan ucapan innalillahi wainna ilaihi rojiun, meski aku tau sahabatnya itu non-muslim. Tapi itu bukanlah menjadi masalah rasanya kan? setiap kehilangan, kerugian, ketertinggalan akan seseorang, sesuatu dan mendapat berita yang kurang berkenan dihati kita rasanya cuma kalimat tersebutlah yang paling pantas dan mewakili setiap kemalangan yang menimpa kita.


Berita duka lain yang aku dapat dari beranda facebook, dimana orang tua (bapak) dari salah satu teman facebookku yang mana seorang penulis dan pemilik penerbit Diva Press, yakni Edi Akhiles alias Edi AH Iyubenu alias Edi Mulyono juga kembali keharibaan-Nya sang pemilik jiwa raga manusia, Allah SWT.

Bagi mereka-mereka yang berpulang aku do'akan, semoga dalam kepulangannya ia akan menemui indahnya bahagia yang tak terbayangkan disana, didunianya yang baru, beristirahat dengan tenang dalam pangkuan tuhan dan bahagia disisi-Nya. Untuk yang ditinggalkan juga termasuk adikku unik yang kehilangan salah satu sahabat baik dalam hidupnya. Percayalah bahwa tuhan punya maksud baik dan tujuan yang indah atas orang-orang yang kembali kesisi-Nya.

Entah apa makna dibalik berita-berita duka ini. Mungkin kita diingatkan bahwa kematian itu adalah sebuah kepastian, yang akan datang menghampiri setiap mahluk bernyawa, tak terkecuali manusia ciptaan-Nya. Mungkin saja pertanda bahwa siapapun kamu, dimanapun berada, kaya-miskin, pria-wanita, apapun statusmu, kematian akan tetap menanti kita masing-masing didepan jalan sana, kita tak tahu kapan ia akan menghampiri kita dan menjemput kita untuk  ke mana semestinya kita berada, Berpulang.

Karena Sesungguhnya kita adalah milik-Nya dan kepada-Nya lah kita kembali.

Komentar

Posting Komentar

attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !

Postingan populer dari blog ini

Untukmu

Saat benar-benar sadar aku bisa saja sedikit malu dengan yang aku peruntukkan padamu tapi jika benar-benar harus jujur aku ingin selalu tak sadar dengan yang aku rasakan agar bisa memberikan sumbangsihku padamu meski itu hal yang mungkin biasa, atau super-duper-biasa atau tak ada istmewanya sama sekali bagimu tak masalah bagiku,  yang penting aku melakukannya tulus untukmu.

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami. ...

Sosok Inspiratif dari Desa Suak Labu

Beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi seorang ibu guru sekaligus kepala sekolah yang baik hati, Diyan Mahyuni namanya. Sosok ibu inspiratif yang saya temui pertama kali ketika saya dan teman sekelompok saya melaksanakan agenda tahunan mahasiswa tingkat akhir ditempat saya belajar beberapa tahun lalu, di Desa Suak Labu. Yakni dimana kami menjalani serangkaian proses demi proses belajar, baik yang terprogram maupun tak terprogram dalam lingkup kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ditugas kan oleh almamater tempat kami menimba ilmu saat itu. Dan saat saya dan beberapa teman sekelompok KKN dulu, dengan sengaja menyempatkan diri untuk bisa menghadiri undangan perhelatan acara perpisahan yang akan dilangsungkan didesa itu. Seketika ingatanku terlempar pada kenangan lalu dimana dulu di sana. Di desa itu pernah menjadi rumah kami belajar, bertemu dan menemukan kawan-kawan baik serta kerabat baru. Tanah dimana kami terkesan akan begitu banyak orang-orang hebat yang jarang, atau mungk...