Langsung ke konten utama

Rokok dan Asma


Tadinya lagi bingung mau ngebahas apa, tapi pilihan jatuh pada "rokok". Iya rokok, yang umumnya sering kita liat mejeng di mulut-mulut pria. Yang dengan penuh rasa eksentrik dan serasa menghembuskan wewangian sorga, mengepulkan asap ke udara. Cewek pun juga ada sih sebenarnya, cuma sebagian kecil saja dan itupun ada yang tak terlihat alias sembunyi-sembunyi. Bukan dari kalangan dewasa saja, kita juga bercerita tentang kehidupan anak-anak yang saat ini sungguh menghawatirkan dengan keadaan lingkungan dan pergaulannya. Tanpa kontrol yang baik, bisa jadi anak-anak yang ada dilingkungan sekitar kita atau mungkin dalam keluarga kita jadi perokok aktif. Sungguh menghawatirkan bukan? Makanya kewaspadaan dan kepekaan kita dengan sekitar juga perlu ditekankan. Tak mau kan anak-anak yang dimasa kecilnya penuh keceriaan dan mimpi yang besar, saat tumbuh dewasanya jadi penyumbang polusi udara, bukan hanya dilingkungan sekitar dan mencakup Indonesia saja. Tapi juga jadi bagian perusak lingkungan tingkat dunia. Bikin ngeri kan?

Dan kebetulan aku senidiri tidak merokok. Jadi aku bukan seseorang yang punya gelar perokok. Aku punya riwayat sakit ASMA sejak lahir, bahkan sampe sekarang pun masih sering kambuh. Uh kalo sudah mulai datang, penyakit itu bisa membuat aku lupa dari semuanya. Bukan lupa dalam artian lupa-ingatan gitu, tapi lebih kepada tak memperdulikan hal lain selain bagaimana caranya aku bisa bernafas dengan enteng, ringan. Bagaimana tidak, penyakit asma itu membuat si empunya merasa dunia ini sempit untuk sekedar bernafas, untuk sekedar menghirup udara, untuk hanya melegakan rongga dada dengan O2. Rasanya itu seperti apa ya? Hmmm kalo sedang parah-parahnya sih bisa dibilang seperti mau MATI sih. Sudah lumayan sering juga sih aku berobat ini-itu dengan obat-obatan tradisional cuma rasanya sama saja, tetap begitu-gitu saja, tak ada perubahan yang pasti. Tak taulah apa aku yang masih kurang sabar menjalani prosesnya. Tapi alhamdulillah juga sih sekarang-sekarang ini, asma itu sudah tak terlalu sering seperti dulu. Ya walau yang namanya obat asma itu gak jauh dari sekitarku. Semoga deh kedepannya bisa sehat bugar -terlepas dari obat-obatan (bukan drugs yang itu) asma itu.

Cuma dulunya itu aku pernah bandel, ya namanya anak-anak yang masih banyak sok taunya, yang pengen coba ini coba itu, ditambah lagi dilingkungan sering liat banyak orang merokok. Trus pengen ngerasain apa sih sensasinya merokok itu? apa rasanya sih memangnya merokok itu? pikirku. Lalu aku dan teman-temanku yang orang-orangnya memang bandel-bandel lebih dari bandelnya aku. Nyobain deh tu yang namanya ngisap rokok. Dan mulai deh tuh yang yang namanya anak-anak menganggap itu sebagai mainan. Yang dimana kita pernah liat orang-orang dewasa mengepulkan asap rokoknya dengan menciptakan asap berbentuk O, karena teringat hal itu aku dan kawan-kawanpun sibuk mengolah asap yang dihembuskan dari mulu dengan berbagai gerakan mulut dan menggerakkan lidah. Sungguh tak patut dilakukan untuk seorang anak sebenarnya. Yah namanya anak-anak ada saja hal yang menarik perhatiannya Mungkin karena lingkungan juga yang kurang begitu baik. Tapi untunglah hal yang aku anggap sebagai permainan itu tak berlangsung lama dan tak aku lakukan berulang-ulang. Aku juga ada rasa takut-takut saat itu, ya takut dimarahi orang tua terutamanya, apalagi bapakku. Meski bapakku sendiri seorang perokok. Nah untunglah dari hal tersebut dapat aku sadari selalu kalo itu tak baik untukku.Walau sewaktu SMP juga SMA sekali-dua kali aku pernah iseng-iseng mencoba lagi gitu biar dibilang keren. Tapi alhamdulillah itu cuma sebatas iseng saja, dan itu aku jamin dengan sadar diri tak akan jadi sesuatu yang  berlanjut. Dan untung pula kesadaran itu aku bawa hingga mencapai umur 23 tahun ini, selain menyadari dengan pasti bahwa aku punya riwayat penyakit asma yang tak bisa ditoleran.. Setelah lulus SMA sih aku tak pernah lagi tuh iseng-iseng. Dan tak akan ada lagi ada pertanyaan apa sih rasanya merokok itu? apa sih sensasi yang muncul dari merokok itu? Yang timbul dipikiranku malah, kenapa sih orang itu betah banget ngisap rokok? memang apa enaknya merokok?
mending ngisap es dawet, mana adem, seger pula, ah enjoy. Mang mang es dawetnya dong!!!

Komentar

  1. toss... kita sama-sama bukan perokok. kalau gak di ingatkan sama penyakit mungkin masih merokok sampai sekarang?
    btw umur kita cuma beda setahun yak..

    BalasHapus
  2. toss balik, iya bang.
    hehehe tapi kalopun gak ingat sama asmaku, sebenarnya aku sudah menanamkan tekad sejak lama juga bang, klo aku gak akan merokok. dan kalopun aku pernah merokok itu cm kuanggap iseng main-main saja. udah aku tekadkan betul bang utk gk ngerokok.

    Oh umur abng baru 24 ya, kirain udh 25'an keatas :D

    BalasHapus

Posting Komentar

attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p