Langsung ke konten utama

#CERMIN : Di Kantor

Aku jadi heran dengan atasan ku ditempat kerja, perasaan kemarin sikapnya baik-baik saja dan selalu menebar senyum kemana-mana.  Bermula saat selesai mengisi absensi karyawan setibaku tadi pagi, entah angin apa yang bikin dia jadi terkesan killer dan galak begitu. Tatapan matanya sinis, terlihat geram padaku. Saking parnonya, aku membanyangkannya seperti tatapan serigala mau menerkam mangsanya, sebelas-duabelas dengan tatapan pemilik warteg depan kost-kostanku yang berubah bete kalo aku makannya ngutang lagi ngutang lagi. 

Tak berhenti disitu, dalam waktu seharian pokoknya  ada saja hal kecil yang memicu amarahnya. Inilah salah, itulah keliru. Setiap yang aku lakukan tak pernah benar dimatanya, ada saja yang salah, sudah kayak anak tiri aku jadinya. Padahal apa yang dia tugaskan langsung aku kerjakan dengan cepat dan super teliliti malah. Aku sama sekali tak tau apa kesahanku yang sebenarnya, dia juga tak kunjung mengatakan hal yang harus aku perbaiki, itu juga kalo memang benar aku ada salah sih. Dan karena berusaha menghindari dia. Mirisnya, aku sekuat jiwa raga seharian harus menahan HIP (hasrat ingin pipis) hingga tiba waktu pulang, Edan!

Aku benar-benar dibuatnya bingung, sungguh bingung sampai-sampai aku tak sadarkan diri dan menuangkan kejadian naas yang menimpaku ini kedalam secarik kertas surat untuk aku kirimkan kepada ibuku dikampung.



*PS: Beberapa paragraf diatas adalah #CERMIN alias cerita mini yang kemarin aku ikut daftarkan dalam kompetisi #CERMIN bagian dari kuis bentang pustaka yang diadakan oleh penerbit Bentang Pustaka yang temanya saat sesi kuis ini itu : "KANTOR" dengan tantanganya yang diberikan dari kuis bentang adalah tidak boleh menyebutkan kata "KANTOR" itu sendiri dan ditambah lagi ceritanya sendiri minimal dan maksimalnya terdiri dari 200 kata. Bagaiman? sangat menantang bukan! Nah begitulah kita diharap kreatif untuk mengolah cerita mini yang dikompetisikan, tapi kompetisinya sendiri tidak berlangsung panjang hanya berkisar satu hari saat kompetisi itu dimulai saja kalo nggak salah, soalnya nggak baca rentetang timelinenya @bentangpustaka tentang #CERMIN dari kompetisi kuis bentang itu dari awal, cuma baca ketentuan dan persyaratannya saja. Dan yang lebih-lebih menantangnya bagiku saat itu, aku baru tau tentang kompetisi itu kira-kira pukul 20'an alias jam 10 malam, sedangkan kompetisinya ditutup jam 00.00 wib
deadline banget, apalagi untuk aku yang amatiran ini. tapi pikirku go a head saja saat itu yang penting bikin karya.

Hehe dan diatas itulah #CERMIN yang coba aku garapa dan aku daftrakan ke kuis bentang. Tapi tak lama setelah aku mengirim file #CERMIN nya ke email @bentangpustaka baru sadar kalo cerita ku itu nggak lengkap kayaknya menjelaskan siapa nama tokohnya. hehehe karna aku mensituasikannya sebagai "aku", hahaha ada-ada saja ya, tapi biarlah itu berarti pelajaran untuk selanjutnya harus lebih detail dan fokus dengan karakter tokohnya juga bukan hanya pada olot cerita dan bumbunya.

ngomong-ngomong *PS: alias PostScript ku panjang banget yak! kayak antrian saja

Komentar

  1. ya paling gak dapet pengalama lah, jadi besok-besok mesti lebih teliti lagi. semangat aja.

    BalasHapus

Posting Komentar

attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p