Langsung ke konten utama

Sepenggal Cerita & Harapan


Kurang dari seminggu lagi, "dia" seseorang yang penting atas perasaan dan bagian dari senyumku akan pergi dari tempat ini. Dia akan melankutkan untuk menuntut ilmu dikota. Tadi malam setelah sekian lama tak berbicara lewat telfon dengannya, sesaat aku sempat merasa senang dan bahagia bisa mendengar celotehan suaranya, senyum dan tawa, juga tiap candaanya lewat telfon dari nomer handphonye yang skarang amat jarang dia aktifkan untuk membatasi komunikasi diantara kami.

Dia akan benar-benar jauh dari ku sekarang, setelah dia memutuskan untuk tidak mengaktifkan nomer handphonenya yang biasa aku hubungi, lalu mengganti nomer handphone utamanya yang lain, Dan berusaha untuk tidak memberitahu aku lagi. Saat sempat bicara lewat telfon dengannya selama satu jam lebih itu, ada banyak cerita yang kami bagi. Tapi ini sepertinya tak bertahan lama. Karna aku juga sebelumnya mengatakan permohonan untuk bisa bicara dengannya lewat telfon walau hanya yang terakhir, dan dia menerima permohonanku. Sepertinya sebenarnya yang aku rasakan dari pembicaraan kami. Dia juga masih lumayan sering memperhatikan aku, lewat dia memantau setiap status dan komentarku di akun facebook ku. Aghhh kenapa keadaan waktu harus seperti ini. Aku memang orang kedua yang datang setelah pacarnya. Dan sepertinya yang aku rasakan chemistry antara aku dan dia lebih kuat dibanding dia dengan pacaranya. Tapi tak ada guna juga, toh karna keadaan dia tetap bersama pacaranya.

Dan sekarang dia harus benar-benar menjauh dan pergi dari hari-hari ku. Sumpah dan jujur aku tak sanggup dengan rasa sedih ini, tapi aku juga tak mungkin memaksanya terus untuk tetap dekat denganku. Ya apalah arti aku ini untuknya. Aku hanya orang yang baru datang setelah pacaranya. Tapi dengan ini walaupun banyak kesedihan yang tumpah, aku masih memegang sedikit harapan akan waktu yang indah jika itu mungkin terjadi lagi. Karna tak ada salahnya bagiku untuk berharap. Semoga saja suatu saat kesempatan itu ada untukku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p