Langsung ke konten utama

Suguhan Epik


Kamu tahu apa yang menyenangkan saat saya menonton bioskop kemarin? Saat hampir semua orang di ruang tunggu itu mengantre panjang demi mendapatkan tiket nonton film yang sedang dibicarakan di mana-mana, kamu pasti tahu filmnya. Kamu bisa melihat linimasa di media sosialmu. Coba amati film apa yang mereka bahas. Bagaimana? Sudah tahu kan?
Saat itu, saya & belasan orang dalam antrean itu rupanya lebih memilih untuk nonton sekuel ketiga dari trilogi Maze Runner : The Death Cure. Seketika saya sadar bahwa saat itu sedang jadi minoritas di antara mayoritas. Ya sudah, tak masalah, karena menurut saya menonton bioskop dengan kondisi penonton sedikit memang lebih nyaman. Terlebih jika penonton lain tak ada, kesannya berubah jadi seperti nonton di rumah sendiri. Tapi itu jika kebetulan bisa nonton sendiri tanpa ada orang lain, karena kenyataannya itu jarang bisa terjadi.

Dan setelah film berakhir, saat hendak keluar dari studio 6, ruangan studio kami menonton, tampak semua penonton menyiratkan ragam perasaan dari wajah mereka. Entah puas atau malah sebaliknya? Pasalnya ada saja kelakuan penonton saat itu. Ada yang keluar dengan penuh perenungan, entah tadi ia memang fokus nonton atau malah tertidur melewatkan film? Ada yang baru masuk ke studio saat durasi film hanya tinggal 20an menit lagi. Lalu ada sepasang kekasih duduk di sebelah kiri saya seperti tak ingin keluar saat film selesai. Padahal saya perhatikan, bukannya nonton mereka malah sibuk pacaran, pegangan tangan, ngobrol, tertawa kecil, & entah apalagi setelah itu? Dan tentunya ada saya duduk di posisi pojok paling kiri di kursi teratas, yang secara tak sengaja jadi sibuk sekali mengamati orang lain. Ini kurang kerjaan sekali sebenarnya.
Tapi secara keseluruhan, ikut mengantre panjang itu ternyata tak sia-sia, semua terbayar tuntas dengan perasaan puas. Saya mendapatkan kesan menonton film yang menakjubkan, semua rasa membaur. Tak perlu saya ceritakan bagaimana keseruannya. Sungguh lebih baik jika kamu nonton langsung, pastikan juga kalau kamu sudah menonton dua film sebelumnya, karena ini adalah suguhan film yang epik sekali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p