Langsung ke konten utama

Kapitalisme + Tamak = Konsumerisme


Adapun kita bisa melihat dan mungkin merasakan sendiri, bagaimana perubahan tatanan kehidupan sosial yang terjadi pada zaman modern ini, secara sadar juga tidak sadar menggerogoti jiwa dan pikiran kita untuk turut menyesuaikan diri dengan fenomena sekitar, bahkan trend yang berkembang di dunia. Seolah kita disuapi terus tanpa henti, dengan aneka penawaran-penawaran menarik, gila-gilaan, dan menggiurkan yang sulit diabaikan. Ibarat kucing dikasih ikan, ya mau, pasti senang sekali dia. Mungkin ini yang disebut "konsumerisme" oleh para tokoh pemikir sosiolog, ekonom, aktivis sosial, dan orang-orang yang memang mengamati fenomena sosial. Konsumerisme yang katanya lahir dari perpaduan kapitalisme dan kontrol diri yang kurang atau sebutlah tamak itu pun, akhirnya mengakibatkan ketergantungan yang menjadi-jadi dan sebenarnya sama sekali tidak memiliki alasan penting untuk bisa membuat hidup jadi lebih baik. Justru sebaliknya, seperti tak ada habisnya, hidup seoalah terus-terusan  dikejar gengsi demi menyesuaikan gaya hidup dan ekspektasi semu, yang selalu akan terus mengalami perkembangan tiap waktu ke waktu, menyesuaikan iming-iming terkini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu

Saat benar-benar sadar aku bisa saja sedikit malu dengan yang aku peruntukkan padamu tapi jika benar-benar harus jujur aku ingin selalu tak sadar dengan yang aku rasakan agar bisa memberikan sumbangsihku padamu meski itu hal yang mungkin biasa, atau super-duper-biasa atau tak ada istmewanya sama sekali bagimu tak masalah bagiku,  yang penting aku melakukannya tulus untukmu.

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami. ...

Sosok Inspiratif dari Desa Suak Labu

Beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi seorang ibu guru sekaligus kepala sekolah yang baik hati, Diyan Mahyuni namanya. Sosok ibu inspiratif yang saya temui pertama kali ketika saya dan teman sekelompok saya melaksanakan agenda tahunan mahasiswa tingkat akhir ditempat saya belajar beberapa tahun lalu, di Desa Suak Labu. Yakni dimana kami menjalani serangkaian proses demi proses belajar, baik yang terprogram maupun tak terprogram dalam lingkup kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ditugas kan oleh almamater tempat kami menimba ilmu saat itu. Dan saat saya dan beberapa teman sekelompok KKN dulu, dengan sengaja menyempatkan diri untuk bisa menghadiri undangan perhelatan acara perpisahan yang akan dilangsungkan didesa itu. Seketika ingatanku terlempar pada kenangan lalu dimana dulu di sana. Di desa itu pernah menjadi rumah kami belajar, bertemu dan menemukan kawan-kawan baik serta kerabat baru. Tanah dimana kami terkesan akan begitu banyak orang-orang hebat yang jarang, atau mungk...