Langsung ke konten utama

Resolusi 2017

Resolusi ya? Sebenarnya tanpa menunggu tahun berganti, hampir setiap malam jika tak terlewatkan sekitar pukul 21.00 wib aku selalu berusaha menuliskan semacam catatan harian. Yang mana itu aku maksudkan sebagai kontemplasi atau sederhanya sebuah renungan untuk memaknai waktu yang dilalui hari itu dan mengambil pelajaran darinya. Sesekali memang ada kalanya aku terlupa untuk menuliskan catatan harianku.

Tapi tak jarang, lupa itu malah berantai dari satu hari terlupa, dua hari terlupa, lalu sampai pada hari setelahnya barulah aku sadar, bahwa mungkin aku bukan sedang lupa, aku hanya lalai. Dalam catatanku, hampir di setiap akhir tulisan tiap harinya, aku selalu menyelipkan harapan dan do'a untuk hari esok. Entah itu harapan kecil ataupun do'a sederhana, aku tetap menuliskannya.

Terwujud atau tidaknya setelah itu, aku tak pernah memikirkan hasilnya saat menulis. Toh perkara hasil bukan aku si manusia ini yang menentukan. Bagiku rasanya itu juga bagian dari resolusi kan? Ya resolusi kecil-kecilan lah, resolusi harian.

Jadi kalau boleh sedikit ikut membahas mengenai resolusi. Resolusiku besok dan kedepannya adalah, jadi pemuda baik-baik, cinta pada tuhan, keluarga, dan seorang wanita, rajin bekerja, belajar agama, gigih berusaha, semangat jiwa-raga, pantang menyerah, kreatif, produktif, inovatif, aktif berkesenian, tekun membaca, giat menulis, periang dan ramah, senang membantu dan bersedekah, lapang hati tak mudah marah, berprasangka baik, bersikal dan berkata jujur, dan gemar menabung. Begitulah gambaran dari harapan kecil dan do'a sederhana yang sering aku tuliskan.

Itu memang rangkuman dari semua harapan dan do'a dalam catatanku, biasanya ditulis secara terpisah dilain waktu dan hari, jadi tentu tak serumit dan bertele-tele seperti itu. Tapi yang paling penting aku senang bisa memiliki resolusi. Ya sebelum itu terwujud aku justru harus mensyukurinya terlebih dahulu karena masih ada nyawa dan kesempatan untuk memikirkannya. Paling tidak ada yang harus aku perjuangkan dengan niat, usaha, kerja keras, konsistensi, dan do'a yang lebih. Itu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p