Langsung ke konten utama

#‎NulisRandom2015 Hari ke-5 : Keterlaluan Ini Namanya!



Walahhh, ini sebenarnya sih sungguh terlalu rasanya keterlambatanku untuk #NulisRandom2015. Dimana hari sudah memasuki hari ke-7 saat menuliskan tulisan asal ini, dimana kegiatan menulis secara random selama sebulan ini bermula dihari pertama dan tentunya pada tanggal yang sama pula 11 Juni kemarin.
 
Ya benar sekali, dimana saaat menuliskan dan sekaligus melaporkan keterlambatanku ini. Kaleder dan jam digital yang ada tepat disudut kanan bagian bawah laptop mini punya adekku ini, menunjukkan bahwa hari sudah memasuki tanggal 07 Juni 2015. Dimana hal ini bertepatan pula dengan hari ke-7 event #NulisRandom2015 tak lelah-lelahnya aku menjelaskan bahwasanya event ini adalah sebuah event menulis online bersama-sama dari NulisBuku.com yang mana mengusung gaya menulis random style, alias menulis secara bebas dan acak, terserah kemana kemauan juga kehendakmu mengarahkan setiap tulisan-tulisanmu. Tak ada aturan baku dan khsusus atas cara menulis seperti ini, ya katanya sih gitu.

Bahkan siapun boleh ikut kalau mau, tiada larangan harus selevel penulis ini, sehebat penulis itu untuk menuangkan semua ide, gagasa, dan imajinasinya lewat media tulisan. Mau tulisan itu berupa puisi, sajak, artikel, berita, opini, novel, cerpen, cerbung. Dan dari kata "random" itu sendiri menurut aplikasi kamus dihape androidku itu, random berarti acak, bebas, awur-awuran dan lain-lain.

Bermodalkan arti dari kata "random" itu sendiri. Rasanya kita sudah tidak perlu ragu apalagi takut untuk terpaku pada sesuatu yang mengekang, membatasi, dan membelenggumu dengan segala bentuk peraturan yang ada. Nah dari situ, untuk lebih extreamnya karna sudah megang kata kunci "random" bisa saja yang kita tulis itu bukannya sebuah antologi cerpen, malah bisa lebih seru kayaknya kalo yang ditulis itu antologi nota tagihan hutang. Gimana dari baca sekilas saja sudah ngeri banget kan? bohong kalo nggak! kira-kira itu masuk ke genre apa ya? horrorkah atau thriller? atau penggabungan dari keduanya, entahlah jawabannya kembali kediri masing-masing. Tentunya itu bergantung pada pengalaman pribadimu, yang mana seberapa besar dan seberapa banyak jumlah nota tagihan hutangmu, itu akan menciptakan sebuah kondisi fisik yang tegang dan paranoid tingkat lanjut. Gak percaya juga? Ya udah jangan dipaksain sih nanti sakit hati, entar keterusan jadi makan hati, dan akhirnya kamu jadi nggak punya hati deh. Kalo sudah gitu, bagaimana bisa aku mencintaimu sepenuhnya jika hatimu pun telah tiada? Keterlaluan ini namanya!

PS : ini semua apa hubungannya sih?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p