Langsung ke konten utama

Tercerahkan

Sebenarnya besok itu aku sudah diminta pak Fajrin pemilik sekaligus pemimpin Salim Media Indonesia yang kemarin aku ceritakan sebagai calon bossku itu.

"saya tunggu kedatangannya di Jambi utk interview dan diskusi lebih lanjut.. sy tunggu hari Rabu, 14 Mei 2014. Pukul 13-15 WIB di kantor SMI. Trmksh"

Itu adalah sepotong kalimat dari interaksi kami dikolom chat kemarin. Interaksi kami tidak hanya putus di akhir pesan yang bisa saja ketika aku membalas menjawab "Terima kasih banyak pak, saya akan sesegera mungkin menghadap bapak" dan komunikasi berhenti disitu. Tapi tidak, malah sepertinya kami asik berdsikusi tentang hal-hal terkait latar belakang dan profil dari SMI yang dengan santai dan mengalir dijeskan oleh pak Fajrin. 

Kupikir baru lewat obrolan via chat facebook ini saja begitu menyenangkan bisa berdiskusi dan ngobrol banyak dengan beliau. Dari yang bisa aku tangkap rasanya pak Fajrin ini orangnya ramah, supel, dan rendah hati. Semoga saat kopi darat saat interview nanti bisa gak tegang dengan suasana yang cair dan mengalir santai juga. Aku berharap besar ini bisa seperti itu, dan semoga jika telah resmi bekerja dan membantu pak Fajrin, bisa banyak belajar dan mememtik ilmu darinya.

Aku rasa ini akan sangat menyenangkan dan menantang kedepannya nanti. Aku berharap hari itu tiba dengan cepat, tapi rasanya waktu tak bisa aku gerakkan secepat itu ya, tentunya aku harus menelusuri hari-hari menjelang hari bersejarah ku itu. Ya aku akan segera tiba dipintu bermulanya perjalanan hidupku yang jauh dari rumah dalam waktu yang lama untuk pertama kalinya, walupun hanya selisih jarak waktu sekitar 2-3 jam, ini tetap jadi hal yang menarik dan bermakna untukku pribadi. Seperti harapanku diakhir tahun 2013 lalu untuk tahun ini. Tercerahkan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p