Langsung ke konten utama

Menanti Esok Tiba

Karena besok itu tanggal 19 Mei, berdasarkan janji yang pernah aku beritahu pada pak Fajrin (calon bossku) kemarin itu. Aku berencana (lebih tepatnya harus) kejambi lagi untuk sebuah janji & panggilan kerja (baca: interview/wawancara) yang kami sepakati kemarin. 

Melihat komunikasi yang terjalin dari interaksi kami berdua yang terjadi diobrolan chat, itu rasanya  begitu menarik dan penuh antusiasme, sebelumnya saat pertama kali memulai obrolan di chat itu memang aku, tapi yang aku kirimi pesan chat itu ke akun Salim Media Indonesia (walaupun dibaliknya memang pak Fajrin yang mengendalikannya sebagai Admin) tapi aku menganggap itu masih wajar dan biasa saja.

 Dan setelah pak Fajrin yang sebelumnya akun facebook asli kepunyaannya sudah aku add, dia tiba-tiba lebih dulu mengirimi aku pesan obrolan, tentunya aku terkejut dan heran, aku berpikir ; "wah ini tak biasa terjadi rasanya, seorang bapak pimpinan memulai sebuah chat/obrolan dengan karyawannya. Nah dari berdasarkan hal itulah aku berpendapat kalo pak Fajrin itu orangnya pasti baik dan tidak sombong. Ya do'a kan sajalah supaya petualanganku memperjuangkan sebuah awal mula perjalanan  hidup ini bisa terus indah pada waktunya, menjadi saksi sejarah atas sebuah waktu.


Beri aku do'a dan semangat itu ya tuhan :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p