Langsung ke konten utama

Kutub Utara dan Kutub Selatan


Suatu kesempatan aku ingat pernah memberikan sekelumit pertanyaan pada diriku sendiri dalam angan. Pertanyaan duniawi yang sebenarnya masuk dalam kategori pembahasan ilmiah. Pertanyaan tentang seputar hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam sekaligus geografi. Salah satu pertanyaan itu adalah "lebih dingin mana antara Kutub Utara dan Kutub Selatan?"

Pertanyaan yang mungkin terkesan sangat kutu buku atau mungkin lebih kepada kurang kerjaan. Ya mungkin saja begitu, karena jika aku di posisi orang lain mungkin akan berpikiran yang sama. Entahlah.

Bertahun-tahun pertanyaan itu aku simpan tanpa pernah aku ketahui jawabannya dan tak terpikirkan untuk mencari jawabannya di internet, di buku-buku pelajaran sekolah, dan juga tak tersirat dalam pikiran untuk bergegas menanyakannya pada orang lain yang mungkin lebih mengerti hal ini dengan khatam atau minimal tahu banyak tentang hal tersebut.

Pada kesempatan lainnya, saat waktu sudah berlalu lama dari sejak pertanyaan itu muncul di kepalaku. Dan lalu secara tiba-tiba saja aku kembali teringat akan perkara "lebih dingin mana antara Kutub Utara dan Kutub Selatan?" Itu.

Tanpa pikir panjang dan bertele-tele lagi. Aku segera mengetikkan topik "lebih dingin mana antara Kutub Utara dan Kutub Selatan?" di kolom pencarian google yang sepertinya menurut orang sedunia, ia diklaim sebagai Maha Tahu dalam banyak hal. Mudah-mudahan orang yang mengklaim tersebut tidak sedang serius mengatakannya karena melupakan adanya Tuhan.

Singkat cerita, setelah mengetikkannya. Muncullah banyak sumber yang bisa ditelusuri satu persatu. Dan pilihanku aku putuskan pada satu sumber.

Secara ringkasnya dijelaskan bahwa daerah Kutub Utara adalah laut beku yang dikelilingi dengan hamparan tanah yang luas. Secara sosial dan politik, Kutub Utara meliputi wilayah utara Kanada, Greenland (sebuah wilayah Denmark), Rusia, Islandia, Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Amerika Serikat. Menurut perkiraan untuk saat ini  ada lebih dari empat juta orang yang hidup dalam lingkaran kawasan Kutub Utara di beberapa kota kecil maupun kota besar, seperti Barrow, Alaska, Tromso, Norwegia, Muramansk, dan Salekhaard, di Rusia. Mudah-mudahan di lain kesempatan kita diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk jalan-jalan menjelajahi daerah itu, tentunya jika tidak sedang dingin.

Sedangkan Kutub Selatan adalah benua dengan pegunungan dan danau yang dikelilingi oleh lautan. Benua paling selatan memiliki sekitar 90 persen es di dunia, yang berarti hampir tiga perempat air tawar bumi terhimpun di sana. Benar-benar menakjubkan sekali bukan?

Dan tahukah anda, ada sedikit kabar burung yang beredar bersama dengan informasi ini bahwa, sampai-sampai Pangeran Mohammed Al Faisal dari Arab Saudi pernah berencana memindahkan 100 juta ton gunung es dari Kutub Selatan sana untuk ia pindahkan ke Semenanjung Arab. Jika hal ini benar terjadi dan disampaikan langsung oleh Pangeran Mohammed Al Faisal dari Arab Saudi, tidakkah ini juga tak kalah begitu mencengangkannya? Sekalipun objek yang ingin dipindahkan itu adalah berupa es yang berbentuk gunung seberat 100 ton. Apa mungkin bisa tetap bertahan dalam kondisi dingin dan stabil di tanah Arab yang terkenal dengan cuacanya yang cukuo terik. Aku sungguh tak sanggup memikirnya.

Tapi mengingat, track record Arab yang selalu berupaya menciptakan banyak hal "ter" di negeri mereka. Dan disokong dengan dana yang tanpa batas, bukan tak mungkin pula mereka semakin menjadi-jadi membuat banyak kehebatan yang seolah menampik kemustahilan di dunia ini

Berbedan dengan Kutub Utara yang wilayah sekitarnya banyak dihuni manusia. Kawasn Kutub Selatan adalah satu-satunya tempat di bumi yang tidak dimiliki siapa pun, dan juga tidak ditempati oleh siapa pun. Lalu siapa yang berkuasa di sana? Entahlah silahkan cari tahu sendiri, karena mengingat udaranya yang amat dingin. Jadi sudah ditetapkanlah bahwa tak ada seorang pun dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama dan menetap di sana. Dan menurut sejarah yang ada, sebelumnya wilayah itu juga tidak memiliki sejarah penduduk asli. Dan ada pula informasi yang tersebar menjelaskan tentang Perjanjian Antartika, dinyatakan bahwa tanah dan sumber daya yang ada di sana dapat digunakan siapa pun, asal untuk tujuan damai dan ilmiah.

Jadi Antartika atau Kutub Selatan itu begitu dingin sekali, sehingga salju saja, tidak pernah mencair di sana. Suhu rata-ratanya sekitar minus 56 derajat Fahrenheit (minus 49 derajat Celcius), dan merupakan iklim paling dingin di Bumi. Sebaliknya, Kutub Utara pada musim dingin rata-rata suhunya hanya mencapai minus 29 derajat Fahrenheit (minus 34 derajat Celcius), dan menjadi lebih hangat di musim panas. Tentunya inj hangat bagi mereka yang sudah terbiasa tinggal dan menetap di sana.

Bagi pengunjung yang datang ke kawasan tersebut, jelas slogan hidup mereka bisa jadi akan berubah menjadi "tiada hari tanpa es" dan "dingin adalah teman setia"

Lalu, bagaimana sekarang? Masih penasaran ingin menanyakan "lebih dingin mana antara Kutub Utara dan Kutub Selatan?"


#10dayswrite #decemberwrite #dingin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p