Langsung ke konten utama

Dari Mulutmu Harimaumu ke Mulutku Nerakamu

Seruan "Mulutmu Harimaumu" dulunya sering diucapkan seorang ketika memberi nasehat pada sesiapa di antara mereka, yang entah sengaja atau tidak mengeluarkan kata-kata kasar, berdusta, fitnah, dll dari mulutnya yang berpotensi merugikan dan merusak suasana hati orang lain.

Dan jika itu terjadi, sebagai buah dari laku yang dibuat, dari situlah dapat memicu kedatangan "Harimau" pada dirinya. Yang mana "Harimau" di sini sebenarnya merupakan analogi dari sesuatu yang tak diinginkan kehadirannya seperti marabahaya, balak, celaka, karma, dan lain sebagainya. Dan demi menghindari hal buruk terjadi, biasanya akan ada seseorang yang menyampaikan seruan itu "Mulutmu Harimaumu".

Tapi sekarang beda.

"Mulutku Nerakamu"
Banyak orang yang merasa berhak menilai kepantasan orang lain masuk Surga atau Neraka. Merasa jadi Maha Tahu, merasa jadi Maha Kuasa, merasa jadi Maha Berkehendak. Situ Tuhan? Coba berkaca dulu, tapi jangan berkaca ke cermin, melainkan ke hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untukmu

Saat benar-benar sadar aku bisa saja sedikit malu dengan yang aku peruntukkan padamu tapi jika benar-benar harus jujur aku ingin selalu tak sadar dengan yang aku rasakan agar bisa memberikan sumbangsihku padamu meski itu hal yang mungkin biasa, atau super-duper-biasa atau tak ada istmewanya sama sekali bagimu tak masalah bagiku,  yang penting aku melakukannya tulus untukmu.

Panjang Umur Hal-hal Baik

Beberapa waktu lalu, segenap kawan-kawan baik saya di @komunitasjarimenari baru saja merayakan 3 tahunan perkumpulan dengan nafas literasi ini dibentuk. Namun sayangnya saya tak sempat ikut berpartisipasi dan bersuka-ria bersama mereka dalam kegiatan malam keakraban di kawasan komplek pecandian Muaro Jambi tempo lalu, sebab mesti mengurusi soal kerjaan. Padahal waktu-waktu seperti inilah yang sesungguhnya baik sekali untuk kami bisa membaur bersama dalam keakraban, yang juga berguna dalam mengukuhkan mental kami semua dalam berkegiatan, yang mampu mengalirkan banyak ide dan gagasan cemerlang agar bisa berguna untuk program kerja kami kedepannya. Tapi memang waktu yang berlalu tak akan pernah bisa berulang dan penyesalan pun tiada berguna sebenarnya. Namun walaupun begitu, kedepannya saya berharap semoga tekad dan cita-cita kami dalam berbagi semangat literasi tidak luntur begitu saja meski kadang kala ada pasang surut yang membentang di antara kami. ...

Harus Berubah

Pagar Rumah Bang Ian Saya sadar bahwa kebiasaan yang saya lakukan sehari-hari banyak yang buruk. Mulai  dari sering begadang, ngemil, malas, berantakan, dan kucel. Seharusnya seiring waktu berjalan saya sudah bisa mengurangi ini semua. Sebab saya sudah pernah berniat untuk jadi orang yang lebih baik kedepannya sejak lama, dan itu termasuk juga dengan memperbaiki kualitas dan cara saya menjalani kehidupan. Dan sudah seharusnya hal ini bisa segera saya lakukan dengan baik. Saya ingin sekali memperbaikinya, saya ingin berubah, mudah-mudahan bisa segera saya lakukan sedikit demi sedikit.