Langsung ke konten utama

Membangun Sekolah Impian

Jika diberi kesempatan untuk membuat sebuah institusi pendidikan / Sekolah, akan seperti apa jadinya?

Jikalau pertanyaan itu benar-benar datang pada saya, apalagi bila akan ada bantuan atau mungkin tanggungan dana penuh dari donatur yang bersedia memfasilitasi semuanya. Saya punya sedikit gagasan untuk bisa menjawab pertanyaan itu. Jika diberi kesempatan untuk membuat sebuah institusi pendidikan / Sekolah, akan seperti apa jadinya?

Mengenai pertanyaan itu. Dulu sekali, saya sudah pernah terpikir mengenai sekolah seperti apa yang saya ingin bangun, bila kesampaian. Sampai sekarang, jawaban yang saya punya dan masih saya simpan yakni sekolah seni dan kreatifitas. Semacam sanggar seni tapi juga memiliki mata pelajaran lain yang juga diajarkan disekolah-sekolah pada umumnya, seperti Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Agama, dll. Namun bedanya sekolah saya ini adalah kebalikan dari sekolah umum tersebut, pelajaran yang paling diutamakan lebih ke bentuk pelajaran seninya. Menggambar, Menulis, Bernyanyi, Bermain Musik, Akting, Menari, Membuat Prakarya, Fotografi dan Desain, dan pelajaran lainnya yang erat kaitannya dengan seni itu sendiri. Dan dikelola dengan manajemen yang atraktif nan menyenangkan.

Kenapa sekolah seni dan kreatifitas?

Karena pertama sedari dulu sebenarnya saya terobsesi untuk bisa belajar di sekolah seni. Saya mungkin tak banyak mengerti apalagi ahli dalam berkesenian tapi setidaknya saya bisa memaikan beberapa lagu dengan gitar sambil bernyanyi ria dan sok-sok meniru gaya musisi profesional. Selain dari musik, saya juga senang mengamati seni rupa dan desain, saya bahkan masih punya keinginan untuk kuliah lagi di jurusan seni rupa dan desain. Saya senang dan berusaha menggiati seni menulis dan kesusatraan.

Saya juga punya obsesi kecil untuk bisa bergabung dalam dunia seni peran. Bila harus jujur, alasan utama saya membuat sekolah seni adalah sebagai perwujudan dari keinginan-keinginan saya di masa lalu.

Alasan lain, karena sejak dulu boleh dibilang saya minim prestasi di sana-sini. Jadi dengan seni dan kreatifitas itu, saya ingin mengantarkan orang lain menuju tangga dan puncak prestasinya masing-masing.

Alasan tambahan, karena dengan seni dan kreatifitas dijamin hidup manusia tak akan pernah membosankan. Dengan seni dan kreatifitas hidup seorang manusia akan terasa selalu menyenangkan dan penuh kebahagian, karena seni dan kreatifitas tercipta dari ekspresi perasaan dan emosi jiwa. Jadi jika ada yang tak percaya, berarti hidupnya benar-benar dalam kekakuan yang membosankan, dan tentu saja saya tak menginginkan hal itu. Walau hanya memikirkan dunia tanpa seni dan kreatifitas pun saya malas dan takut.

Apa jadinya dunia tanpa seni? Apa jadinya dunia tanpa kreatifitas? Tentu akan jadi sesuatu yang mengerikan. Dalam kutipan-kutipan berbahasa inggris ada kalimat berbunyi “Life Without art is stupid”, yang kira-kira berarti “Hidup tanpa seni adalah kebodohan”, atau adapula kalimat “Without art, life is nothing”yang bisa kita artikan “Tanpa seni, hidup tak berarti apa-apa”, bisa seperti kutipan berikut “Creativity is a feeling” dengan maksud “”Kreatifitas adalah sebentuk perasaan” ya mungkin seperti itu.

Ya seperti itulah sekolah impian saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin Nanti

Dalam benakku, aku masih sangat memimpikan waktu di mana aku bisa pergi merantau lebih jauh lagi dari yang belum ada apa-apanya ini. Aku mendambakan berjuang menghidupi segala cita-cita dan impianku yang sudah aku rajut sejak lama dari masa ke masa. Namun sama seperti orang lain yang selalu saja memiliki masalah ketika ingin melangkah lebih jauh. Masalah itu adalah keresahanku yang muncul jika aku menciptakan jarak. Jarak itulah yang perlahan menggerogoti diriku dan berubah menjadi rasa takut. Dan lalu, hal yang paling aku takutkan ketika pergi jauh, tak lain adalah jika aku jatuh sakit. Aku akan sangat merindukan ibuku. Pasalnya, dulu aku sering sekali sakit, dan ketika seperti itu, sosok orang yang paling aku butuhkan mengurusi aku yang sedang terbaring sakit adalah ibuku. Selain itu juga sebaliknya, aku takut jika aku pergi jauh, aku akan rindu sekali padanya, terlebih lagi jika dia yang jatuh sakit. Seribukali memikirkan ini semua, seribukali juga keresahan serta keta

Selamat Datang di Mahligai Mimpi

Aku sedang merencanakan cara menggapai nyala tekad bak api abadi itu. Memilin satu per satu gundah gulana pengganggu sebagai bahan bakarnya. Mengubahnya jadi seribu satu alasan kenapa harus berdikari? Kita tidak sedang membicarakan hal-hal abstrak, apalagi sesuatu yang nihil.  Kalau kau bingung, dan masih dihantui resah gelisahmu, kau bebas berhenti.   Bukankah kau tidak terikat pada apapun sebenarnya saat ini. Bahkan pada norma yang selalu berusaha kau patuhi. Pun walau nyatanya kau hendak berpaling arah jalan untuk kesekian kalinya setiap menemui persimpangan, tentu saja tak ada yang salah dari itu. Bagaimanapun siasat, keputusan sepakatmu adalah sah dan benar dalam persepsimu. Aku percaya tak ada yang terlanjur basah. Setiap hal yang terjadi adalah tuntunan garis takdir. Semuanya memiliki riwayat yang beralasan. Meski mungkin dalam ketidaktahuan yang meraja. Camkan itu sebaik-baiknya, seingat-ingatnya. Kau cukup meyakini dengan penuh arti dan sa

Jodoh Pasti Bertemu

Selain masalah karir dan pencarian jati diri, perkara pasangan hidup, jodoh, ataupun menikah, adalah isu yang juga tak ketinggalan jadi sorotan utama bagi banyak orang dalam menjalani fase quarter life crisis pada rentang usia 25-30. Entah kenapa pada saat-saat itu, gejolak keresahan dan gundah gulana kehidupan begitu menggebu-gebu. Seolah segala gengsi dipertaruhkan jika hal-hal yang dianggap penting itu belum segera tercapai. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perkara pasangan hidup, jodoh, dan ataupun menikah sering sekali jadi sorotan utama selain perihal karir. Ini mungkin terjadi karena pada usia-usia seperti itu, memang usia dominan orang-orang menikah. Dari kondisi inilah yang membuat orang resah mengenai bagaimana nasib dirinya kedepan, dan bertanya-tanya akan banyak hal yang berpotensi membuat keresahan-keresahan lainnya bermunculan, mulai dari pertanyaan semacam "Kapan nikah?", "Kapan punya anak?", "Kapan bisa punya rumah?", "Kapan p