Mengenai membaca. Saya memang sudah tertarik membaca sejak masih kecil dulu, sejak TK, atau sejak SD barangkali, saya lupa kapan waktu pastinya. Yang pasti saya ingat, saat itu saya sering membaca apapun yang terlintas di depan mata saya. Bekas kemasan makanan ringan, spanduk, papan merk, reklame, komik teman sekelas, koran bekas, majalah bekas, tulisan juga sticker nyeleneh di mobil dan motor, bahkan buku panduan mengajar milik guru tak luput jadi bacaan spontan saya ketika guru sedang di luar kelas. Bukannya serta-merta ingin dilihat sebagai anak yang pandai dan rajin. Saya hanya merasa penasaran dan selalu mencoba mencari tahu, apa yang dijelaskan dari tiap tulisan-tulisan itu, apa yang bisa saya ketahui. Layaknya anak-anak yang selalu punya rasa ingin tahu berlebih, tak terkecualilash saya saat itu.
Jika dipikir-pikir, mungkin minat baca saya sepertinya tumbuh dan turut dipengaruhi dari hal-hal tersebut. Untunglah minat itu makin meningkat dan meningkat terus dari waktu-kewaktu, termasuklah membaca buku. Dan untuk membaca buku, saya mulai sering membaca buku sejak beberapa tahun terakhir. Buku Fiksi berupa novel, puisi, & komik. Lalu buku Non-Fiksi seperti buku panduan kemampuan dan keterampilan, kumpulan opini, dan pengembangan diri. Nah dari beragam pilihan jenis buku, rasanya kategori buku-buku pengembangan dirilah yang selalu saya ikuti. Dan bila membahas tentang buku terbaik yang pernah dibaca, saya merasa kebingungan untuk menentukannya. Mana yang baik, yang bagus, dan yang penting sekalipun. Karena tentu, saya rasa masing-masing buku punya sisi terbaiknya, punya sisi bagusnya, dan punya hal penting yang terkandung didalamnya.
Namun bila harus disebutkan dengan pasti, untuk buku pengembangan diri yang saya anggap terbaik versi saya. Yakni antara buku Sila ke- 6 : Kreatif Sampai Mati yang ditulis oleh Wahyu Aditya dan buku Oh My Goodness : Buku Pintar Seorang Creative Junkies oleh Yoris Sebastian. Kedua buku tersebut sama-sama mengangkat satu tema khusus yakni kreatifitas, namun disajikan dengan cara masing-masing.
Buku Sila ke- 6 : Kreatif Sampai Mati sendiri menjelaskan bagaimana si penulis, Wahyu Aditya yang mana berprofesi sebagai seniman visual dan aktivis dunia kreatif menjalani kehidupannya dengan segala hal yang berkaitan dengan kreatifitas. Sampai pada prestasi demi prestasi yang ia capai juga didorong oleh semangat dan aksi kreatifnya. Sejalan dengan Wahyu Aditya, Yoris Sebastian pun punya banyak prestasi dalam mewujudkan ide-ide kreatifnya. Mulai dari menjadi GM termuda pada usia 26 tahun, Yoris terpilih menjadi GM (General Manager) Hard Rock Cafe Indonesia, menjadi GM termuda se-Asia dan termuda kedua di dunia, dan termasuk beberapa prestasi berupa penghargaan baik nasional maupun internasional yang ia terima atas terobosan-terobosan ide kreatifnya. Dan pada usia 34 tahun, selepas keluar dari Hard Rock, ia mendirikan sebuah perusahaan konsultan kreatif OMG (Oh My Goodness) yang ia jalankan sampai saat ini.
Mungkin dan pasti masih ada banyak orang hebat dan buku-buku hebat lainnya. Tapi secara ide dan penyampaian, dari sekali membaca tulisan-tulisan mereka, saya begitu terkesima dan menjadikan mereka roll model saya. Dalam tiap-tiap gagasan yang mereka tuangkan dalam buku mereka masing-masing, setiap hal yang dibahas selalu disajikan dengan segar dan dapat dicerna dengan baik tanpa harus menghabiskan beberapa waktu untuk berpikir.
Jika ingin menjelaskan kehebatan dan keunikan mereka tentu akan semakin panjang, jadi untuk itu saya akan mengakhirinya saja. Dan rasanya dengan ini saya juga berhasil membuat satu prestasi atas diri saya dengan menyelesaikan tulisan ini.
Komentar
Posting Komentar
attention : jangan lupa, do'a dulu sebelum komen !