Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Kutub Utara dan Kutub Selatan

Suatu kesempatan aku ingat pernah memberikan sekelumit pertanyaan pada diriku sendiri dalam angan. Pertanyaan duniawi yang sebenarnya masuk dalam kategori pembahasan ilmiah. Pertanyaan tentang seputar hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam sekaligus geografi. Salah satu pertanyaan itu adalah "lebih dingin mana antara Kutub Utara dan Kutub Selatan?" Pertanyaan yang mungkin terkesan sangat kutu buku atau mungkin lebih kepada kurang kerjaan. Ya mungkin saja begitu, karena jika aku di posisi orang lain mungkin akan berpikiran yang sama. Entahlah. Bertahun-tahun pertanyaan itu aku simpan tanpa pernah aku ketahui jawabannya dan tak terpikirkan untuk mencari jawabannya di internet, di buku-buku pelajaran sekolah, dan juga tak tersirat dalam pikiran untuk bergegas menanyakannya pada orang lain yang mungkin lebih mengerti hal ini dengan khatam atau minimal tahu banyak tentang hal tersebut. Pada kesempatan lainnya, saat waktu sudah berlalu lama dari sejak pertanyaan

Berharaplah

Hampir semua orang pernah merasakan ketidakberdayaan dan segala kepahitan hidup. Dan bisa saja sekarang sedang dalam keadaan letih berpeluh. Tertatih menapaki perjuangan namun terus bertahan. Lalu di sisi lain dari hidup yang sedang berlangsung, mungkin ada pengecualian-pengecualian di antara kita semua, bahwa ada juga sekian manusia yang memang sama sekali tidak pernah tersentuh dan merasakan perihnya kesusahan dalam hidup. Mungkinkah itu terjadi? Bisa jadi iya! Dan mungkin saja kan! Sudah tahu kan jika tuhan itu maha berkuasa lagi maha berkehendak. Urusan mengatur takdir dan jalan hidup manusia adalah perkara biasa yang tak ada apa-apanya samasekali tentunya bagi Dia. Dan siapalah diri kita ini yang merasa begitu berhak ingin tahu pada rencana serta rahasia-rahasia ilahiah? Celakalah memang sudah kita, bila benar begitu adanya. Namun jika dalam realita yang nyata ini, kita sadar bahwa nampaknya keberuntungan juga kebaikan senantiasa selalu menyertai, berusahalah untuk tida

Gejolak

Pergilah kepada samudera Ke sana ia bersauh Bersama bulir laut Beruntun pecah memecah Ibarat sanubari dirundung resah gelisah Sirnalah rasa Lajulah kepada samudera Di sana ia bertaruh Di antara deras ombak hitam keruh Bagai raga kehilangan sukma Matilah rasa Pulanglah kepada samudera Di mana ia berlabuh Di penghujung putaran waktu Seperti akhir sebuah kisah Hilanglah rasa #10dayswrite #decemberwrite #berlayarditengahbadai 

Asal-muasal To Late To Regret

Entah apa sebab-musababnya saya selalu senang sekali membuat aneka macam sesuatu, baik prakarya macam kolase gunting tempel, kolase digital, desain tipografi, yang berangkat dari ide "to late to regret" sebuah frase dalam bahasa Inggris yang jika dialih-bahasakan ke bahasa Indonesia artinya "terlambat untuk menyesal" ya kira-kira seperti itu, mudah-mudahan apa yang saya pahami benar. Jika pun salah, ya dengan kerendahan hati saya mohon bimbingannya untuk dikoreksi. Saya merasa tertarik dengan frase ini karena terpikir bahwa apapun itu yang dibuat, dilakukan, dijalani, ketika hal tersebut sudah terjadi/berlalu maka tiada kata menyesal yang lalu terlantun jika terdapat kesalahan atau ketidak-sempurnaan di antaranya. Ya tiada penyesalan, karena jelas memang sudah terlambat ketika sesuatu telah dimulai. Dan dari situ, hal yang sebenarnya lebih baik dilakukan adalah mengambil hikmah pelajaran dari setiap kesalahan dan ketidak-sempurnaan karya yang ada. Karena insp

Sisa Harum Tubuhmu di Beranda

Barangkali mungkin kita bisa bertemu Tapi jangan di hatimu Kurasa di sana ada sendu merindu  Lebih baik di matamu Sepertinya di situ ada tempat berteduh Dan kau akan menyanyikan lagu-lagu Menebar tawa riang pelipur lara Menembus batas batas ruang waktu Bersenang-senang sampai lelah tubuh Namun kau tahu ini tak akan lama Berpisah akan tiba menyapa setelahnya Lalu hadirmu perlahan lenyap memudar Jejakmu hilang disapu hujan sebentar Suaramu diredam riuh angin menerpa Semua berakhir dalam kenangan Tiada bekal untuk ingatan di masa depan Pun nama tak sempat aku tanya Hanya harum tubuhmu tersisa di beranda #10dayswrite #decemberwrite #saatkaupergi 

Berkaca Sekali Lagi

Di setangkai sore kemarin Aku kembali dapat satu kesempatan Berkaca di depan cermin Setelah sekian lamanya menunggu Akhirnya datang juga waktu ini Tapi aku lupa Entah ini untuk ke berapa kalinya Aku bisa berkaca lagi Aku lupa, benar-benar lupa  Sampai tak sadar Aku terus menggaruk kepala hingga rambut pendeku rontok Rambutku tidak hitam Juga tidak putih Rambutku perak berkilauan Seperti memancarkan sinar Mungkin karena menyerap cahaya Selepas berkaca Tapi setelah aku pikir lagi Ini mungkin karena takdir Sebab bukan pertama kalinya terjadi Hanya lagu lama cerita lalu Sama seperti kisah waktu dulu Aku percaya Kita punya kesempatan kedua Merayakan doa dalam cinta Aku merasa beruntung  Bisa berkaca sekali lagi #10dayswrite #decemberwrite #lagulama

Dasar Oknum

Sering heran, kenapa ya ada orang goblok yang asal percaya berita hoax? Atau kalaupun belum terbukti hoax apa fakta. Coba gitu dicari dulu informasi lengkapnya, sedetail-detailnya, sebanyak-banyaknya sumber berita kalau perlu. Dan selain itu, waktu muncul niat hati mau memberi tanggapan untuk sebuah topik, pikirkan lagi sudah cukup mengerti perkaranya atau belum. Kalau memang informasi yang ditemukan itu berdasarkan fakta, lalu ditambah lagi menguasai materi dengan haqqul yakin ya bagus dong, hebat itu, terbaek lah pokoknya. Tapi sebaliknya,  jangan nanti ketika terbukti yang sibuk dibahas adalah hoax, eh malah diam. Eh hapus status, tanpa minta maap sama warganegara. "Ah kenapa juga minta maap ya? Lagian kenapa juga sensian? Siapa suruh main pake medsos? Ini kan dunia internet, semua bebas berpendapat dong, sirik aja" kata si oknum warganet. Ya elah, pas ada yang salah aja, yang disebut "oknum" Pas cari untung jadi gotong royong, kerja sama satu dalam kesatuan.

Kapitalisme + Tamak = Konsumerisme

Adapun kita bisa melihat dan mungkin merasakan sendiri, bagaimana perubahan tatanan kehidupan sosial yang terjadi pada zaman modern ini, secara sadar juga tidak sadar menggerogoti jiwa dan pikiran kita untuk turut menyesuaikan diri dengan fenomena sekitar, bahkan trend yang berkembang di dunia. Seolah kita disuapi terus tanpa henti, dengan aneka penawaran-penawaran menarik, gila-gilaan, dan menggiurkan yang sulit diabaikan. Ibarat kucing dikasih ikan, ya mau, pasti senang sekali dia. Mungkin ini yang disebut "konsumerisme" oleh para tokoh pemikir sosiolog, ekonom, aktivis sosial, dan orang-orang yang memang mengamati fenomena sosial. Konsumerisme yang katanya lahir dari perpaduan kapitalisme dan kontrol diri yang kurang atau sebutlah tamak itu pun, akhirnya mengakibatkan ketergantungan yang menjadi-jadi dan sebenarnya sama sekali tidak memiliki alasan penting untuk bisa membuat hidup jadi lebih baik. Justru sebaliknya, seperti tak ada habisnya, hidup seoalah terus-terusan 

Bentuklah Opini Sendiri

Beberapa hari terakhir sempat heboh tentang tokoh politikus terjerat kasus korupsi pengadaan e-ktp, You know who? Yang melakukan banyak drama sekaligus  akrobat dalam proses peradilan hukumnya. Seiring dengan itu, ada pula video yang turut tersebar bergandengan dengan video sidang You know who? Yakni video potongan dari serial drama Korea berjudul "My Lawyer, Mr. Jo" Pertanyaannya, kenapa video tersebut tersebar & bergandengan? Kalau belum nonton, lebih baik cari lalu amati, bandingkan sendiri, lalu bangun dan bentuklah opini sendiri. Atau begini, ya sudah saya bocorkan sedikit kesimpulannya. Intinya, apa yang dilakukan You know who? Boleh dibilang hampir mirip dengan manuver drama dan akrobat yang dilakukan tokoh dalam serial drama Korea yang juga sedang terlihat dalam sidang sebuah kasus pada potongan video tersebut. Apakah benar-benar banyak kesamaan? Ah saya tak tahu pasti bagaimana, lagian saya tak tertarik mengikuti berita politik seperti itu denga

Pergi Sajalah

Pagi itu menorehkan guratan luka kelabu Berwarna gelap pekat menyerupai hitam Bak jelaga mengudara hilang wujudnya Tapi seolah ingin terus dikenangan Ia meninggalkan noktah di kaca lentera Merencanakan kusam untuk waktu lama Bekasnya seolah abadi tak ingin enyah Mungkin bertahan sementara Mungkin juga tak terhingga Kemudian menunggu saat hilangnya tiba Dan menunggu pernyataan itu menyala Semua hanya iming-iming dusta belaka Kau bilang, pergi sajalah  #10dayswrite #decemberwrite #dustabelaka

Esok Pagi Menjelang

Apa yang sedang kau tunggu Berhenti merenung di situ Mari nyanyi bersamaku Kita habiskan waktu Cerita tentang hidup Berkisah pada dunia Ini lah aku dan sejuta mimpiku Mengejar harapan, berpeluh, terjatuh Meski mungkin langit tak berbintang Kuyakin sinar terang akan datang Esok pagi menjelang Ayo duduk bersamaku Kita bersenang-senang Cerita tentang hidup Berkisah pada dunia Ini lah aku dan sejuta mimpiku Mengejar harapan, berpeluh, terjatuh Meski mungkin langit tak berbintang Kuyakin sinar terang akan datang Esok pagi menjelang Esok pagi menjelang #10dayswrite #decemberwrite #langittakberbintang

Hening

Setiap aku pulang ke rumah, jika waktunya tepat di sore hari, mungkin aku akan bertemu dengan tante Tuti, adik mamakku yang berjualan aneka makanan dan minuman di depan rumah nenek. Kebetulan rumah orangt uaku  dan rumah nenek memang saling terhubung. Dan karena jalan utama di sekitar rumahku lebih dekat jika dilewati dari rumah nenek, jadi otomatis pula rumah nenek lebih sering jadi tempat berkumpul kami sekeluarga, baik saat santai ataupun melangsungkan acara syukuran, pengajian, dll. Nah lain cerita pula bila aku pulang ke rumah dan baru sampai saat malam hari, orang yang lebih sering aku temui pertama kali biasanya adalah nenek, karena di waktu-waktu seperti itu tante Tuti sudah lebih dulu pulang ke rumahnya untuk istirahat. Dan di saat-saat seperti itu seringkali aku dan nenek sedikit banyak membicarakan beberapa hal. Apapun yang mungkin dibicarakan, akan dibicarakan, umumnya sih hanya hal-hal yang ringan saja. Tak pernah sampai membahas kebijakan politik Gubernur

Perang

Sepertinya jadi pengguna sosmed yang berusaha sok kalem dan diam itu juga tak ada untungnya ya. Soalnya jika hanya diam dan biasa-biasa saja, di timeline isinya bisa jadi seragam. Bisa perang pendapat saja. Perang komentar saja. Perang penistaan saja. Perang pencitraan saja. Perang teori saja. Perang gambar saja. Perang video saja. Perang hoax saja. Perang umpatan saja. Perang merasa paling benar saja. Dan perang melawan hawa nafsunya hanya trend ramadhan saja. Lalu perang karya mungkin agak jarang ya, karena memang bukan untuk diadu. Atau mungkin bisa diadu. Aha sepertinya yang lebih tepat bukan diadu. Bagiku sih rasanya karya lebih baik diapresiasi, dinikmati, dan dipelajari latar belakang dan ide kreatif di baliknya. Sedangangkan coba lihat perang pendapatan,  tak pernah ada yang mengumumkannya. Perang nilai raport sekolah tak pula pernah dibagikan. Perang pamer nilai IPK juga banyak yang tak ingin jadi terlihat sombong atau sebaliknya. Perang nilai sidang skripsi bagaimana? Pe